Category Archives: KHUTBAH IDUL FITRI-IDUL QURBAN-GERHANA

PEMBENTUKAN JATI DIRI MELALUI RAMADHAN

PEMBENTUKAN JATI DIRI MELALUI RAMADHAN

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُسُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Allahu Akbar, wa lillahilh hamd ….
Dengan bersyukur ke hadirat Allah Swt. atas karunia dan rahmat-Nya pagi hari yang berbahagia ini kita menyambut kedatangan hari yang agung, hari raya fitri, hari raya kemuliaan dan kesucian.
Dengan rasa haru dan penuh ikhlas, kita semua melepas bulan Ramadhan, bulan yang luhur dan mulia yang dipenuhi dengan ampunan dan karunia. Kita bertakbir, mengagungkan Allah Swt. dan mensucikan-Nya dengan bertasbih, mensucikan dari segala sesuatu yang tidak layak pada-Nya.
Takbir, tahlil dan tahmid silih berganti, berkumandang di angkasa raya diucapkan dengan lisan yang fasih denga penuh keikhlasan dan kepasrahan. Rona dan wajah setiap manusia muslim menanpakkan kebahagiaan yang cemerlang dan ketulusan yang mendalam, jauh sampai ke lubuk hati. Melukiskan kesan yang kuat dan mengakar ke dalam jiwa yang suci. Semua itu merupakan perwujudan dari pernyataan syukur kita, ke hadirat Allah Swt. atas segala karunia dan nikmat-Nya. terutama karunia yang paling agung berupa petunjuk dan hidayah-Nya. Hidayah itu membibing kita meniti cahaya yang terang benderang, menuju kehidupan yang sukses, lahir dan bathin. Kita bersyukur telah dapat melaksanakan ibadah shiyam sebulan penuh dengan ketabahan dan keikhlasan.
Artinya: Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, (al-Baqarah, 2 : 185)

Pagi ini, kita merayakan Idul Fitri, hari raya kesucian yang dinantikan kehadirannya oleh setiap insan yang beriman, dengan demikian kita kembali kepada fitrah, yaitu kemurnian dan kesucian. Kembali kepada kemurnian dan kesucian berarti kita kembali kepada suasana yang bersih telepas dari dosa dan kesalahan. Setiap orang yang melaksanakan puasa Ramadhan sesuai denga petunjuk al-Qur’an dan al-Sunnah akan terlepas dosa dan kesalahannya sehingga menjadi suci kembali, seperti bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya. Kesucian yang telah kita peroleh dengan susah payah itu hendaklah terus dipertahankan sampai bulan-bulan berikutnya dengan meingkatkan iman dan takwa kita serta bertaqarub kepada-Nya dengan tunduk dan patuh.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Puasa Ramadhan yang baru saja kita jalani membentuk setiap diri umat Islam agar memiliki kemampuan untuk mengendalikan hawa nafsu dan dapat meningkatkan potensi kesucian rohaninya. Ibadah shiyam dapat membentu jati diri muslim yang pari purna dengan meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Swt. Iman dan takwa itu dibuktikan dengan senantiasa berpegang teguh kepa petunjuk-Nya, melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Dengan mempertahankan kelestarian iman dan taqwa, kita meniti jalan yang lurus untuk mencapai keridhaan Allah Swt, keridhaan yang senantiasa didambakan oleh setiap manusia yang beriman. Menuju keridhaan yang agung dan luhur itu harus ditempuh dengan melaksankan ibadah dan amal shaleh secara ikhlas dan jujur, sesuai dengan ikrar kita yang selalu kita ucapkan dalam do’a iftitah yang dibaca pada saat awal melaksanakan shalat. “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu baginya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama kali menyerahkan diri (kepada Allah) (QS. al-An’am : 162-163).
Pembentukan jati diri dalam ibadah shiyam merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan manusia mukmin, karena dengan jati diri itulah kita akan bersikap istiqomah dalam menjalani ajaran agama. Ibadah shiyam yang kita laksanakan, harus mampu membentuk jati diri setiap muslim dan meningkatkan kualitasnya dari tahapan yang paling rendah menuju tahapan yang paling tinggi.

Kaum muslimin, para jamaah yang kami muliakan.
Pembentukan jati diri itu, menuju perubahan pada yang lebih sempurna, sebagaimana yang dicontohkan oleh kehidupan para sahabat Nabi dan Tabiin generasi awal. Perubahan yang sangat mendasar menuju jati diri yang sempurna misalnya kita bisa mengambil contoh dar peristiwa berikut ini:
Pada suatu saat Rasulullah Muhammad Saw. menerima tamu, seorang pria dari kalangan musyrik Arab jahiliyah. Nabi menerima tamu itu sebagaimana layaknya beliau menerima tamu yang lain, dihormati selayaknya dan dipersilahkan duduk di ruang yang telah disediakan. Nabi Saw. menyuguhkan kepada tamu itu segelas air susu murni. Demikianlah kebiasaan dan kebangaan orang-orang Arab pada waktu itu, mereka sangat berbahagia sekali apabila dapat menyuguhkan pada tamunya air susu murni yang mereka perah dari kambing atau unta.
Setalah disuguhi segelas air susu, tamu itu meminumnya sampai habis. Kemudian Nabi menyediakan gelas yang keduanya, itupun diminum sampai habis lalu Nabi menyediakan gelas yang ketiga itupun diminum sampai habis. Hal itu terus berlangsung sampai tujuh gelas. Pertemuan itu kemudian berlalu begitu saja, tidak ada hal yang perlu dicatat, pria Arab jahiliyah kembali ke rumahnya dan Nabi pun melaksanakan aktivitas dakwahnya sebagaimana biasa.
Kira-kira beberapa bulan setelah itu, pria Arab jahiliyah tadi masuk Islam, sebagai seorang mualaf dia merasa ketinggalan dengan para sahabat lain, karena itu dia terus mempelajari agama dengan sungguh-sungguh dan mengamalkannya dengan baik. Dalam jangka waktu tidak begitu lama pria mualaf itu telah menjadi seorang muslim yang sangat baik. Setelah menjadi pria muslim yang baik dia mengujungi rumah Nabi kembali. Nabi menerima tamu mualaf ini, langsung teringat dengan kunjungan yang pertama dulu, kemudian Nabi menyediakan segelas air susu, sebagaimana dulu menyediakannya. Pria mualaf itu kemudian minum segelas air susu yang disediakan oleh Nabi sebagaimana dulu ia meminumnya.
Ketika Nabi akan menyediakan gelas yang kedua, tiba-tiba pria mualaf itu mengatakan, “Wahai Rasulullah cukup untukku, cukup untukku dengan segelas susu itu.” Nabi Saw. mengomentari sikap pria mualaf yang telah berubah drastis dari kebiasaan jahiliyahnya dan menggantinya dengan jati diri seorang muslim, beliau mengatakan:
الْمُؤْمِنُ يَشْرَبُ فِي مِعًى وَاحِدٍ وَالْكَافِرُ يَشْرَبُ فِي سَبْعَةِ أَمْعَاءٍ
Seorang mukmin cukup meminum dengan satu gelas, sedangkan orang kafir baru puas minum dengan tujuh gelas. (HR. Muslim. No Hadis: 3843)

Dari contoh itu kita bisa melihat secara langsung betapa besarnya perubahan sikap dan jati diri dari seorang jahiliyah menjadi seorang mukmin. Pola hidup yang tadinya dipenuhi dengan kerakusan digantinya dengan kesederhanaan. Kesederhanaan dalam pola makan, dalam pola berpakaian dan bertingkah laku. Manusia mukmin yang melaksanakan ibadah Ramadhan juga diarahkan agar melakukan perubahan yang besar dalam membentuk jati dirinya, dari manusia yang berkualitas rendah menjadi berkualitas tinggi menuju kesempurnaan sesuai dengan ajaran Islam. Puasa Ramadhan pada hakikatnya dapat membentuk jati diri seseorang menjadi pribadi yang berkualitas dan memiliki kemampuan yang tinggi dalam meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.Salah satu jati diri manusia mukmin adalah berpola hidup sederhana dan dapat mengendalikan nafsunya sehingga tidak terjerembab dalam lembah kehinaan dan kehancuran.
Ada tiga macam nafsu yang sering menjerumuskan seseorang ke lembah kehinaan yaitu nafsu dari dorongan perut, libido sexual, dan hawa nafsu yang menyesatkan. Nabi Saw. sangat mengkhawatirkan umatnya terjerembab dalam tiga macam nafsu yang menghancurkan itu, sehingga beliau bersabda:

إِنَّ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ شَهَوَاتِ الْغَيِّ فِي بُطُونِكُمْ وَفُرُوجِكُمْ وَمُضِلَّاتِ الْهَوَى
Artinya: “sesungguhnya aku mengkhawatiri kamu sekalian terjerembab dalam keinginan hawa nafsu dari dorongan perutmu, dorongan seksualmu dan hawa nafsu yang menyesatkan. (HR. Ahmad. No Hadis:18951)

Dalam kenyataan pada kehidupan modern yang kita jalani sekarang, dimana sikap hidup materialisme, konsumtivisme, dan hedonisme, terus menggerogoti masyarkat kita, kita jumpai betapa banyakanya orang yang telah terjerembab dalam lembah kenistaan dan kehinaan. Ada sebagian dari masyarakat yang terjerembab ke dalam hawa nafsu perutnya sehingga ia menjadi budak perutnya sendiri, maka ia pun makan secara berlebihan, minum secara berlebihan, sehingga hidupnya hanya memenuhi dorongan perutnya. Orang seperti ini tergolong dalam kelompok manusia yang paling buruk dari umat Nabi Muhammad Saw.
Kalau orang pertama tadi menjadi budak perutnya sendiri, sehingga ia terjerembab dalam kehinaan dan kehancuran, sedangkan kelompok kedua banyak orang yang menjadi budak dari dorongan libidonya sehingga ia menjadi budak nafsu seksualnya. Keadaan seperti ini lebih membahayakan lagi, karena akan menimbulkan kerusakan dan kehinaan yang lebih parah. Banyak keluarga dan masyarakat yang hancur karena menjadi budak libido dan nafsu seksualnya. Akibat memperturutkan nafsu seksual banyak menyebabkan manusia bergelimang dengan dosa, seperti; perselingkuhan, perzinahan, dan timbulnya deviasi seksual yang mengerikan.
Kalau orang kedua tadi menjadi budak dari dorongan seksualnya sendir, maka kelompok yang ketiga, adalah manusia-manusia yang diperbudak oleh hawa nafsunya sendiri, keadaan ini jauh lebih berbahaya lagi, karena memperturutkan hawa nafsu akan mencampakkan pelakunya menuju kehancuran yang sangat menakutkan. Bahkan terkadang hanya berapa detik saja orang tidak bisa mengendalikan hawa nafusnya ia telah terjerumus dalam kerusakan dan kehancurn dan penyesalan yang sangat berat selama-lamanya di dunia dan akhirat Karena itu Nabi menyatakan: “Musuhmu yang paling berbahaya adalah hawa nafsumu yang berada di antara kedua lambungmu sendiri” (Ihya’ Ulumuddin).
Al-Qur’an memperingatkan orang-orang yang terjerembab dalam kemauan hawa nafsu yang menyesatkan, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Ahqaf : 20.
Dan (Ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): “Kamu Telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu Telah bersenang-senang dengannya; Maka pada hari Ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan Karena kamu Telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan Karena kamu Telah fasik”.

Berbagai kejahatan timbul dalam kehidupan masyarakat, karena manusia memperturutkan hawa nafsunya sendiri.Ibadah puasa Ramadhan yang kita jalani sekarang ini, dapat melatih dan melindungi diri kita agar tidak terjerembab dalam kubangan hawa nafsu, sebagaimana yang disebutkan di atas. Dengan demikian puasa dapat membentuk jati diri yang paripurna, menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa.

Allahu Akbar, wa lillahil hamd
Hadirin dan hadirat yang mulia
Kembali kepada fitrah yang suci dan bersih itulah yang sesungguhnya kita jalani sekarang ini. Hari yang amat berbahagia ini dinamakan ‘Idul Fitri’, yaitu kesucian dan keutuhan yang telah kita peroleh kembali setelah kita melakukan puasa Ramadhan sebulan penuh. Karena itu hari ini adalah hari kemenangan dan kejayaan bagi kita semua, karena kita telah berusaha meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, ucapan yang paling tepat kita ikrarkan pada hari ini adalah suatu do’a:

اللّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْعَآئِدِيْنَ وَالْفَآئِزِيْنَ وَالْمَقْبُوْلِيْنَ

“Wahai Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah yang memperoleh sukses dan kemenangan serta diterima amal ibadahnya oleh Allah Swt”.

Dengan kembali kepada fitrah, kita akan mencapai kebahagiaan dan kesuksesan lahir batin yang selalu kita harapkan. Sesuai dengan petunjuk Ilahi, marilah kita bertakbir mengagungkan asma Allah atas segala petunjuk-Nya dan marilah kita bersyukur atas segala rahmat dan karunia-Nya.
Semoga kita semua senantiasa dapat mengikuti petunjuk Allah dan senantiasa memperoleh rahmat-Nya. Amiin.
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فِي هذَا الْعِيْدِ السَّعِيْدِ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ، فَمَنْ أَطَاعَهُ فََهُوَ سَعِيْدٌ وَمَنْ أَعْرَضَ وَتَوَلَّى عَنْهُ فَهُوَ فِي الضَّلاَلِ الْبَعِيْدِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَآئِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
***
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ، أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاً وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، اللّهُمَّ أَصْلِحِ الرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً رَخِيَّةً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار.
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَنِ وَجَانِبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

Diposkan oleh Marhadi Muhayar, Lc., M.A. (Silahkan menukil dengan menyebut sumbernya) di 00:40

re posted by :

10945547_10200350190073687_6761647511836910601_n

KEMBALI KEPADA FITRAH

Khutbah Idul Fitri

KEMBALI KEPADA FITHRAH

الله اكبر الله اكبر الله اكبر
الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا
لااله إلا الله وحـده ,صد ق وعـده ,ونصرعـبده، واعزجـنـد
و هزم الأحزاب وحـده
لااله الاالله ولانعبد الا اياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون ولو كره المشركون ولو كره المنافقون
لااله الاالله و الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

الحمد لله الذى انعم علينا وهدانا الى دين الأ سلام و جعل رمضان شهرا مباركا ورحمة للناس واشكرونعمة الله ان كنتم اياه تعبدون و لعلكم تتقون.
اشـهـد ان لااله الاالله وحده لاشريك له واشـهـد ان محمدا عبده ورسوله اللهم صل وسلم وبارك على سيد المرسلين وعلى آله وصحبه اجمعين.
فيا ايها المؤمنون والمؤمنات:أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فازالمتقون واتقوا الله حق تـقاته ولاتموتن إلاوانتم مسلمون

Maha Besar Allah,

  • Kepada-Nya segala makhluk tunduk dan bersimpuh!
  • Kepada-Nya kita menyembah.
  • Kepada-Nya kita meminta,
  • Kepada-Nya kita mengarahkan dzikir dan do’a.
  • Ditangan-Nya segala kekuasaan.
  • Dia menebar rahmat, dan Dia pula pelimpah ‘adzab.
    Saat ini kita kumandangkan takbir, tahmid, tasbih, dan tahlil menyambut datangya ‘Iedul Fithri setelah sebulan berpuasa yang mengantarkan kita ke gerbang fithrah!Allahu Akbar.

    ‘Iedul Fithri adalah hari raya Agung Ummat Islam, setelah ‘Iedul Adha dan hari Jum’at. Keagungan hari raya ‘Iedul Fithri antara lain pada kedalaman kandungan makna Fithrah.

  • Fithrah dalam arti kembali pada kemurnian agama (H.R. Muttafaqun Alaihi dari Abu Hurairah).
  • Kembali pada kesucian. Kesucian hati dan jiwa (tadzkiyah nufus), kesucian pikiran (tadzkiyatul fikrah).
  • Fithrah dalam pengertian sunatullah: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fithrah Allah yang telah menciptkan manusia menurut fithrah itu. Tidak ada perubahan pada fithrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum ayat 30)

Dan fithrah dalam pengertian kembali berbuka (ifthar), setelah sebulan penuh menempa diri lewat madrasah Ramadhan.

Alangkah baiknya bila ‘Iedul Fithri dijadikan sebagai momentum bagi mempererat ukhuwwah dengan memperbanyak silaturrahim, saling menziarahi seraya mengucapkan: “Taqabbolallahu minna wa minkum”. Saling memaafkan dan saling mengasihi. Akhirnya kembali kepada fithrah dalam arti seutuhnya mengandung makna kembali kepada tuntunan Allah; kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Kaum Muslimin dan Muslimat Rahimakumullah!

Ramadhan dengan seluruh ‘amaliyah ramadhan, sejak berpuasa, qiyamullail, tilawatil qur’an, infaq, shadaqah, dsbnya menuju terbentuknya jati diri ummat yang merelakan hidupnya di bawah naungannya al-Qur’an, di bawah bayang-bayangnya firman Allah: Al hayat fi zhilalil qur’an!

Ramadhan mengantarkan kita untuk committed terhadap nilai-nilai Islam, terhadap al-Qur’an.
Kini sejauh mana ummat ini committed terhadap al-Qur’an?

Diantara manusia yang mengaku Islam, Allah memberikan konstalasi tentang sikap mereka terhadap wahyu, sikap mereka terhadap Al-Qur’an, sikap mereka terhadap Allah !

Ada manusia yang tergolong mengimani isi Al-Qur’an (namun hanya sebagian) dan bersikap ingkar (kufur) terhadap bagian (isi) Al-Qur’an lainnya. Mereka mau menerima Al-Qur’an sebatas urusan ukhrawi mereka (sebatas hubungan mereka dengan Allah), tetapi menolak Al-Qur’an dalam membimbing kehidupan duniawi mereka, kehidupan sosial, ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, hubungan antar manusia, dan sebagainya).

Mereka melakukan dikotomi terhadap nilai-nilai Al-Qur’an.
Dalam nada bertanya Allah berfirman:

أفتؤمنون ببعض الكتاب وتكفرون ببعض

“Adakah engkau iman kepada sebagian isi kitab (Al-Qur’an) dan bersikap kufur terhadap sebagiannya lagi?” (Al-Baqarah: 85)

Ada lagi golongan yang disitir Allah dalam surah Al-Hajj ayat 11:
ومن النّاس من يعبدالله على حرف

“Diantara manusia ada yang menyembah Allah (beragama) di tepi-tepinya saja (menurut kepentingan hidupnya)”. (Al-Hajj: 11).

Bahkan diawal surah Al-Baqarah Allah mengkonstatir adanya manusia yang mengaku beriman sesungguhnya mereka itu tidak beriman. Bekas iman tidak tereflesikan dalam prilaku, amal perbuatan sehari-hari, tidak dalam pola fikir, tidak dalam mencari rezeki, tidak dalam system moral, tidak dalam way of life.

ومن النّاس من يقول, آمنّا باالله وبا اليوم الأخروماهم بمؤمنين

“Diantara manusia ada yang berkata: Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman”. (Al-Baqarah: 8)

Allah Swt. menyuruh setiap hamba yang mengaku beriman agar memeluk Islam secara totalitas, mencakup seluruh hidup dan kehidupan kita dengan shibghah Allah, corak Ilahi, mengamalkan al-Islam dalam seluruh doktrinnya sebagaimana firman Allah:

يآ ايّها الذين آمنوا اد خلوا في السّلم كا فّة ولاتتّبعوا خطوات الشّيطان إنّه لكم عدوّ مبين.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Al-Baqarah: 208).

Prof. Dr. Khurshid Ahmad, ulama dan cendekiawan muslim terkemuka, dalam memberikan makna ayat tersebut dengan amat tepat.
“Islam bukanlah sebuah agama dalam pengertian umum yang salah itu. Islam bukanlah agama yang hanya menyangkut kehidupan pribadi manusia. Islam adalah cara hidup total yang menyangkut seluruh sisi kehidupan manusia. Ajarannya merupakan petunjuk hidup yang menyangkut seluruh bidang kehidupan baik ekonomi maupun politik, baik hukum maupun budaya, baik nasional maupun internasional” (Khurshid Ahmad, Islam: Basic Principles and Characteristic).

Dalam pengertian inilah kita memasuki, memeluk dan menghayati, mempedomani dan mengamalkan Islam.

Kita bersyukur meskipun kita belum mampu melaksanakan nilai-nilai Islam secara totalitas, syari’at Islam telah diaplikasikan dalam berbagai perangkat hukum seperti: UU Perkawinan (UU No. 1 th. 1974, UU Wakaf, Undang-undang Peradilan Agama, UU Zakat, UU Haji dll. Selain itu diaplikasikan dalam bentuk ekonomi Syari’ah, Bank Syari’ah, Asuransi Syari’ah, Pengadaian Syari’ah, dan diberlakukannya Syari’at Islam di Nanggroe Aceh Darussalam.

Amat disayangkan ketika terbuka peluang konstitusional yakni Sidang Tahunan MPR-RI (2001) pada saat Amandemen UUD ’45 berkenaan dengan pasal 29 Bab Agama elit politik muslim di MPR tidak kompak untuk memperjuangkan dilaksanakannya syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.  Apalagi saat ini sekitar 3000 Perda dihapus oleh Pemerintah yang sebagian besar Perda ydm bernafaskan Islam.

Kaum muslimin dan Muslimat Rahimakumullah!

Sebagai ummat pendukung da’wah, bahkan sebagai ummat Islam terbesar di dunia dan bagian dari mayoritas bangsa, kaum Muslimin Indonesia memikul tanggung jawab dan beban sejarah.

  • Kita bertanggung jawab terhadap kebangkitan kembali ummat di semua bidang kehidupan.
  • Mengentaskan kemiskinan,
  • mengembangkan potensi sosial-ekonomi ummat,
  • mengejar ketertinggalan kita di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dengan dilandasi iman dan taqwa,
  • membangun manusia Indonesia seutuhnya, sebagaimana didesign Allah dalam Al-Qur’an: Ummatan Wasatha’! Ummat yang berkesinambungan. Tidak semata-mata mendewa-dewakan materi atau mendewa-dewakan sains dan teknologi.

    Seorang tokoh muslim (muallaf) Roger Garaudy yang juga cendekiawan terkemuka Prancis menyampaikan pandangannya mengoreksi konsepsi pembangunan Barat antara lain:
    “Kesalahan terbesar dalam kebudayaan Barat adalah bahwa ia terlalu berpegang pada pembangunan materi. Development of production dianggap sebagai lambang satu-satunya bagi kemajuan dan kebahagiaan ummat manusia. Tetapi sesudah itu mau apa? Sesudah mobil-mobil, alat-alat mekanis dan komputer diproduksi secara besar-besaran dan terus meningkat, lalu mau apa? Sesudah bank-bank dibangun di mana-mana dan menghasilkan keuntungan yang berlimpah, lalu mau apa? Sesudah dibangun kota-kota, jalan-jalan dan pabrik-pabrik, lantas mau ke mana? Akan kemanakah kita sesudah itu semua? Manakah pembangunan di bidang nilai? Mental, akhlak, sikap dan kebahagiaan sejati? Mereka berusaha membangun kebudayaan tanpa iman dan tanpa Tuhan.

    Hasil satu-satunya dari teori pembangunan yang sarat ini adalah bahwa dunia sekarang ini telah memiliki sarana-sarana yang telah siap untuk menghancurkan dirinya”.

    Kita ungkapkan penilaian Roger Garaudy sebagai intelektual Perancis yang muallaf, yang setelah meneguk kehidupan Barat sepuas-puasnya, lalu memberikan penilaian kritis objektif terhadap kebudayaan Barat itu sendiri.
    Untuk apa kita ungkapkan penilaian Garaudy tersebut? Tidak lain untuk menghindarkan ummat dan bangsa kita dari kesalahan yang ditempuh negara-negara maju dengan modernismenya yang sekuler! Yang hampa dari nilai-nilai wahyu, hampa dari nilai-nilai rohaniah!

    Ummat Islam sebagai penduduk mayoritas di negeri ini harus kembali memotivasi diri membangun kepekaan spiritual dengan firman-firman Allah dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan memulai dari keluarga sebagai komunitas ummat terkecil hingga tercipta masyarakat Islami, masyarakat Qur’ani. Menjadikan keluarga sebagai starting point da’wah bersama jama’ah Islamiyah menjadi benteng da’wah, benteng akhlaq, benteng ‘aqidah menjadi kekuatan bangsa membangun peradaban dan kemanusiaan.

    Untuk bangkit kembali menjadi bangsa yang bermartabat, memiliki harga diri dan jati diri, kita memerlukan pemimpin-pemimpin yang berakhlaq mulia, jujur, amanah, profesional dan memiliki komitmen yang teguh untuk menegakkan syari’at: Tathbiqusysyari’ah! Wakil-wakil ummat Yang Hanya tunduk Pada Kehendak Allah!

    Kaum Muslimin dan Muslimat Rahimaatulullah

    Tantangan da’wah kini semakin berat dan kompleks. Namun kita tidak boleh berhenti melaksanakan kewajiban beramar ma’ruf nahi munkar. Gerakan Da’wah berada diantara dua kecenderungan yang sekilas seakan sama kuat: Kecenderungan transenden dan kecenderungan sekular. Kecenderungan sekuler tampak dari bergesernya nilai-nilai (agama, adat istiadat, tradisi) yang selama ini menjadi acuan kearah nilai-nilai baru yang “serba boleh”, : primissivness, tampak dari gaya hidup serba longgar dari nilai-nilai agama (Islam). Implikasinya hampir meliputi semua bidang kehidupan: mulai dari mode (gaya berpakaian), musik, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, seni dan sebagainya. Kecenderungan transeden tampak dari gairah masyarakat untuk semakin religius. Kegiatan kajian-kajian agama (bahkan merambah ke hotel-hotel), kawasan industri, minat masyarakat mengenakan busana muslim/muslimah, kegiatan umrah, pesanatren kilat, bahkan ada yang tertarik memperdalam tasawwuf.

    Abad ke XXI ditandai oleh pencapaian dibidang teknologi yang menakjubkan. Revolusi dibidang teknologi komunikasi telah melahirkan era baru: Era Globalisasi; sesuatu yang tak mungkin dielakkan dengan segala dampak positif dan negatif. Sebagai akibat dari pencapaian teknologi komunikasi itu ada sesuatu yang hilang dari kehidupan umat manusia, yakni jarak. Kita berada dalam apa yang disebut the global village, yang menjadikan dunia tanpa sekat.

    Segi-segi positif dari Era Global ini ditandai oleh kemajuan dibidang teknologi komunikasi. Hal ini tentunya kita terima dan manfaatkan bahkan bisa menunjang kegiatan da’wah. Tetapi dampak buruk dari muatan yang dikandung dalam bentuk media cetak dan elektronik seperti : pornografi, adegan-adegan kekerasan, menciptakan realitas sosial yang amat buruk bagi perkembangan da’wah. Maraknya VCD porno, film, majalah, tabloid porno yang semakin mudah diperoleh termasuk akses ke internet yang mengumbar seks bebas dan pendorong kuat merebaknya maksiat.

    Dunia ketiga termasuk negeri-negeri muslim sedang mengalami apa yang disebut pakar komunikasi: penjajahan budaya. Melalui Media cetak/elektronik, budaya yang cenderung mengabaikan nilai-nilai agama meyerbu rumah tangga kaum muslimin. Akhirnya terjadi benturan budaya, benturan norma, benturan nilai. Apa yang dimasa lalu dipandang tabu kini tidak saja dipandang sesuatu yang biasa bahkan tidak jarang dianggap sebagai ciri-ciri modernitas atau ciri-ciri orang modern.

    Kini masyarakat dilanda penyakit-penyakit sosial : miras, judi, perzinahan, narkoba, pornografi, pornoaksi, penyimpangan seksual: homoseks, lesbianisme. Pergaulan semakin bebas, Pengguguran kandungan (aborsi) mencapai lebih dua juta jiwa pertahun.

Disisi lain upaya mencerdaskan bangsa merupakan amanah kemerdekaan masih sangat tertinggal.

Dalam banyak hal Indonesia tertinggal jauh dibanding negara-negara ASEAN dan negara-negara yang sedang berkembang. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang dicapai Indonesia dibawah negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina dan Thailand.

John Pilger dalam bukunya yang berjudul “The New Rules of The World”, mengungkapkan dengan tandas sebagai plundered, sebagai perampokan massal, hal ini dilakukan sejak tahun 1967. Syukur alhamdulillah ummat Islam Indonesia merupakan garda depan mengawal NKRI menjaga dan memelihara keutuhannya.

Selain memecah belah bangsa ini yang terus menerus mengalami keterpurukan ekonomi, politik bahkan moral, memang tidak terlepas dari global strategi kapitalisme global yang ingin memporakporandakan dunia Islam atau negeri-negeri muslim agar bertekuk lutut.

John Perkins, Konsultan bisnis Amerika Serikat memberikan pengakuan dalam bukunya : Confessions of Economic Hit man”, mengaku disewa oleh kekuatan kapitalisme global untuk merusak dan membuat ekonomi negara-negara berkembang termasuk Indonesia, menjadi terjajah dan sangat tergantung pada tuannya yakni Kapitaalisme Global. Yang lebih mengejutkan lagi John Perkins mengakui memulai startnya dari Indonesia. Negara-negara yang digarap dikondisikan untuk menjadi negara yang dililit hutang, selanjutnya sumber alamnya dikuras.

Selain itu merajalelanya korupsi bagaikan kanker ganas merasuk keseluruh tubuh bangsa menjadikan bangsa ini nyaris bangkrut. Di tingkat global Indonesia (dalam hal korupsi) menduduki peringkat ke 5 dan ditingkat Asia peringkat ke I. ini data 2010.

Sementara rakyat kecil tertatih-tatih mempertahankan hidup akibat kenaikan harga yang luar biasa, sementara itu elit politik (anggota DPR/DPRD) dan para menteri menikmaati kenaikan tunjangan dan gaji ditengah-tengah rintihan kaum dhuafa.

Akhirnya di akhir khutbah Idul Fithri ini dengan mengajak jama’ah sekalian di hari yang mulia ini, di hari yang penuh barakah ini, mari kita menundukkan hati  masing-masing, mendekatkan diri di hadapannya Yang Maha Besar dan Maha Kuasa, munajah dan berdo’a kepada-Nya Yang Maha Rahman dan Maha Rahim.

Allahumma, Ya Allah, Tuhan kami

Kami yang berdo’a disini, di bumi-Mu yang subur dan indah ini, adalah hamba-hamba-Mu yang dha’if, hamba-hamba-Mu yang banyak berbuat khilaf dan dosa. Karenanya ya Allah, ampunilah segala dosa-dosa kami, ampunilah juga ya Allah segala dosa orang-orang tua kami, dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat di manapun mereka berada.

Ya Allah ya Tuhan kami betapa kami telah menzhalimi diri kami.

  • Nikmat-Mu alangkah besar, anugerah-Mu tak terkira, kami menghirup udara segar, kami meminum air-Mu penghapus dahaga ummat-Mu. Engkau karuniakan kami segala kenikmatan, segala kenikmatan namun terasa betapa kami tak pandai mensyukuri segala anugerah karunia-Mu itu.

    Betapa tidak wahai Tuhan kami! Alangkah lemah semangat kami, alangkah beku hati kami, alangkah kelu lidah kami. Bagaikan tak berdaya membela agama-Mu, tak berdaya mengucapkan yang haq itu haq dan yang bathil itu bathil!

    Ya Allah ya Tuhan kami, jangan engkau biarkan kami mengembara di tengah kegelapan dan kebathilan, tanpa petunjuk-Mu, jangan biarkan kami tersesat jalan tanpa bimbingan-Mu, jangan biarkan kami tenggelam dalam keserakahan, dalam ketamakan dunia, tanpa peringatan dari-Mu, jangan Engkau biarkan kami sendiri wahai Tuhan sekejap sekalipun!

    Jadikanlah kami ummat yang pandai bersyukur ni’mah bukan ummat yang kufur ni’mah! Anugerah-Mu Ya Allah, alangkah besar, Indonesia yang permai, sumber alam yang kaya namun bangsa ini masih jauh dari sejahtera. Kembalikanlah ya Allah sifat-sifat amanah kepada pemimpin bangsa ini, keadilan, kejujuran, penegakan hukum dan penghargaan terhadap martabat kemanusiaan.

    Ya Allah ya Tuhan kami betapa semakin hari bangsa ini semakin jauh dari firman-firman-Mu.

  • Ajarilah kami ya Allah ya Rabb akan makna sabda Rasul-Mu: Qul Amantu billah tsummastaqiem! Katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian bersikaplah istiqamah!
  • Sabda yang amat sangat singkat dari Rasul-Mu itu seolah semakin tidak kami mengerti. Bahkan mereka yang menyandang sebagai pemimpin-pemimpin ummat semakin tidak istiqamah dalam melangkah, ya Allah ya Rabb, terasa diantara kami semakin menjauhi ‘aqidah-Mu, merendah-rendahkan syari’at-Mu bahkan ada yang menolak diberlakukannya syari’at-Mu.
  • Mereka berlindung dibalik hujjah buatan manusia bukan bersikap sami’na wa atha’na terhadap ayat-ayat Mu. Ya Allah ya Rabb Tuhan kami, ajarilah kami ya Allah untuk memahami makna kalimah Tauhid La ilaha illallah simpul syari’at-Mu. Sehingga kami mampu menegakkannya, teguh mempertahankannya, tegar membelanya dan ….mengakhiri hayat kami ya Allah, ya Rabb al a’lamin dalam pelukan kalimah tauhid: La ilaha illallah!

    Ya Allah Tuhan kami, belum banyak amal yang bisa kami untuk-Mu, tanda kami mencintai-Mu. Namun curahkan selalu kasih sayang-Mu, hidayah dan maghfirah-Mu agar kami selalu menebarkan kebaikan menebarkan rasa kasih rahmatan lil ‘alamien.

    Ya Allah Tuhan kami, berilah hidayah kepada kaum Muslimin di seluruh dunia,  berikanlah hidayah kepada pemimpin-pemimpin kami, hilangkan benih-benih tafarruq, perpecahan, gantikanlah ia dengan ishlah, ukhuwwah, marhamah dan mahabbah!

    Jadikanlah pertemuan kami di tempat ini pertemuan dari kalbu-kalbu yang rindu akan rahmat-Mu, pertemuan dari hati-hati yang ikhlas menjalankan Risalah-Mu, syari’at Mu, da’wah-Mu, Istiqamah di jalan-Mu.

  • Jadikan pula perpisahan kami dari tempat ini perpisahan yang Engkau pelihara dari rasa perpecahan. Hapuskanlah segala khilaf dan dosa diantara kami yang hadir.

    Ya Allah ya Tuhan kami, di antara kami yang berkumpul ini banyak yang telah lanjut usia, generasi muda kami tumbuh di tengah kemelut budaya, peliharalah mereka generasi di belakang kami agar tumbuh menjadi zurriyah yang soleh-sholeha  yang mampu meneruskan jejak risalah Rasul-Mu Muhammad Saw.

    Ya Allah ya Tuhan kami, akhirnya kami pun memohon kepada-Mu, terimalah amal ibadah kami, shalat kami, puasa kami, zakat kami, sujud dan ruku’ kami, tilawah dan shadaqah kami, tasbih, tahmid, tahlil, takbir kami, jadikanlah ia wahai Tuhan penebus dosa-dosa kami.

    Ya Rahman, ya Rahim, ya Mujibassailin, Engkau Maha Mengetahui, Engkau Maha Mengabulkan, Engkau Maha Mendengar. Kabulkanlah do’a dan permohonan kami.

    Ya Arhamarrahimien Irhamna 3x
    Walhamdulillahi Rabbil a’lamien.

Diposkan oleh Marhadi Muhayar, Lc., M.A. (Silahkan menukil dengan menyebut sumbernya).Judul asli :

MEMBANGUN INDONESIA BARU DENGAN KEMBALI KEPADA FITHRAH

10945547_10200350190073687_6761647511836910601_ndiedit ulang : oleh a. rozak abuhasan

 

 

Khutbah Gerhana Bulan

_46096425_Gerhana matahari 2009Khutbah Gerhana Bulan

 

Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ۖ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ . اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ اتَّقُوْا اللهَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

MARILAH kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala dengan sebenar-benar taqwa, iaitu istiqamah dalam mengerjakan segala suruhan-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Dengan yang demikian, mudah-mudahan kita akan menjadi umat yang terbaik dan unggul serta mendapat keredaan Allah Subhanahu Wata’ala di dunia dan di akhirat.

Muslimin / muslimat yang dirahmati Allah,
Firman Allah (QS. Yaasiin 36:38-40):
وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
38. dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.
39. dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua[1267].
40. tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.

[1267] Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, Dia menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.

Kejadian Gerhana Bulan saat ini mengajak kita untuk menambahkan keimanan tentang kehebatan dan kekuasaan Allah Subhanahu Wata’ala sebagai Pentadbir seluruh alam, segala peredaran cakerawala, bumi, bulan, matahari dan seumpamanya.
Peredaran bulan dan matahari yang teratur setiap hari secara berganti-ganti, matahari beredar di waktu siang, manakala bulan beredar di waktu malam adalah atas kudrat dan iradat Allah Subhanahu Wata’ala jua.
Ia mempunyai hikmat dan tujuan tersendiri antaranya bagi tujuan manusia untuk bekerja pada siang hari dengan mudah dan pada malam hari pula dapat beristirahat dan bermunajat kepada Allah dengan tenang.

Pergerakan matahari dan bulan yang teratur dan tetap juga dapat digunakan oleh manusia untuk dijadikan kalendar tahunan. Oleh itu setiap kejadian yang berlaku termasuk gerhana bulan pada saat/malam ini adalah untuk mengetuk hati kita agar bersyukur dan mengingati Allah sepanjang masa dan tempat. Kita senantiasa diminta agar berfikir tentang kejadian alam ciptaan Allah dalam mengenali sifat-sifat Allah dan juga mengakui diri kita sebagai hamba yang serba lemah

images (34)Muslimin / muslimat yang diberkati Allah,

Firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam Surah Ibrahim ayat 33:
سَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
“Dan Dia juga yang menjadikan matahari dan bulan sentiasa beredar untuk kepentingan kemudahan kamu dan yang menjadikan malam dan siang bagi faedah hidup kamu.”
Kejadian gerhana bulan dan matahari menunjukkan kepada kita bagaimana kedua kejadian ini demikian hebat yang berada dalam arahan dan perintah Allah.
Bandingkan dengan ciptaan akal manusia, walau bagaimana hebat dan kuat sesuatu namun ia mempunyai kelemahan. Beda ciptaan Allah di mana kehebatan dan kekuatan yang tidak akan kurang walaupun sedikit, ciptaan-Nya sangat sempurna.

Mari kita renungkan bagaimana hebatnya pergerakan bulan, matahari dan pergerakan cakrawala yang lain yang tetap di atas landasan orbitnya tanpa terjadi benturan antara satu sama lain .
Muslimin / muslimat yang dihormati sekalian,
Kejadian gerhana matahari atau bulan, bukanlah merupakan suatu tanda akan timbul suatu kejadian yang aneh dan mengkawatirkan sebaliknya ia menunjukkan antara kehebatan dan kekuasaan Allah.
Kejadian gerhana juga bukanlan disebabkan oleh kematian atau kelahiran seseorang sebagaimana teguran Rasulullah s.a.w terhadap para sahabat yang membuat pelbagai andaian tentang kejadian gerhana matahari yang berlaku berkebetulan dengan hari kewafatan anakandanya Ibrahim lalu sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam:
“إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله لا ينكسفان لموت أحد ولا لحياته فإذا رأيتموهما فادعوا الله وصلوا حتى ينكشف ما بكم (رواه البخاري ومسلم)
Maksudnya: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah 2 bukti daripada tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala. Kedua-duanya tidak akan gerhana kerana kematian atau hidupnya seseorang. Maka apabila kamu melihat gerhana keduanya itu maka berdoalah kepada Allah, dirikanlah sholat sehingga hilangnya tanda gerhana daripada kamu
Muslimin / muslimat yang diberkati Allah,
Apabila berlaku gerhana, kita sebagai umat Islam adalah dianjurkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam supaya bersegera untuk melakukan perkara-perkara kebajikan seperti berdoa, berzikir, sholat, bertakbir, bersedekah dan beristighfar.
Sebagaimana hadis Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam:
[ إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله لا ينخسفان لموت أحد ولا لحياته ، فإذا رأيتم ذلك فادعوا الله وكبروا، وصلوا ، وتصدقوا …… ( البخاري )
Maksudnya: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah 2 bukti daripada tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala di mana kedua-duanya tidak akan gerhana kerana kematian atau hidupnya seseorang. Maka apabila kamu melihat gerhana itu maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, dirikanlah sholat dan bersedekahlah……
Di samping kita melakukan perkara-perkara yang kebajikan marilah pula kita menghindari daripada melakukan perkara-perkara mungkar dan maksiat serta perbuatan syirik. Mudah-mudahan kejadian gerhana bulan ini akan menimbulkan kesadaran serta menguatkan lagi keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

images (7)

Firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam Surah Ali ‘Imran ayat 190 – 191:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Maksudnya : “Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi dan pada pertukuran malam dan siang, ada tanda-tanda kekuasaan, kebijaksanaan dan keluasan rahmat Allah bagi orang-orang yang berakal: Iaitu orang-orang yang menyebut dan mengingati Allah semasa mereka berdiri dan duduk dan semasa mereka berbaring mengiring dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi sambil berkata: Wahai Tuhan kami! Tidaklah engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka peliharalah kami dari azab neraka.”

Muslimin / muslimat rohimakumullah,
Pernah suatu masa Rasulullah s.a.w melakukan solat sunat terjadi gerhana dengan bacaan yang panjang dalam kedaan seolah-olah seperti akan berlaku qiamat. Ini semua mengajar kita semua agar sentiasa ingat kepada hari kematian kita serta hari qiamat yang begitu dahsyat dengan kehancuran langit dan bumi termasuk bulan dan matahari.

Mari kita renungkan Firman Allah (QS. Al-Qiyamah 75:6-12)
يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ ﴿٦﴾ فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ ﴿٧﴾ وَخَسَفَ الْقَمَرُ ﴿٨﴾ وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ﴿٩﴾ يَقُولُ الْإِنسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ ﴿١٠﴾ كَلَّا لَا وَزَرَ ﴿١١﴾ إِلَىٰ رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ ﴿١٢﴾

6. ia berkata: “Bilakah hari kiamat itu?”
7. Maka apabila mata terbelalak (ketakutan),
8. dan apabila bulan telah hilang cahayaNya,
9. dan matahari dan bulan dikumpulkan,
10. pada hari itu manusia berkata: “Ke mana tempat berlari?”
11. sekali-kali tidak! tidak ada tempat berlindung!
12. hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الُمْسِلِمْينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَا فَوْزَ المُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Khutbah Kedua
الحَمْدُ ِللهِ الَّذِى خَلَقَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالقَمَرَ نُوْرًا , وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلهَ إِلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ , اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ اتَّقُوْا اللهَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

Firman Allah dalam surah Yunus 10:5-6
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ إِنَّ فِي اخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ

5. Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[669]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
6. Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa.

[669] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.

إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَااَّلذِيْنَ آمَنُوْ ا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وعلى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ غَفَّارًا فَأَرْسِلِ السَّمَآءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا اللّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُبِكَ مِنَ الذُّنُوْبِ الَّتِي تَمْنَعُ غَيْثَ السَّمَآءِ وَ نَعُوْذُبِكَ مِنَ الذُّنُوْبِ الَّتِي تُذِلُّ الأَعِزَّ وَ تُدَلِّلُ الأَعْدَاء, اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيَ الحَاجَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ , اللّهُمَّ لا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لايَخَافُكَ وَلا يَرْحَمُنَا , اللّهُمَّ انْصُرِ المُجَاهِدِيْنَ الَّذِيْنَ يُجَاهِدُوْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ زَمَانٍ وَمَكَانٍ , اللّهُمَّ أَعِزَّ الإسْلامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِّلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَانْصُرْ عِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ رَبَّنَا لاتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّاب رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإ حْسَانِ وَاِيْتَآءِ ذِيْ القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكَمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Assalamualaikum Wr. Wb.

Diedit : oleh a. rozak abuhasan

arahttp://arasitusislam.com/

KHUTBAH JUMAT BUDAYAH JAHILIAH

KHUTBAH JUMAT BUDAYAH JAHILIAH                                                                                                                                  (Judul asli :Tinggalkanlah Budaya Jahiliyah Fanatik Suku, Kelompok)

Photo A. ROZAK ABUHASAN

Photo A. ROZAK ABUHASAN

KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِ يْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. أَمَّا بَعْدُ

Kaum muslimin jamaah jumat rahimakumullah

Puja dan puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Kepada-Nyalah kita bersyukur atas limpahan kenikmatan yang tak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada kita. Dialah Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat keimanan, rezeki dan kesehatan kepada kita.

Dialah pula yang telah menyisipkan hidayah dalam hati kita, sehingga kita bisa hadir dan berkumpul bersama di masjid Al-Fajr ini untuk menunaikan kewajiban kita sebagai seorang muslim, yaitu kewajiban melaksanakan shalat Jum’at dan mendengarkan khutbah Jum’at yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan ibadah shalat Jum’at ini.

Shalawat serta salam semoga selamanya tercurah kepada Rasulullah terakhir Muhammad shallallahu alayhi wa sallam. Semoga kecintaan kita kepada beliau SAW, dapat mempertemukan kita dengannya nanti di syurga, bersama dengan para Nabiyyin, shiddiqin, syuhadaa’ dan shalihin.

Ikhwatal Iman rahimakumullah… jamaah shalat jum’at yang berbahagia.
Selanjutnya, izinkanlah khatib mengingatkan kita semua termasuk diri khotib sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Karena tidak ada bekal terbaik yang dapat menyelamatkan kita dalam kehidupan di dunia dan akhirat kecuali taqwa.

Jamaah shalat jum’at yang berbahagia.
Islam datang memperindah tatanan kehidupan, bukan membuatnya terpecah dan terbagi-bagi. Islam adalah agama yang melembutkan hati manusia setelah sebelumnya tercerai-berai.

Islam datang mengingatkan agar umatnya waspada dari hal-hal yang dapat memperlemah persatuan dan menjerumuskan mereka ke dalam perpecahan dan perselisihan. Di antara bentuk peringatan tersebut adalah peringatan akan fanatik kesukuan, kekeluargaan, atau nasab. Karena yang demikian ini adalah sifat jahiliyah yang menjadi penyebab tercerai-berainya umat, penyebab yang menimbulkan permusuhan dan kebencian.

Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.” (QS. Al-Hujurat: 10).
Dan juga firman-Nya,
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi kalian adalah mereka yang paling bertakwa kepada Allah.” (QS. Al-Hujurat: 13).

Dan firman-Nya juga,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1).

Ayyuhal mukminun ibadallah,
Sesungguhnya fanatik keluarga atau kedaerahan adalah sifat jahiliyah. Contohnya seseorang yang fanatik buta kepada orang yang sekeluarga dengannya atau sedaerah atau sekolompok dengannya. Apapun yang dilakukan oleh kerabatnya atau orang-orang yang berasal dari daerahnya atau kolompoknya, baik atau buruk, benar atau salah, petunjuk atau kesesatan, ia tidak peduli. Inilah di antara sifat jahiliyah yang hendak dikikis habis oleh agama Islam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فعن أَبِي نَضْرَةَ رضي الله عنه يُحَدِّث عمَّن سَمِعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَسَطِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ يقول : ((أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ ، وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ ، وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى))
Dari Abi Nadhrah radhiallahu ‘anhu, dari orang yang mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di hari-hari tasyriq. Beliau bersabda, “Ingatlah bahwa Rabb kalian itu satu, dan bapak kalian juga satu. Dan ingatlah, tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang ajam (non-Arab), tidak pula orang ajam atas orang Arab, tidak pula orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, dan tidak pula orang berkulit hitam di atas orang berkulit merah; kecuali atas dasar ketakwaan”.
وعن أبي مالك الأشعري رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((مَنْ دَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ فَهُوَ مِنْ جُثَاءِ جَهَنَّمَ ، قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنْ صَامَ وَإِنْ صَلَّى ؟ قَالَ وَإِنْ صَامَ وَإِنْ صَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ، فَادْعُوا الْمُسْلِمِينَ بِأَسْمَائِهِمْ بِمَا سَمَّاهُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْمُسْلِمِينَ الْمُؤْمِنِينَ عِبَادَ اللَّهِ))
Dari Abu Malik al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan barang siapa yang menyeru (memamggil) dengan seruan-seruan (julukan) Jahiliyyah maka ia termasuk yang dicampakkan ke dalam Jahannam”. Para sahabat radhiallahu ‘anhum bertanya, “Sekalipun dia shalat, berpuasa, dan menyangka dirinya muslim?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “(Ya) Sekalipun dia shalat dan berpuasa serta mengaku dirinya Islam. Panggilan kaum muslimin dengan nama-nama mereka dengan nama-nama yang telah Allah ‘Azza wa Jalla berikan kepada mereka yaitu kaum muslimin, mukiminin, dan hamba-hamba Allah”.
وعن أبيّ بن كعب رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((مَنْ تَعَزَّى بِعَزَاءِ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَعِضُّوهُ وَلَا تَكْنُوا))
Dari Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang membangga-banggakan diri dengan kebanggaan jahiliyah, tahan dia (supaya tidak terus bicara) dan jangan (diterus-teruskan hingga) dinyatakan secara terang-terangan”.
وعن ابن مسعود رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((مَنْ أَعَانَ قَوْمَهُ عَلَى ظُلْمٍ فَهُوَ كَالْبَعِيرِ الْمُتَرَدِّي يُنزَع بِذَنَبِهِ))
Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membantu kaumnya dalam kezhaliman, ia ibarat seekor unta yg jatuh dari tempat tinggi dan diangkat dgn ekornya”.
وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَفَخْرَهَا بِالْآبَاءِ ، مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ ، والنَّاسُ بَنُو آدَمَ وَآدَمُ مِنْ تُرَابٍ ، لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ فَخْرَهُمْ بِرِجَالٍ أَوْ لَيَكُونُنَّ أَهْوَنَ عَلَى اللَّهِ مِنْ عِدَّتِهِمْ مِنْ الْجِعْلَانِ الَّتِي تَدْفَعُ بِأَنْفِهَا النَّتَنَ))

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah menghilangkan dari kalian kesombongan Jahiliyyah dan membangga-banggakan nenek moyang. Yang ada adalah orang beriman yang bertaqwa dan orang jahat yang celaka. Kalian ini anak cucu Adam, dan Adam berasal dari tanah. Oleh karena itu, hendaknya seseorang meninggalkan berbangga-bangga terhadap kaumnya, karena ia hanyalah arang dari arang-arang Jahannam. Atau, ia di sisi Allah lebih hina daripada kumbang yang mendorong-dorong kotoran dengan hidungnya.” Hadits-hadits di atas adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya.

Ayyuhal mukminun ibadallah,
Wajib bagi seorang muslim untuk merenungi dan mensyukuri nikmat hidayah yang telah Allah berikan. Hendaknya seorang muslim juga mengetahui hakikat agama Islam ini. Mengetahui kemuliaan dan keagungannya dengan sebenar-benarnya. Dan menyadari bahwa inti agama ini adalah mentaati Allah Jalla wa ‘Ala dan mengikuti syariat-Nya.

Seorang muslim juga harus menjauhi sifat-sifat fanatik seperti yang telah disebutkan tadi. Sikap yang sama sekali tidak dituntunkan oleh Allah. Kemuliaan yang hakiki adalah taat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Karena itu, hendaklah kita bertakwa kepada Allah Jalla wa ‘Ala. Karena orang yang paling mulia di sisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa kepada-Nya.
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ

Hadirin Jamaah Jumat Rohimakumullah.
Rasulullah melarang para sahabatnya menyebut-nyebut “Muhajirin” “Anshar”, padahal kedua panggilan ini adalah nama-nama yang syar’i, artinya berasal dari syariat. Penyebutan kedua nama tersebut sering tertera di dalam Alquran dalam bentuk pujian. Sebagaimana firman Allah Jalla wa ‘Ala,
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Tubah: 100).

Akan tetapi, ketika nama-nama tersebut membangkitkan fanatisme kesukuan, kelompok, dan kedaerahan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan peringatan dengan peringatan yang keras. Sebagaimana sabda beliau,
دَعُوهَا فَإِنَّهَا خَبِيثَةٌ

“Tinggalkanlah seruan itu karena hal semacam itu tercela (buruk).”
Kalau panggilan dengan nama yang syar’i saja dilarang, bagaimana kiranya seseorang ta’ashub, fanatik dengan nama-nama dari luar syariat, atau bahkan dengan nama-nama yang memang rusak dan jelek, dll. Nama-nama yang memang memecah belah umat Islam, nama-nama yang mengandung permusuhan dan kebencian.
Allahumma :

Ya Allah, wahai Rabb kami. Kami hadapkan jiwa kami kepada-Mu, memohon kepada-Mu dengan nama-nama-Mu yang maha terpuji dan sifat-sifat-Mu yang maha tinggi. Kami mengakui dan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Engkau. Persatukanlah umat Islam, umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, di atas kebenaran, petunjuk, kebaikan, dan ketakwaan.
Ya Allah, lembutkanlah hati di antara kami. Perbaikilah hubungan di antara kami. Berilah kami semua petunjuk kepada jalan keselamatan, wahai Allah pemilik kemuliaan dan keagungan.
Ya Allah, lindungilah kaum muslimin dimanapun mereka berada. Lindungilah mereka dari perpecahan dan pengkotak-kotakan. Ya Allah, satukanlah dan luruskan shaf kami. Satukanlah dan luruskanlah kalimat kami. Dan tundukkanlah hati kami pada kebenaran, wahai Rabb sekalian alam.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ
اِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالإِحْسَنِ
وَإِيْتَا ئِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُواللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَر

Assalamualaikum Wr. Wb.

SUMBER :
Oleh tim KhotbahJumat.com
Artikel http://www.KhotbahJumat.com
Tinggalkanlah Budaya Jahiliyah Fanatik Suku, Kelompok, dan Partai
http://khotbahjumat.com/tinggalkanlah-budaya-jahiliyah-fanatik-suku-kelompok-dan-partai/
re posting : ara

KHUTBAH IDUL FITRI : MENGURAI MAKNA FITRAH DI TENGAH PERUBAHAN DAN DINAMIKA KEHIDUPAN

Ahmad Rajafi SahranMENGURAI MAKNA FITRAH DI TENGAH PERUBAHAN DAN DINAMIKA KEHIDUPAN

AHMAD RAJAFI SAHRAN, MHI

KHUTBAH IDUL FITRI 1 SYAWAL 1433 H : MENGURAI MAKNA FITRAH DI TENGAH PERUBAHAN DAN DINAMIKA KEHIDUPAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله أكبر {× 7} الله أكبر كَبِيْرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لا إ له إلا اللهُ وَحْدَ هْ صَدَقَ وَعْدَ هْ وَ نَصَرَ عَبْدَ هْ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَ هْ ، لا إ له إلا اللهُ وَ لاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْن ، وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ اْلمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ اْلمُنَافِقُوْنَ ، لا إ له إلا الله والله أكبر ، الله أكبر ولله الحمد.

اَلحَمْدُللهِ الَّذِى جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرَ الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ عِيْدَ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِلصَّائِمِيْنَ وَفَرْحَةً لِلْمُتَّقِيْنَ أّشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ  لاَ شَرِ يْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محمدا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ اْلوَعْدِ اْلأَمِيْنِ ، اَللّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَعَلىَ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ             يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ {أما بعد}

 فَيَا عِبَادَاللهِ إِتَّقُوْا اللهََ حَيْثُ مَا كُنْتُمْ، وَاتَّقُوْا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ : شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُ نْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّ ةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَ لاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّ ةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ {البقرة : ١٨٥}

الله أكبر {× 5} ، الله أكبر ولله الحمد.

Hadirin Jama’ah Shalat ‘Ied yang dirahmati oleh Allah swt,

Dalam suasana pagi hari yang khidmat berselimut rahmat dan kebahagiaan ini, marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadhirat Allah swt, atas segala curahan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga di pagi hari ini kita dapat menunaikan ibadah shalat ‘idul fitri dengan khusyu’ dan tertib.

Hari ini, takbir dan tahmid berkumandang, mengagungkan asma Allah swt. Gema takbir yang disuarakan oleh lebih dari satu setengah milyar umat manusia di muka bumi ini, menyeruak di setiap sudut kehidupan, di masjid, di lapangan, di suaru, di kampung-kampung, di gunung-gunung, di pasar, dan di seluruh pelosok negeri umat Islam. Bahkan di daerah-daerah yang sedang mendapatkan cobaan besar dari Allah swt, seperti saudara-saudara kita umat muslim Rohingya di Myanmar, umat muslim di Palestina, dll.

Pekik suara takbir itu juga kita bangkitkan di sini, di bumi tempat kita bersujud dan bersimpuh kepada-Nya. Iramanya memenuhi ruang antara langit dan bumi, disambut riuh rendah suara malaikat nan khusyu’ dalam penghambaan diri mereka kepada Allah swt. Getarkan qalbu mukmin yang tengah dzikrullah, penuh mahabbah, penuh ridha, penuh raja’ akan hari perjumpaannya dengan Sang Khaliq, Dzat yang mencipta jagat raya dengan segala isinya.

Kumandang takbir dan tahmid itu sesungguhnya adalah wujud kemenangan dan rasa syukur kaum muslimin kepada Allah swt atas keberhasilannya meraih fitrah (kesucian diri) melalui mujahadah (perjuangan lahir dan bathin) dan pelaksanaan alam ibadah selama bulan suci Ramadhan yang baru berlalu. Allah swt menegaskan :

… وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ{البقرة : 185}

Artinya : “…dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” [QS. al-Baqarah : 185]

Islam sesungguhnya telah mengajarkan takbir kepada umatnya, agar ia senantiasa mengagungkan asma Allah swt kapanpun dan di manapun, saat adzan kita kumandangkan takbir, saat iqamah kita lafalkan takbir, saat membuka shalat kita ucapkan takbir, saat bayi lahir kita perdengarkan takbir, bahkan saat di medan laga perjuangan kita juga memekikkan suara takbir.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Dalam suasana kemenangan ini, marilah kita menghayati kembali makna kefitrahan kita, baik sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifatullah fi al-ardhi. Idul fitri yang dimaknai kembali kepada kesucian ruhani, atau kembali ke agama yang benar, sesungguhnya mengisyaratkan bahwa setiap orang yang merayakan Idul Fitri berarti dia sedang merayakan kesucian ruhaninya, mengurai asal kejadiannya dan menikmati sikap keberagamaan yang benar, keberagamaan yang diridhai oleh Allah swt. Di sinilah seungguhnya letak keagungan dan kebesaran hari raya Idul Fitri, hari di mana para hamba Allah merayakan keberhasilannya mengembalikan kesucian diri dari segala dosa dan khilaf melalui pelaksanaan amal shaleh dan ibadah puasa di bulan Ramadhan, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Muhammad saw :

حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَ يْرَ ةَ حَدَّ ثَهُمْ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ {رواه مسلم}

Artinya : “Bagi siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan dilaksanakan dengan benar, maka diampuni (oleh Allah swt) dosa-dosanya yang terdahulu.” [HR. Muslim, Kitab Shahih Muslim, Juz 5, hlm. 131]

Namun patut diingat, bahwa dosa atau kekhilafan antar sesama manusia, ia baru terampuni apabila mereka saling memaafkan, dan karena itulah, mari kita jadikan momentum Idul Fitri yang suci ini untuk saling meminta dan memberi maaf atas segala kesalahan antar sesama, kita buang perasaan dendam, kita sirnakan keangkuhan dan kita ganti dengan pintu maaf dan senyum sapa yang tulus penuh dengan persaudaraan dan kehangatan silaturahmi antar sesama.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Terkait dengan kemuliaan orang yang mampu mensucikan dirinya ini, Allah swt menggambarkan dalam firman-Nya :

… وَمَنْ تَزَكَّى فَإِنَّمَا يَتَزَكَّى لِنَفْسِهِ وَ إِلَى اللهِ الْمَصِيرُ{18} وَمَا يَسْتَوِي اْلأَعْمَى وَالْبَصِيرُ{19}               وَلاَ الظُّلُمَاتُ وَ لاَ النُّورُ{20} وَ لاَ الظِّلُّ وَ لاَ الْحَرُورُ{21}

Artinya : “…Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali (mu).[18] Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.[19] dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya. [20] dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas.[21]” [QS. Fathir : 18-21]

Pada ayat tersebut, Allah swt membandingkan antara orang yang mampu mensucikan jiwanya dengan yang suka mengotorinya, laksana orang yang melihat dengan orang yang buta, laksana terang dan gelap, laksana teduh dan panas. Sungguh sebuah metafora yang patut kita renungkan. Allah seolah hendak menyatakan bahwa manusia yang suci, manusia yang baik, manusia yang menang dan beruntung itu adalah mereka yang mau dan mampu melihat persoalan lingkungannya secara bijak dan kemudian bersedia menyelesaikannya, mereka yang mampu menjadi lentera di kala gelap, dan menjadi payung berteduh di kala panas dan hujan. Mereka inilah pemilik agama yang benar, agama yang hanafiyyah wa al-samhah, terbuka, toleran, pemaaf dan santun. Inilah agama tauhid, agama Nabi Ibrahim dan keturunannya Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, dan Nabi Muhammad saw.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Idul Fitri pada hakikatnya memberikan pesan kepada kita, bahwa syari’at Islam mengajarkan kepada kesucian, keindahan, kebersamaan dan mengarahkan umatnya memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Rukun dalam kebersamaan dan bersama dalam kerukunan.

Segala kelebihan yang melekat di dalam diri manusia dalam bentuk apapun, hendaknya disadari bahwa selain merupakan nikmat, ia juga sekaligus sebagai amanat. Merupakan nikmat agar senantiasa disyukuri, dan sebagai amanat supaya digunakan dengan sebaik-baiknya sesuai ketentuan allah swt. Hal yang demikian karena fitrah pada hakikatnya adalah gabungan dari tiga unsur kehidupan sekaligus, yakni (1) keindahan, (2) kebenaran, (3) kebaikan. Seseorang yang beridul fitri berarti telah mampu mengembalikan fitrahnya sehingga dapat berbuat yang indah, baik dan benar.

Perbutan yang indah akan melahirkan seni dan estetika, dan seni akan menghasilkan kreatifitas yang membangun dan menyejukkan. Perbuatan baik akan menimbulkan etika dan menciptakan tatanan kehidupan yang tertib dan harmonis. Sementara kebenaran akan menghasilkan ilmu pengetahuan yang mengantarkan kemajuan peradaban umat manusia. Karenanya, perubahan ke arah yang lebih baik hanya dapat diwujudkan oleh pribadi-pribadi yang dalam dirinya telah bersemi kefitrahan.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Oleh karena fitrah manusia dapat berubah dari waktu ke waktu karena pergaulan, karena pengaruh budaya dan lingkungan, karena latar belakang pendidikan dan faktor-faktor lainnya. Maka, agar fitrah itu tetap terpelihara kesuciannya, hendaknya ia selalu mengacu pada pola kehidupan Islami yang berlandaskan al-Qur’an, al-Sunnah dan teladan para ulama’. Pola kehidupan yang bersendikan nilai-nilai agama dan akhlak mulia, sehingga dirinya diharapkan mampu membangun manusia seutuhnya, insan kamil yang memiliki keutuhan iman, keluasan ilmu pengetahuan serta tangguh menjawab berbagai peluang dan tantangan kehidupan.

Karena itu, segala kebiasaan baik yang telah kita lakukan di bulan suci Ramadhan baik ibadah puasa, tarawih, membaca dan memahammi al-Qur’an, peduli kaum dhu’afa, mengendalikan amarah dan hawa nafsu, menjaga kejujuran, hendaknya tetap kita lestarikan dan bahkan kita tingkatkan sedemikian rupa agar dapat menjadi tradisi yang mulia dalam diri, keluarga dan lingkungan masyarakat kita, sehingga fitrah yang telah kita raih di hari yang agung ini akan tetap terpelihara hingga akhir kehidupan kita. Marilah kita jadikan spirit ibadah puasa sebagai perisai diri kita dari godaan dan ujian kehidupan di masa-masa mendatang.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Adapun tujuan final disyari’atkannya ibadah puasa adalah untuk membentuk pribadi muttaqin yang memiliki karakter seperti disinyalir Allah swt dalam surat Ali Imran ayat 134-135 :

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ  يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ{134}وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَ نْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ  فَاسْتَغْفَرُوا لِذُ نُو بِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّ نُوبَ إِلاَّ اللهُ وَ لَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ{135}

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.[134] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.[135]” [QS. Ali Imran : 134-135]

Dengan menghayati pesan ayat tersebut, maka segala aktifitas ibadah yang kita laksanakan hendaknya tidak hanya terjebak pada rutinitas ritual yang kering makna, akan tetapi ‘amaliyah ibadah yang kita jalankan seharusnya mampu menangkap hikmah syari’ah di balik pelaksanaan ibadah itu, yakni memperbaiki kepribadian dan prilaku kita dari ke-thalih-an menuju ke-shalih-an, dari kekotoran menuju kesucian, dari kebrutalan menuju keramahan, dari kekikiran menuju kedermawanan, dari kezhaliman menuju keadilan, dari ketidaktahuan menuju pencerahan, dan seterusnya. Sebab, seluruh amal ibadah yang disyari’atkan Islam sesungguhnya dimaksudkan dari, oleh dan untuk umat manusia itu sendiri.

Ibadah shaum pada hakikatnya merupakan suatu proses penempaan dan pencerahan diri, yakni upaya yang secara sengaja dilakukan untuk mengubah prilaku setiap muslim, menjadi orang yang semakin meningkat ketakwaannya. Melalui ibadah shaum, sebagai manusia yang memiliki nafsu dan cenderung ingin selalu mengikuti hawa nafsu, kita dilatih untuk mengendalikan diri supaya menjadi manusia yang dapat berprilaku sesuai dengan fitrah aslinya. Fitrah asli manusia adalah cenderung taat dan mengikuti ketentuan Allah swt. Melalui proses pencerahan yang terkandung di dalam ibadah shaum, diharapkan setiap muslim menjadi manusia yang di manapun kehadirannya, terutama dalam masyarakat yang bersifat plural ini dapat memberi manfaat kepada sesama.

Risalah Islam sesunggunya bukan hanya diperuntukkan bagi umat Islam saja, tapi ajarannya juga sarat dengan nilai-nilai yang universal. Seperti ajaran yang menekankan pentingnya setiap muslim agar mau dan mampu memberi manfaat kepada sesama (simbiosis mutualisme). Dalam pandangan Islam, salah satu indikator kualitas kepribadian seseorang adalah seberapa besar kahadirannya mampu memberi manfaat kepada sesama, atau dalam bahasa lain, semakin besar kemampuan seseorang memberikan manfaat kepada orang lain, maka semakin unggul pula kualitas keberagamaannya. Rasulullah Muhammad saw bersabda :

عَنْ جَابِر رَضِيَ اللهُ عَنهُ أَنَّ النبي صَلىَّ اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ : خَيرُ النَّاسِ أَ نْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ {رواه الشهاب القضاعي}

Artinya : “Dari Jabir ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: Sebaik-baiknya manusia (muslim) adalah orang yang paling (banyak) memberi manfaat kepada manusia.” [HR. Syihab al-Qudha’i, Kitab Musnad Syihab al-Qudha’i, Juz 4, hlm. 365]

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Hal lain yang perlu kita sadari dalam mengarungi samudra kehidupan ini adalah, bahwa telah menjadi sunnatullah bila kehidupan ini diwarnai dengan susah dan senang, tangis dan tawam rahmat dan bencana, menang dan kalah, peluang dan tantangan, yang acap kali menghiasi dinamika kehidupan kita. Orang bijak sering berkata “hidup ini laksana roda berputar”, sekali waktu bertengger di atas, pada waktu yang lain tergisal di bawah. Kemarin sebagai pejabat, sekarang kembali menjadi rakyat, suatu saat pernah menjadi kaya dan pada saat yang lain hidup sengsara, kemarin sehat bugar, saat ini berbaring sakit tidak berdaya, bahkan mungkin tetangga kita, saudara-saudara kita, orang tua kita, suami/istri kita, anak-anak kita tahun kemarin masih melaksanakan nikmatnya shalat ‘ied di samping kita, sekarang mereka, orang-orang yang kita cintai itu telah meninggalkan kita kembali keharibaan Allah swt. Kehidupan ini tidak ada yang kekal, semua akan terus bergerak sesuai denga kehendak dan ketentuan rabbul ‘alamin, Allah Jalla Sya’nuhu.

Hadirin, sebagai seorang mukmin tentu tidak ada celah untuk bersikap frustasi dan menyerah kepada keadaan, akan tetapi harus tetap optimis, bekerja keras dan cerdas seraya tetap mengharap bimbingan Allah swt, karena sesungguhnya rahmat dan pertolongan Allah akan senantiasa mengiringi hamba-hamba-Nya yang sabar dan teguh menghadapi ujian. Sebagai seorang mukmin, kita juga tidak boleh hanyut dalam godaan dan glamornya kehidupan yang menipu dan fana ini. Justru sebaliknya, orang mukmin harus terus menerus berusaha mengobarkan obor kebajikan, menebarkan marhamah, menegakkan dakwah, merajut ukhuwah dan menjawab segala tantangan dengan penuh kearifan dan kesungguhan. Bukankah Allah swt telah berjanji :

وَ لاَ تَهِنُوا وَ لاَ  تَحْزَ نُوا وَأ َنْتُمُ اْلأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ{آل عمران : 139}

Artinya : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” [QS. Ali Imran : 139]

Ayat tersebut menegaskan kepada kita agar kita senantiasa berupaya memanfaatkan umur yang kita miliki dengan sebaik-baiknya, usia yang masing-masing kita punyai pasti akan tetap menghadapi tantangan, ujian dan selera kehidupan yang menggoda, karenanya kita harus tetap mawas diri dan tidak terbuai dengan nafsu angkara murka yang suatu saat dapat menjerumuskan kita dalam lembah kenistaan, kita pergunakan kesempatan dan sisa umur yang kita tidak pernah tahu kapan akan berakhir ini untuk memperbanyak bekal dan amal shaleh guna meraih keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di alam dunia yang fana ini maupun di alam akhirat yang kekal abadi.

Suatu saat Lukman al-Hakim, seorang shalih yang namanya diabadikan Allah di dalam al-Qur’an pernah menyampaikan taushiyah kepada putranya :

يابني ، إن الدنيا بحر عميق وقد غرق فيها أناس كثير ، فاجعل سفينتك فيها تقوى الله وحِشوها الإيمان وشراعها التوكل على الله لعلك تنجو

Artinya : “Wahai anakku, sesungguhnya dunia ini laksana lautan yang sangat dalam dan telah banyak manusia yang tenggelam di dalamnya, oleh karenanya, jadikanlah takwa kepada Allah sebagai kapal untuk mengarunginya, iman sebagai muatannya, dan tawakkal sebagai layarnya, niscaya engkau akan selamat sampai tujuan.” [Kitab al-Tahrir wa al-Tanwir, Bab 19, Juz 11, hlm. 130]

Hadirin, pada akhirnya marilah kita tampil pada hari ini dengan sebaiknya untuk saling memaafkan. Maka sebarkan rasa damai dan kasih sayang, hapuslah luka lama, tinggalkan dendam permusuhan dan kita hapus rasa kebencian. Idul fitri hanya pantas dirayakan oleh orang-orang yang telah berpuasa Ramadhan dan orang-orang yang ikhlas untuk saling memaafkan, dan mau berlapang dada menerima kembali kehadiran orang-orang yang dulu sangat dibencinya. Sebaliknya bersedihlah orang-orang yang gagal memenuhi undangan Ramadhan, orang-orang yang tidak mau meminta maaf atau enggan memberi maaf pada orang lain.

Allah swt selalu memanggil hamba-hamba-Nya yang beriman agar mau membuka diri dan toleran seperti firman-Nya dalam surat an-Nuur ayat 22:

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلاَ تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللهُ  لَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ{النور : 22}

Artinya : Dan hendaklah mereka mema`afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. an-Nuur : 22]

Kaum Muslimin dan Muslimat yang Mulia.

Untuk menutup khutbah Idul Fitri tahun 2012 ini, marilah kita bersama-sama menengadahkan tangan berdo’a kepada Allah swt dengan penuh harapan dan keikhlasan :

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ اَ ْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِ يْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ

Ya Allah, berilah petunjuk, rahmat dan karunia kepada kami dalam menempuh kehidupan ini. Berilah kami kekuatan dan kemampuan agar kami senantiasa dapat berpegang teguh kepada ajaran-ajaran-Mu kapanpun dan dimana pun kami berada. Tumbuhkanlah kecintaan, keikhlasan dan ketulusan di dalam hati kami untuk saling memaafkan, mencintai dan melindungi. Ya Allah, dihari yang mulia ini turunkanlah kepada kami cahaya yang menyinari hati kami dan yang memberi kekuatan dalam menjalani hari-hari ini dan dalam menempuh hari-hari yang akan datang. Ya Rabb, berilah petunjuk dan kemampuan kepada para pemimpin kami agar dapat membawa bangsa ini keluar dari segala kesulitan menuju ke dalam suasana kedamaian dan kemakmuran di bawah ampunan dan keridhaan-Mu. Ya Allah ya Jabbar, berilah kekuatan dan pertolongan-Mu bagi saudara-saudara kami di Palestina, Rhongya di Myanmar, dan ditempat-tempat lain yang sangat membutuhkan kekuatan-Mu ya Allah.

اللهُمَّ اصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَاالَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتيِ فِيْهَا مَعَاشُــنَا وَاجْعَلِ اْلحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ

اللهُمَّ أَعِزَ اْلإِسْلاَ مَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَاخْذُلِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِ يْنِ

اَللّهُمَّ رَ  بَّنَا آتِنَا فىِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفىِ اْلأخِرَةِ حَسَنَة ً وَ ِقنَاعَذَابَ النَّارِ .سُبْحَانَ رَبِّنَارَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمٌ عَلىَ الْمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُلِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.

{و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته}

 

PANDUAN PUASA RAMADHAN

puasa-selamat-300x262`

Hikmah Ramadhan(4): Panduan Puasa Ramadhan
MASYRU’IYAT PUASA RAMADHAN

“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa “( QS Al-Baqarah : 183 ).

1. Puasa Ramadhan hukumnya Fardu `Ain
2. Puasa Ramadhan disyari’atkan bertujuan untuk menyempurnakan ketaqwaan

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN DAN KEUTAMAAN BERAMAL DIDALAMNYA

1. Bulan Ramadhan adalah:
a. Bulan yang penuh Barakah.
b. Pada bulan ini pintu Jannah dibuka dan pintu neraka ditutup.
c. Pada bulan ini Setan-Setan dibelenggu.
d. Dalam bulan ini ada satu malam yang keutamaan beramal didalamnya lebih baik daripada beramal seribu bulan di bulan lain, yakni malam LAILATUL QADR.
e. Pada bulan ini setiap hari ada malaikat yang menyeru menasehati siapa yang berbuat baik agar bergembira dan yang berbuat ma’shiyat agar menahan diri.

2. Keutamaan beramal di bulan Ramadhan antara lain :

a. Amal itu dapat menutup dosa-dosa kecil antara setelah Ramadhan yang lewat sampai dengan Ramadhan berikutnya.
b. Menjadikan bulan Ramadhan memintakan syafaa’t.
c. Khusus bagi yang puasa disediakan pintu khusus yang bernama Rayyaan untuk memasuki Jannah.

RUKUN PUASA

a. Berniat sejak malam hari
b. Menahan makan, minum, koitus (Jima’) dengan istri di siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari (Maghrib),

Wanita yang sedang haidh dilarang puasa sampai habis masa haidhnya, lalu melanjutkan puasanya. Di luar Ramadhan ia wajib mengqadha puasa yag ditinggalkannya selama dalam haidh.

YANG DIBERI KELONGGARAN UNTUK TIDAK PUASA RAMADHAN

Orang Mu’min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak puasa Ramadhan, tetapi wajib mengqadha di bulan lain, mereka itu ialah :
a). Orang sakit yang masih ada harapan sembuh.
b) Orang yang bepergian ( Musafir ). Musafir yang merasa kuat boleh meneruskan puasa dalam safarnya, tetapi yang merasa lemah dan berat lebih baik berbuka, dan makruh memaksakan diri untuk puasa.

Orang Mu’min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak mengerjakan puasa dan tidak wajib mengqadha, tetapi wajib fidyah (memberi makan sehari seorang miskin). Mereka adalah orang yang tidak lagi mampu mengerjakan puasa karena :
a). Umurnya sangat tua dan lemah.
b). Wanita yang menyusui dan khawatir akan kesehatan anaknya.
c). Karena mengandung dan khawatir akan kesehatan dirinya.
d). Sakit menahun yang tidak ada harapan sembuh.
e). Orang yang sehari-hari kerjanya berat yang tidak mungkin mampu dikerjakan sambil puasa, dan tidak mendapat pekerjaan lain yang ringan.

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA

a. Sengaja makan dan minum di siang hari. Bila terlupa makan dan minum di siang hari, maka tidak membatalkan puasa.
b. Sengaja membikin muntah, bila muntah dengan tidak disengajakan, maka tidak membatalkan puasa.
c. Dengan sengaja menyetubuhi istri di siang hari Ramadhan, ini disamping puasanya batal ia terkena hukum yang berupa : memerdekakan seorang hamba, bila tidak mampu maka puasa dua bulan berturut-turut, dan bila tidak mampu, maka memberi makan enam puluh orang miskin.
d. Datang bulan di siang hari Ramadhan ( sebelum waktu masuk Maghrib)

HAL-HAL YANG BOLEH DIKERJAKAN WAKTU IBADAH PUASA

a. Menyiram air ke atas kepala pada siang hari karena haus ataupun udara panas, demikian pula menyelam kedalam air pada siang hari.
b. Menta’khirkan mandi junub setelah adzan Shubuh.
c. Berbekam pada siang hari.
d. Mencium, mencumbu istri tetapi tidak sampai bersetubuh di siang hari (hukumnya makruh)
e. Beristinsyak (menghirup air kedalam hidung) terutama bila akan berwudhu, asal tidak dikuatkan menghirupnya.
f. Disuntik di siang hari.
g. Mencicipi makanan asal tidak ditelan.

ADAB-ADAB PUASA RAMADHAN
1. Berbuka apabila sudah masuk waktu Maghrib.
Sunnah berbuka adalah sbb :
a. Disegerakan yakni sebelum melaksanakan shalat Maghrib dengan makanan yang ringan seperti rutob (kurma muda), kurma dan air saja, setelah itu baru melaksanakan shalat.
b. Tetapi apabila makan malam sudah dihidangkan, maka terus dimakan, jangan shalat dahulu.
c. Setelah berbuka berdo’a dengan do’a sbb : Artinya : “Telah hilang rasa haus, dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap wujud insya Allah.”

2. Makan sahur. Adab-adab sahur :
a. Dilambatkan sampai akhir malam mendekati Shubuh.
b. Apabila pada tengah makan atau minum sahur lalu mendengar adzan Shubuh, maka sahur boleh diteruskan sampai selesai, tidak perlu dihentikan di tengah sahur karena sudah masuk waktu Shubuh.

3. Lebih bersifat dermawan (banyak memberi, banyak bershadaqah, banyak menolong) dan banyak membaca al-qur’an
4. Menegakkan shalat malam/shalat Tarawih dengan berjama’ah. Dan shalat Tarawih ini lebih digiatkan lagi pada sepuluh malam terakhir (20 hb. sampai akhir Ramadhan). Cara shalat Tarawih adalah :
a. Dengan berjama’ah.
b. Salam tiap dua raka’at dikerjakan empat kali, atau salam tiap empat raka’at dikerjakan dua kali dan ditutup dengan witir tiga raka’at.
c. Dibuka dengan dua raka’at yang ringan.
d. Bacaan dalam witir : Raka’at pertama : Sabihisma Rabbika. Roka’t kedua : Qul yaa ayyuhal kafirun. Raka’at ketiga : Qulhuwallahu ahad.
e. Membaca do’a qunut dalam shalat witir.

5. Berusaha menepati lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir, terutama pada malam-malam ganjil. Bila dirasakan menepati lailatul qadar hendaklah lebih giat beribadah dan membaca : Yaa Allah Engkaulah pengampun, suka kepada pengampunan maka ampunilah aku.
6. Mengerjakan i’tikaf pada sepuluh malam terakhir.
7. Menjauhi perkataan dan perbuatan keji dan menjauhi pertengkaran.

Cara i’tikaf:
a. Setelah shalat Shubuh lalu masuk ke tempat i’tikaf di masjid.
b. Tidak keluar dari tempat i’tikaf kecuali ada keperluan yang mendesak.
c. Tidak mencampuri istri dimasa i’tikaf.

10 HAL PENTING TENTANG PUASA

cover-sakinah-agustus-2010-5010 HAL PENTING TENTANG PUASA

Majalah Sakinah Agustus 2010

Majalah Sakinah Agustus 2010

Pemandangan yang hampir pasti kita saksikan pada setiap bulan Ramadhan berupa sambutan kaum muslimin terhadapnya dengan berbagai kegiatan dan amalan, senantiasa mengiringi kegembiraan dan kebahagiaan mereka pada bulan mulia ini. Memang, bulan mulia yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan ini benar-benar patut untuk disyukuri.
Ya! Kita harus bersyukur kepada Allah atas anugerah-Nya kepada kita pada bulan mulia ini. Bersyukur kepada-Nya dengan berusaha memperbagus dan memperbanyak amal ibadah yang disyariatkan untuk dilakukan pada bulan ini.

Bulan Ramadhan senantiasa berulang pada setiap tahun. Kaum muslimin pun telah terbiasa dengan rutinitas amalan yang mereka lakukan padanya. Mulai dari amalan ibadah puasa, shalat Tarawih, memberi makan buka, membaca Al-Quran, dan lain sebagainya.
Namun sayang, rutinitas yang telah mereka “hafal” ini tidak sedikit darinya yang kurang bernilai ibadah. Atau, jikapun rutinitas itu bernilai ibadah, masih saja ada “kotoran-kotoran” yang merusak ketinggian nilai ibadah. Hal ini tidak jarang disebabkan karena banyak di antara kaum muslimin yang meremehkan hal-hal penting yang harus diperhatikan pada bulan Ramadhan.

Di antara hal-hal penting yang harus diperhatikan itu:

1- Mengilmui ibadah di bulan Ramadhan.
Ilmu adalah pintu kebaikan. Siapa pun yang menghendaki kebaikan, dia harus memulai dengan ilmu. Maka seorang muslim yang ingin meraih kebaikan bulan Ramadhan, pastilah dia harus mengilmui ibadah yang dilakukan di bulan ini. Mengilmui tentang puasa, tentang tata cara shalat Tarawih, tentang membaca Al-Quran, i’tikaf, zakat dan ibadah-ibadah lainnya.
Sangat disayangkan banyak kaum muslimin yang meremehkan hal ini. Padahal, jika mereka melakukan ibadah tanpa ilmu, bisa jadi ibadah yang mereka lakukan akan menjadi sia-sia, tidak diterima oleh Allah l. Akhirnya, kita pun banyak melihat bermunculan berbagai perkara ibadah yang tidak dituntunkan oleh Allah dan Rasul-Nya n di bulan mulia ini. Sehingga apa yang mereka harapkan menjadi kebaikan, berbalik menjadi kerugian semata. Semoga Allah melindungi kita dari hal ini.

2- Niat ikhlas dalam puasa.
Puasa adalah ibadah yang sangat agung di bulan suci ini. Sampai-sampai Allah pun mengkhususkan ibadah ini hanya untuk-Nya. Rasulullah bersabda,
قَالَ اللهُ عز وجل كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَام ، فَإنَّهُ لِي وَأنَا أجْزِي بِهِ
“Allah k berfirman, semua amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Puasa adalah untuk-Ku dan Aku sendirilah yang akan membalasnya.” (Muttafaq ‘alaih)

Ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya suatu ibadah, selain harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah n. Sehingga jika kita ingin puasa kita diterima, pertama kita harus mengikhlaskan puasa kita hanya karena Allah, bukan karena ikut-ikutan rutinitas manusia atau karena niat yang lain. Selain itu, puasa kita harus sesuai dengan tuntunan atau tata cara puasa Rasulullah. Dan ini, tentu menuntut kita untuk memperhatikan poin pertama yang kami sampaikan di atas, yaitu ilmu.

Sekadar mengingatkan, bahwa yang dimaksud dengan niat adalah kehendak dalam hati untuk melakukan sesuatu amalan. Sehingga dalam tuntunan Rasulullah, niat untuk ibadah tidak perlu diucapkan dengan lisan, termasuk di antaranya niat untuk berpuasa.

3- Yang wajib lebih utama dari yang sunah.
Semangat yang menggebu terkadang menjadikan seseorang lalai dengan skala prioritas yang harusnya diperhatikan. Inilah yang sering kita saksikan pada bulan ini. Kaum muslimin terkadang lebih memerhatikan yang sunah dengan melalaikan yang wajib.

Padahal seharusnya yang wajib harus lebih diperhatikan dari yang sunah, sedangkan yang sunah diusahakan tidak ditinggalkan.
Sebagai contoh, kita lihat kaum muslimin berbondong-bondong shalat Tarawih berjamaah ke masjid sampai membuat masjid tak muat, padahal shalat Tarawih tidak termasuk dalam shalat wajib. Namun sayang, mereka lupa atau lalai shalat berjamaah di masjid untuk lima shalat waktu yang notabene adalah shalat wajib.
Akan lebih parah lagi, jika ada seorang muslim yang lebih memerhatikan hal yang mubah-mubah saja dari pada hal yang wajib. Atau bahkan lebih parah dari itu, memerhatikan hal yang makruh atau haram dengan melalaikan yang wajib. Na’udzu billah min dzalik.

4- Mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka.
Yang ini, nampaknya banyak dianggap remeh oleh sebagian kaum muslimin. Di antara mereka ada yang makan sahur jauh sebelum waktu sahar (akhir waktu malam menjelang terbit fajar). Bahkan di antara mereka ada yang sama sekali tidak makan sahur. Lalu ketika berbuka pun di antara mereka ada yang mengakhirkannya sampai menjelang Isya. Semacam ini tentu saja bertentangan dengan tuntunan Nabi n.

Rasulullah bersabda, “Makan sahurlah, karena ada berkah dalam makan sahur.” (Muttafaq ‘alaih)
Dan disebutkan pula dalam hadits Muttafaq ‘alaih (Riwayat al-Bukhari dan Muslim) bahwa antara makan sahur Rasulullah dengan adzan shubuh berselang sekitar bacaan 50 ayat al-Quran.
Rasulullah juga bersabda, “Pembeda antara puasa kita dengan puasa Ahlul kitab adalah makan sahur.” (Riwayat Muslim)

Adapun tentang menyegerakan berbuka, Rasulullah bersabda, “Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka masih menyegerakan berbuka.” (Muttafaq ‘alaih)
Dan yang dimaksud menyegerakan berbuka di sini, segera berbuka setelah terbenam matahari. Karena jika seseorang menyengaja berbuka sebelum terbenam matahari padahal dia tahu, maka puasanya tidak sah alias batal.

5- Mulianya waktu.
Keagungan waktu dan urgensi memerhatikannya, sudah tidak kita ragukan lagi. Sampai-sampai ada yang mengatakan, “waktu bagaikan pedang, jika tidak kau patahkan dia yang akan menebasmu.” Maksudnya, jika waktu ini tidak kita manfaatkan untuk hal-hal yang baik, niscaya dia bisa menjadi bumerang yang mencelakakan kita.
Nah, di bulan mulia ini, kemuliaan waktu menjadi jauh lebih mulia dari biasanya. Namun sekali lagi sayang, banyak kaum muslimin yang lalai akan hal ini. Mereka menghabiskan waktunya di bulan Ramadhan untuk perkara kesenangan jiwa belaka. Dengan bercanda ria, berjalan-jalan, tidur, ngobrol, begadang, dan seterusnya. Padahal jika mereka mau memanfaatkannya untuk ibadah seperti membaca Al-Quran, berdzikir atau yang lain, maka sesungguhnya di bulan ini amal ibadah kita dilipatgandakan pahalanya.

6- Ramadhan bulan doa.
Di antara rahasia yang sering dilalaikan, bahwa Ramadhan adalah bulan doa. Dalam surat al-Baqarah ayat 186, Allah menyebutkan sebuah keterangan tentang doa. Bahwa Allah dekat dengan hamba-Nya, dan Dia mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Nya. Jika diperhatikan, ayat ini Allah sampaikan di tengah-tengah ayat tentang puasa. Hal ini menunjukkan –sebagaimana dijelaskan para ulama – bahwa Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk berdoa.
Terlebih lagi Rasulullah telah bersabda, “Tiga doa yang tidak akan ditolak; doa seorang tua untuk anaknya, doa orang yang berpuasa, doa orang yang bersafar.” (Dihasankan al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 3032)

7- Antara hemat dan sedekah.
Di antara keistimewaan amalan Nabi n di bulan Ramadhan, beliau n lebih banyak bersedekah dibandingkan bulan-bulan lainnya. Padahal beliau adalah orang yang paling dermawan di bulan-bulan yang lain. Nah, tentunya ini menjadi dorongan bagi kita sebagai umat beliau n, untuk lebih banyak bersedekah di bulan Ramadhan.
Anjuran untuk bersedekah ini tentu menuntut kita untuk lebih berhemat dalam menggunakan harta untuk keperluan duniawi. Inilah hal yang mungkin banyak dilalaikan. Yang sering terjadi malah sebaliknya, pengeluaran untuk urusan duniawi; untuk membeli makanan sahur dan buka, dan juga untuk membeli perlengkapan menyambut lebaran, lebih diperhatikan dari pada pengeluaran untuk sedekah.

8- Keagungan malam-malam terakhir.
Ada fenomena yang perlu dikoreksi. di awal-awal Ramadhan mereka bersemangat melaksanakan ibadah seperti shalat Tarawih, membaca Al-Quran dan sebagainya. Namun semakin mendekati akhir Ramadhan, mereka mulai “lemas” dalam ibadah. Masjid-masjid yang tadinya penuh dengan jamaah, kini tinggal dua atau tiga shaf saja. Padahal Allah lebih mengagungkan malam-malam terakhir Ramadhan dibandingkan sebelumnya. Dan Rasulullah n pun bertambah giat dalam beribadah jika telah memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

9- I’tikaf.
Di antara sunnah (ajaran) Nabi n yang banyak dilalaikan oleh kaum muslimin adalah i’tikaf. Berdiam di masjid dan tidak keluar darinya, dalam rangka mengkhususkan diri untuk ibadah kepada Allah l. Ibadah ini merupakan kebiasaan yang dilakukan Nabi n pada 10 hari terakhir Ramadhan. Ibadah yang mulia ini sering tidak bisa dilakukan oleh kaum muslimin, karena mereka sibuk dengan persiapan menyambut hari raya. Seolah-olah, mereka sangat gembira dengan hampir selesainya bulan Ramadhan. Padahal para pendahulu kita yang shalih, merasa sedih ketika harus berpisah dengan bulan mulia ini. Lalu di manakah posisi kita dibandingkan mereka?

10- Jangan lupakan tujuan puasa.
Kita semua tentu tahu tujuan agung ibadah puasa. Namun, apakah kita sadar ketika Ramadhan telah berlalu, sudahkan kita mencapai tujuan itu? Ketakwaan, sebagai tujuan dari ibadah puasa, tidak hanya dituntut pada bulan Ramadhan saja. Bahkan ketakwaan harus senantiasa diusahakan mengiringi kita di mana pun dan kapan pun. Rasulullah n bersabda, “Bertakwalah kamu di mana atau kapan pun kamu berada.” (Riwayat at-Tirmidzi)
Semoga, Ramadhan kali ini benar-benar menjadikan kita orang yang bertakwa di mana pun dan kapan pun kita berada, sampai Allah mewafatkan kita. Wallahul muwaffiq. (abu hafshoh)

Source: Majalah Sakinah
~ oleh Gugun di/pada Agustus 8, 2010.
Ditulis dalam majalah sakinah
Tag: 10 hal tentang puasa, Majalah Sakinah Agustus 2010

 

 

KHUTBAH IDUL FITRI UNTUK MISI INILAH KITA DI TARBIYAH SELAMA RAMADHAN

Khutbah Idul Fitri 1431 H: Untuk Misi Inilah Kita Ditarbiyah Selama Ramadhan
http://www.dakwatuna.com/2010/09/7991/khutbah-idul-fitri-1431-h-untuk-misi-inilah-kita-ditarbiyah-selama-ramadhan/
Khutbah Idul Fitri
4/9/2010 | 25 Ramadhan 1431 H | Hits: 14.130
Oleh: Mochamad Bugi
________________________________________

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
إِنَّ الْحَمْدَ للَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ، ونستغفره ونؤمن به ونتوكل عليه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَالصَّلاَ ةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ .فَإنّ أَصْدَقَ الْحَدِيثَ كِتَابُ اللّهِ وخيرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمّدٍ وَشَرّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلّ ضَلاَلَةٍ فِي النّارِ. أما بعد فأوصيكم عباد الله وإياى بتقوى الله فقد فاز المتقون
Allahu Akbar 9 x Walillahilhamd
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah !

Ilustrasi – Ramadhan (inet)
dakwatuna.com – Alhamdulillah, hari ini kita kembali merayakan Idul Fitri. Sebagaimana tahun-tahun yang lalu, hari ini adalah hari yang menandakan berakhirnya bulan Ramadhan, berakhirnya hari-hari penuh berkah, berakhirnya tarbiyah Rabbaniyah kepada kita. Sebulan lamanya kita melakukan tarbiyah Ramadhan dengan menunaikan puasa, shalat, qiyam, tilawah, dzikir, doa, mengeluarkan zakat, infak dan shadaqah. Kita sangat berharap pada hari ini kita bisa menjadi orang yang bertaqwa, orang yang dijanjikan oleh Allah mendapat kemenangan. Menang atas binalnya hawa nafsu kita, menang atas lemahnya godaan setan, menang atas semua kegelisahan yang mempermainkan perasaan kita, dan menang atas ketidakberdayaan dan kemalasan yang senantiasa ada dalam diri kita.
Sudah selayaknya pada hari ini kita semua bergembira. Berbahagia. Gembira karena telah berhasil menunaikan semua kewajiban ibadah Ramadhan. Bahagia karena kita menjadi manusia baru, kembali kepada fitrah. Insya Allah, kita semua bersih kembali seperti bayi yang baru lahir.

Allahu akbar 3x Laa Ilaha illallah Allahu Akbar Walillahilhamd
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Islam selalu memandang bahwa manusia adalah makhluk suci. Dilahirkan dalam keadaan suci dan bisa kembali lagi pada kesuciannya. Karena itu, Islam selalu memandang positif dan optimistik kepada manusia.

Bahkan Allah swt. menyatakan sendiri dalam Al-Quran bahwa manusia adalah makhluk yang paling baik dan paling sempurna.
لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (٤)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” [Q.S. At-Tin (95): 4]
Allah swt. juga menyebut bahwa manusia adalah makhluk yang diberi kemuliaan.
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا (٧٠)
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.” [Q.S. Al-Isra’ (17): 70]

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Salah satu contoh aplikasi pandangan positif dan optimistik Islam tentang manusia adalah penyebutan hati (qalbu) dengan istilah nurani (nuuraaniyyun) yang berasal dari kata ‘nuur’ yang artinya cahaya. Jadi, nurani berarti memiliki sifat cahaya. Dengan begitu ketika kita menyebut ‘hati nurani’ sesungguhnya terkandung maksud bahwa hati kita itu memiliki kemampuan untuk ‘mencahayai’ atau ‘menerangi’ jalan hidup kita. Karena itulah Rasulullah saw. ketika ditanya seseorang tentang cara membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan buruk, beliau menjawab, “Sal dhamiraka, tanyalah kepada hatimu!”
Atas jawaban Rasulullah tersebut, kaum sufi sering menyebut hati sebagai “ad-diin” (agama). Maksudnya, agama yang ditanam di dalam diri manusia (ad-diin al-majbuulah) dan sangat klop dengan agama yang diturunkan dari langit (al-diin al-munazzalah), yaitu Al-Islam.
Allahu akbar 3x Laa Ilaha illallah Allahu Akbar Walillahilhamd

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Namun, Islam juga memberi catatan tentang kelemahan manusia. “… dan manusia dijadikan bersifat lemah.” [Q.S. An-Nisa’ (4): 28].
وَخُلِقَ الإنْسَانُ ضَعِيفًا (٢٨)
Kelemahan manusia di sini adalah kelemahan jiwa. Manusia mudah tergoda untuk berbuat dosa dan mengotori kesucian jiwanya. Kelemahan inilah yang membuat manusia keluar dari kesejatiannya sebagai makhluk yang suci dan mulia.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Dalam kondisi jiwa yang kotor penuh dosa, derajat manusia lebih rendah dari binatang. Karena “… mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi….” [Q.S. Al-A’raf (7): 179].
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (١٧٩)

Allahu akbar 3x Laa Ilaha illallah Allahu Akbar Walillahilhamd
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Terhadap orang-orang yang “terpeleset” dari kesejatiannya, ternyata Allah swt. selalu memberi kesempatan dan memberi banyak sekali fasilitas untuk membersihkan diri dari segala kotoran yang melekati jiwa mereka. Mulai dari istighfar –ucapan “astaghfirullah al-azhim, aku mohon ampun kepada Allah Yang Mahatinggi– yang bisa digunakan kapan pun dan bersifat manasuka; fasilitas lima kesempatan dalam sehari melalui shalat wajib; hingga fasilitas pekanan dengan shalat Jum’at. Bagi yang menunaikan shalat Jum’at sesuai tuntunan Rasulullah saw., Allah swt. memberi ampunan dosa dari shalat Jum’at ke shalat Jum’at berikutnya.

Dan yang paling spektakuler adalah fasilitas tahunan: Ramadhan! Kata Rasulullah saw., “Man shaama ramadhaana iimaanan wahtisaaban ghufira lahu maa taqaddama min dzambiihi wa maa ta-akhkhara, siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan perhitungan, diampuni segala dosanya di masa lalu dan di masa yang akan datang.” (H.R. Ahmad).

Begitulah Ramadhan yang baru kemarin kita tinggalkan. Sesuai dengan arti namanya “pembakar”, Ramadhan membakar semua dosa-dosa seorang muslim sehingga ia kembali ke jati dirinya sebagai insan yang suci seperti ketika dilahirkan (fitrah).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Semua fasilitas ampunan yang Allah swt. berikan itu bukan hanya untuk orang yang punya dosa kecil saja. Allah berikan juga kepada para pembangkang sekelas Firaun. Lihat dalam Al-Qur’an surat Thaha ayat 42-43. Allah berfirman kepada Nabi Musa dan Nabi Harus, “Pergilah kamu berdua kepada Firaun karena dia benar-benar telah melampaui batas; maka bicaralah kamu berdua kepadanya (Firaun) dengan kata-kata yang lembah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.”

Bahkan Rasulullah saw. menggambarkan begitu luasnya terbentang pintu tobat. “Allah mengembangkan tangan-Nya pada waktu malam untuk memberi tobat kepada orang yang melakukan keburukan di waktu siang, dan mengembangkan tangan-Nya di waktu siang untuk memberi tobat kepada orang yang melakukan dosa di waktu malam. Hal itu terus berlangsung hingga matahari terbit dari barat (kiamat).” (H.R. Bukhari)

Bahkan, “Allah lebih senang mendapati hamba-Nya yang bertobat melebihi dari kegembiraan seseorang dari kalian yang kembali menemukan hewan kendaraannya yang penuh bekal makanan setelah ia kehilangannya di padang pasir.” Begitu sabda Nabi saw. (H.R. Bukhari).
Jadi, sebagai muslim, begitu jugalah kita seharusnya memandang kepada manusia, termasuk diri kita sendiri. Selalu berpandangan positif. Selagi belum bergelar “almarhum”, kita adalah makhluk suci, dilahirkan dalam keadaan suci, dan bisa kembali lagi pada kesuciannya.

Karena itu, mari kita ucapkan selamat kepada orang-orang yang kita temui pada hari ini dengan kalimat:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائزين كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ
Semoga Allah menerima Amal ibadah kita semua, semoga kita kembali menjadi fitrah dan meraih kesuksesan. Dan semoga setiap tahun kita selalu dalam kebaikan.

Allahu akbar 3x Laa Ilaha illallah Allahu Akbar Walillahilhamd
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Ada satu hal yang harus kita ingat, bahwa Ramadhan sebagai bulan tarbiyah bukanlah program yang berdiri sendiri. Setelah lulus Madrasah Ramadhan, di depan kita, di bulan ini, telah terbentang program Allah yang lain, berupa tajdid al-fitrah, dan setelah itu ada program pembekalan ruhul badzl wa tadh-hiyah di bulan Dzulhijah nanti. Tiga rangkaian program ini memang Allah sediakan bagi kita kaum muslimin agar bisa menjadi pribadi yang total dalam beribadah dengan mengerahkan seluruh potensi yang ada.

Allah swt. menginginkan setiap diri kita memiliki syakhshiyah (karakter) seperti yang tersurat dalam ayat 207 Al-Baqarah dan ayat 111 At-Taubah.
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ ﴿٢٠٧﴾
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS. Al-Baqarah: 207)
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿١١١﴾
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah: 111)

Karena itu, pada hari ini kita bukan bergembira karena memakai baju baru, tapi kita bersuka cita karena berhasil kembali kepada fitrah kita. Sebab, hanya dengan fitrah yang utuhlah, kita akan sanggup menjalani kehidupan ini secara benar sesuai dengan syariat Islam yang Allah turunkan sebagai way of life. Jika fitrah kita tidak utuh, maka daya serap dan aplikasi keislaman kita akan tidak sempurna.

Begitu pula nanti saat Idul Adha tiba. Ketika kebanyakan orang bergembira lantaran mendapat daging yang bisa disate dan digulai, kita justru bergembira dengan ikrar kesiapan untuk berkorban secara total dalam beribadah kepada Allah swt. dan menegakkan hukum-hukum Allah swt. dalam kehidupan kita di dunia ini.
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٦٢)
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An’am: 162)

Semoga kebersihan fitrah yang kita dapat pada hari ini bisa kita jaga, dan bisa menyiapkan diri kita untuk menerima program Allah selanjutnya, hingga kita menjadi hamba-hambanya yang mukhlisin dan total dalam beribadah kepada-Nya. Amin.
Allahu akbar 3x Laa Ilaha illallah Allahu Akbar Walillahilhamd

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Pada hari ini juga ada satu pertanyaan yang harus kita jawab: Untuk apa Allah swt. mentarbiyah kita selama bulan Ramadhan? Tentu kita tahu jawabannya: agar kita bertaqwa. Lantas, apa gunanya menjadi orang bertaqwa? Untuk memimpin manusia! Lihat surat Ali Imran ayat 110.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ (١١٠)
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Itulah fungsi kita, kaum muslimin. Umat terbaik yang ditugaskan Allah swt. untuk membimbing manusia agar mau tunduk kepada Allah swt. Umat yang ditugaskan Allah swt. untuk memimpin peradaban. Umat yang diutus untuk memakmurkan dunia.

Saudara-saudara sekalian, jika kampung kita masih belum nyaman untuk kita tinggali, kota yang kita cintai tidak memberi ketenangan hati untuk kita hidup di dalamnya, bahkan dunia yang saat ini kita ada di dalamnya masih dipenuhi dengan permasalahan kemanusiaan yang akut, itu semua adalah karena kampung kita, kota kita, dan dunia ini belum dipimpin oleh orang yang bertaqwa.

Peradaban yang sedang berlangsung saat ini bukanlah peradaban yang mengajak orang untuk tunduk dan patuh kepada Allah swt. Sebab, peradaban saat ini dibangun atas dasar paham materialisme, serba kebendaan. Penguasaan sumber daya (resources) menjadi tujuan. Setiap orang berlomba-lomba untuk bisa menjadi terkaya. Akibatnya, hubungan manusia satu sama lain bagaikan serigala yang saling mengintai. Kalau ada dua orang berdagang, maka salah satu mesti menangis karena diperlakukan curang, atau mendapat perlakuan paksa. Orang-orang yang termarginal mencoba meraih kekayaan dengan cara brutal: merampok; sementara orang-orang yang terpandang menggunakan cara korupsi dan manipulasi.

Masih perlukah kita paparkan secara panjang lebar bukti-bukti kerusakan yang dilakukan oleh tangan-tangan manusia? Televisi dan koran setiap hari memberitakan hal itu kepada kita. Keserakahan manusia telah membuat lubang ozon di langit kita. Es di Kutub Utara dan Kutub Selatan telah mencair. Udara menjadi begitu pengap untuk dihirup karena polusi yang akut. Hutan-hutan tidak lagi menjadi kantong-kantong cadangan air. Banjir bandang dan longsor sudah menjadi fenomena mondial. Belum lama ini kita saksikan banjir bandang menyapu areal yang begitu luas di Pakistan. Dua puluh juta orang harus kehilangan tempat tinggal dan menjadi papa dalam sekejap.

Kita juga masih menyaksikan darah berceceran sia-sia. Perang masih terjadi di mana-mana. Entah peradaban apa namanya yang sedang kita jalani. Yang pasti sesama anak Adam masih saling membunuh tanpa alasan yang benar. Fenomena ini masih kita lihat di Irak, Afghanistan, Kashmir, Palestina, dan belahan dunia lainnya.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar Ruum:41).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Begitulah jika dunia ini tidak dipimpin oleh orang-orang yang saleh. Tidak ada keberkahan terpancar dari langit dan dari dalam bumi. Padahal, Allah swt. telah menyampaikan perihal ini di dalam Al-Quran dan kita pun telah membacanya.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (٩٦)
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-A’raf: 96)

Sampai kapan segala kerusakan ini terus terjadi? Belumkah waktunya bagi orang-orang yang bertaqwa untuk tergerak hatinya mengambil alih tanggung jawab memimpin dunia? Saudara-saudara, kaum muslimin, untuk tugas itulah Allah swt. mentarbiyah kita dari Ramadhan ke Ramadhan. Kita dipersiapkan Allah swt. untuk mengaplikasikan Risalah-Nya, Al-Islam, agar rahmat bagi seluruh alam semesta menjadi nyata, ada di muka bumi ini. Bumi yang kita pijak saat ini sangat merindukan hadirnya orang-orang yang bertaqwa untuk memperbaiki apa-apa yang telah dirusak manusia.

Saudara-saudaraku seiman, mari kita lakukan gerakan perbaikan dan penyelamatan. Kita bisa memulainya dari lingkungan terkecil kita: Keluarga. Bimbing keluarga kita untuk menjadi keluarga yang Islami. Seluruh anggota keluarga kita punya tujuan yang sama: tidak ingin tersentuh api neraka. Kita wujudkan keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah mawahdah wa rahmah.

Itulah wujud aplikasi dari doa-doa yang kita panjatkan kepada Allah swt.
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.
Ternyata tidak cukup hanya menyelamatkan keluarga kita dari api neraka. Dalam doa kita juga minta dijadikan pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, itulah misi kita selanjutnya: kita wajib mengambil peran aktif di masyarakat. Bimbing masyarakat kita menuju masyarakat yang mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya.

Sungguh, kita satu sama lain saling berhajat untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan bagus untuk membesarkan anak-anak kita. Jika Anda Ketua RT, Anda punya kewajiban mengarahkan warga Anda untuk lebih bertaqwa kepada Allah. Jika Anda Ketua RW, inilah saatnya Anda memberi warna positif bagi semua warga Anda. Sungguh besar pahala yang Allah swt. janjikan bagi pemimpin-pemimpin masyarakat yang bisa memberi dampak positif bagi keimanan warganya. Sabda

Rasulullah saw., “Man dalla ‘ala khairin kafa’ilihi, siapa yang menunjuki kebaikan, maka mendapat pahala sebagaimana orang yang melakukannya.” Jadi, jika Anda tokoh masyarakat atau pemangku struktur dan pengelola infrastruktur masyarakat, gunakan pengaruh dan kekuasaan Anda untuk melakukan perbaikan dan menciptakan lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Islam.

Namun, perjuangan kita tidak berhenti hanya sampai di situ. Nilai-nilai luhur Islam dan perilaku takwa haruslah menjadi shibghah (pewarna) negara dan para penyelenggara lembaga-lembaga kenegaraan. Kita kaum muslimin Indonesia yang ingin hidup dalam jalan takwa dan mati dalam ketakwaan, sangat berhajat dipimpin oleh orang-orang yang bertaqwa, yang bisa membimbing dan menjaga iklim ketakwaan di negeri ini. Kita butuh dipimpin Presiden yang hanya takut kepada Allah swt., kita butuh wakil-wakil rakyat yang yakin betul bahwa amanah rakyat yang diembannya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah kelak di yaumil hisab, kita butuh hakim-hakim yang bukan hanya punya hati nurani, tetapi juga takut pada api neraka yang bahan bakarnya batu, jin, dan manusia.

Ya, kita sangat berhajat negeri ini bisa mendapat keberkahan dari langit dan dari bumi. Negara yang baldatun thayyibatun wa rabbul ghafur. Negeri yang aman, tenteram, dan mendapat ampunan dari Allah swt. Karena itu, sudah menjadi tanggung jawab kita untuk hanya memilih dan mengangkat orang-orang yang bertaqwa dan memiliki kemampuan untuk menjadi pengelola negeri ini. Dan, menjadi kewajiban kita untuk terus mengawal kesalehan mereka dengan menasihati jika berbuat salah. Begitulah agama ini mengajarkan kepada kita. Al-Islamu diinun-nashihah. Islam itu agama nasihat. Buat siapa? Buat Allah, dalam bentuk kita taat kepadanya; buat Rasulullah, dalam bentuk kita mencontoh dirinya; buat sesama kaum muslimin, dalam bentuk dakwah.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kita di dunia ini tidak tinggal sendiri. Bumi ibarat sebuah kapal yang sedang berlayar di samudra luas. Dan, Indonesia hanyalah salah satu kabin di dalam kapal besar itu. Saudara-saudaraku seiman, bagaimana jika di kabin lain kita saksikan ada orang-orang yang sedang membuat api unggun yang bisa mengakibatkan kapal besar itu terbakar, apakah kita diamkan? Jika di kabin di dek paling bawah ada orang yang sedang melubangi kapal, apakah kita biarkan? Tentu saja tidak!

Itulah yang sedang terjadi di Afghanistan, terjadi juga di Irak dan Palestina. Ada sebagian anak Adam membantai anak Adam yang lain. Haruskan kita berpangku tangan? Ketidakadilan, kejahatan kemanusiaan, dan perbuatan-perbuatan yang membuat bumi ini rusak, tidak bisa kita biarkan. Itulah tugas kita selanjutnya. Dan, memang itu tugas umat Islam seharusnya. Kuntum khairu ummah ukhrijat linnaas, kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk memimpin manusia. Jadi, itulah tugas kita: menjadi guru bagi manusia. Melanjutkan tugas kenabian Rasulullah saw. hingga kiamat datang. Menegakkan nilai-nilai Islam, sehingga tidak ada lagi orang di dunia ini yang tidak merasakan nikmatnya hidup di bawah naungan Islam.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Mungkin bagi sebagian orang, apa yang kita cita-citakan itu sebuah utopia. Tapi, Rasulullah saw. sudah membuktikan. Beliau dari hanya seorang diri yang beriman kepada Allah swt. ketika Islam diturunkan Allah swt., kini telah 1,5 miliar orang penduduk dunia beriman kepada Allah swt. Islam bermula dari Mekah dan berkembang pesat di Madinah, kini hampir di setiap pelosok dunia, di setiap negara telah ada orang Islam. Rasulullah saw. telah menjanjikan kepada kita bahwa sebelum kiamat datang, Islam akan berjaya lagi dan pengaruhnya melingkupi seluruh dunia. Insya Allah. Semoga Allah swt. menggerakkan hati-hati kita untuk mau mengambil peran dalam proyek peradaban ini: proyek menegakkan nilai-nilai Islam sehingga bisa menjadi rahmat bagi alam semesta. Amin.

Allahu akbar 3x Laa Ilaha illallah Allahu Akbar Walillahilhamd
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Akhirnya marilah kita berdoa, menundukkan kepala, memohon kepada Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim untuk kebaikan kita dan umat Islam dimana saja berada:
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَحْمَدُكَ وَنَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَهْدِيْكَ وَنَعُوْذُ بِكَ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ نَشْكُرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّيْ وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ.
Ya Allah, sesungguhnya kami memuji-Mu, meminta tolong kepada-Mu, dan memohon petunjuk dari-Mu, kami berlindung dan bertawakal kepada-Mu, kami memuji-Mu dengan segala kebaikan, kami bersyukur atas semua nikmat-Mu, kami tidak mengingkari-Mu, kami berlepas diri dari siapa pun yang durhaka kepada-Mu. Ya Allah, hanya kepada-Mu kami menyembah, hanya untuk-Mu shalat dan sujud kami, dan hanya kepada-Mu kami berusaha dan bergegas, kami sangat mengharapkan rahmat-Mu dan takut akan siksa-Mu, sesungguhnya azab-Mu benar-benar ditimpakan kepada orang-orang kafir.
اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ بِالإِسْلاَمِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالإِيْمِانِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالْقُرْآنِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِشَهْرِ رَمَضَانَ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالأَهْلِ وَالْمَالِ وَالْمُعَافَاةِ لَكَ الْحَمْدُ بِكُلِّ نِعْمَةٍ أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيْنَا.
Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu atas nikmat Islam, nikmat Iman, nikmat Al-Qur’an, nikmat bulan Ramadhan, nikmat keluarga, harta dan kesehatan. Segala puji bagi-Mu atas semua nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada kami.
سُبْحَانَكَ لاَ نُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ فَلَكَ الْحَمْدُ حَتَّى تَرْضَى وَلَكَ الْحَمْدُ إِذَا رَضِيْتَ.
Maha Suci Engkau, kami tidak akan sanggup menghitung dan membatasi pujian bagi-Mu. Keagungan-Mu hanya dapat diungkapkan dengan pujian-Mu kepada diri-Mu sendiri, segala puji hanya bagi-Mu (dari kami) sampai Engkau ridha (kepada kami) dan segala puji bagi-Mu setelah keridhaan-Mu.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ ونَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Ya Allah, sampaikanlah shalawat, salam, dan keberkahan kepada hamba, nabi dan rasul-Mu Muhammad saw beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا
Ya Allah, ampunilah kami dan ampuni pula kedua orang tua kami dan sayangilah mereka seperti kasih sayang mereka saat mendidik kami di waktu kecil.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri sendiri, jika Engkau tidak mengampuni dan merahmati kami pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنـَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau jadikan di hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman, ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu ridha dan surga-Mu serta semua ucapan maupun perbuatan yang dapat mendekatkan kami kepadanya, dan kami berlindung kepada-Mu dari murka dan neraka-Mu serta semua ucapan maupun perbuatan yang dapat mendekatkan kami kepadanya.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُوْلُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنِا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِيْ دِيْنِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ وَلاَ يَرْحَمُنَا.
Ya Allah, berikan kepada kami dari rasa takut kami kepada-Mu sesuatu yang akan membentengi kami dari maksiat kepada-Mu, anugerahkan kami dari ketaatan kami kepada-Mu sesuatu yang akan mengantarkan kami ke surga-Mu, dan berikan untuk kami dari keyakinan kami kepada-Mu sesuatu yang akan meringankan kami dalam menghadapi musibah dunia. Berikan kenikmatan pada pendengaran, penglihatan dan semua kekuatan dan potensi kami selama Engkau hidupkan kami, jadikan semua itu sebagai peninggalan kami. Jadikan pembalasan kami hanya kepada orang yang telah menzhalimi kami, tolonglah kami atas orang-orang yang memusuhi kami, jangan Engkau jadikan musibah menimpa kami dalam agama dan iman kami, jangan Engkau jadikan dunia ini sebagai puncak cita-cita dan ilmu kami, dan jangan Engkau kuasakan kami kepada orang-orang yang tidak takut kepada-Mu dan tidak menyayangi kami.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِجَمِيْعِ مَوْتَى الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ شَهِدُوْا لَكَ بِالْوَحْدَانِيَّةِ وَلِنَبِيِّكَ بِالرِّسَالَةِ وَمَاتُوْا عَلَى ذَلِكَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُمْ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُمْ وَاغْسِلْهُمْ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِمْ مِنَ الذٌّنُوْبِ وَالْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَجَازِهمْ بِالْحَسَنَاتِ إِحْسَانًا وَبِالسَّيِّئَاتِ عَفْوًا وَغُفْرَانًا.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kaum mukminin yang telah wafat dan telah bersaksi atas ke Esaan-Mu dan ke Rasulan nabi-Mu (Muhammad saw) dan mereka meninggal dalam keadaan demikian. Ya Allah, ampuni dan rahmatilah mereka, maafkan semua kesalahan mereka, muliakan tempat tinggalnya, luaskan kediamannya, sucikan mereka dengan air, salju, dan embun, bersihkan mereka dari berbagai dosa dan kesalahan sebagaimana pakaian putih dibersihkan dari kotoran. Dan balaslah amal kebaikan mereka dengan kebaikan pula, dan amal buruk mereka dengan maaf dan pengampunan.
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan suka memberi maaf, maka maafkanlah (kesalahan-kesalahan) kami.
اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
Ya Allah, bantulah kami dalam berdzikir dan bersyukur serta beribadah kepada-Mu dengan baik, wahai Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan.
اَللَّهُمَّ نَحْنُ عَبِيْدُكَ بَنُوْ عَبِيْدِكَ بَنُوْ إِمَائِكَ نَوَاصِيْنَا بِيَدِكَ مَاضٍ فِيْنَا حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيْنَا قَضَاؤُكَ نَسْأَلُكَ اَللَّهُمَّ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ الْعَظِيْمَ رَبِيْعَ قُلُوْبِنَا وَنُوْرَ صُدُوْرِنَا وَجَلاَءَ أَحْزَانِنَا وَذَهَابَ هُمُوْمِنِا وَغُمُوْمِنَا وَسَائِقَنَا وَقَائِدَنَا إِلَى جَنَّاتِكَ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ
Ya Allah, kami adalah hamba-hamba-Mu, anak dari hamba-hamba-Mu laki-laki dan perempuan, ubun-ubun kami berada dalam tangan-Mu, telah berlaku atas kami hukum-Mu, adil pasti atas kami keputusan-Mu, kami memohon kepada-Mu dengan menggunakan semua nama yang menjadi milik-Mu dan Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau nama yang Engkau turunkan dalam kitab suci-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada salah satu di antara hamba-Mu, atau dengan nama yang Engkau simpan dalam rahasia ghaib di sisi-Mu, jadikanlah Al-Qur’an yang agung ini taman bunga sepanjang musim di hati kami, jadikan ia cahaya di dada-dada kami, pelipur lara dan penghapus gulana, jadikan pula ia pembimbing kami menuju surga-Mu yang penuh kenikmatan.
اَللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوْبَنَا بِالْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ اَللَّهُمَّ زَكِّ نُفُوْسَنَا بِالْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ.
Ya Allah, bersihkan dan sucikan hati dan jiwa kami dengan Al-Qur’an yang mulia.
اَللَّهُمَّ ذَكِّرْنَا مِنْهُ مَا نَسِيْنَا وَعَلِّمْنَا مِنْهُ مَا جَهِلْنَا وَارْزُقْنَا تِلاَوَتَهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ وَاجْعَلْهُ حُجَّةً لَنَا لاَ حُجَّةً عَلَيْنَا.
Ya Allah, ingatkan kami ayat Al-Qur’an yang terlupa, ajarkan kami darinya apa yang tidak kami ketahui, berikan rezki kepada kami berupa kenikmatan membacanya malam dan siang, jadikan ia hujjah bagi kami jangan jadikan ia hujjah atas kami.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ القُرْآنِ الَّذِيْنَ هُمْ أَهْلُكَ وَخَاصَّتُكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk ahli Al-Qur’an yang menjadi keluarga-Mu dan hamba-hamba istimewa di sisi-Mu wahai Dzat Yang Maha Penyayang.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ يُقِيْمُ حُرُوْفَهُ وَحُدُوْدَهُ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِمَّنْ يُقِيْمُ حُرُوْفَهُ وَيُضَيِّعُ حُدُوْدَهُ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang menegakkan huruf-huruf Al-Qur’an dan hukum-hukumnya, dan jangan Engkau jadikan kami golongan orang yang menegakkan huruf-hurufnya namun mengabaikan hukum-hukumnya, dengan rahmat-Mu wahai Dzat Yang Maha Penyayang.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا
Ya Allah, berikan kepada jiwa-jiwa kami ketakwaan kepada-Mu, dan sucikan dia, Engkaulah sebaik-baik Zat Yang Menyucikan jiwa, Engkaulah Pelindung dan Penolongnya.
اَللَّهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ يَا مُجِيْبَ دَعْوَةِ الْمُضْطَرِّ إِذَا دَعَاكَ نَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَالْعَزِيْمَةَ عَلَى الرُّشْدِ وَالغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ.
Ya Allah Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan, Yang Maha Mengabulkan doa orang yang berada dalam kesulitan, kami memohon kepada-Mu berbagai penyebab turunnya rahmat-Mu, tekad dan kekuatan untuk meniti jalan yang lurus, limpahan segala kebajikan, keselamatan dari segala dosa, kemenangan meraih surga dan keselamatan dari azab neraka.
اَللَّهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.
Ya Allah Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan, kami memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian diri dan kekayaan.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu segala kebaikan di dunia dan akhirat yang kami ketahui maupun yang tidak kami ketahui, dan kami berlindung kepada-Mu dari semua keburukan di dunia dan akhirat yang kami ketahui maupun yang tidak kami ketahui.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِبَادُكَ الصَّالِحُوْنَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَكَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِبَادُكَ الصَّالِحُوْنَ
Ya Allah, kami memohon kepadamu segala kebaikan yang telah diminta hamba dan rasul-Mu Muhammad saw dan hamba-hamba-Mu yang shalih, dan kami berlindung kepadamu dari segala keburukan yang mereka telah berlindung darinya kepada-Mu.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إَلَيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami yang merupakan penjaga urusan kami, perbaikilah dunia kami yang menjadi tempat hidup kami, dan perbaikilah akhirat kami karena dialah tempat kembali kami. Jadikan kehidupan ini sebagai penambah segala kebaikan bagi kami, dan jadikan kematian sebagai kebebasan kami dari segala keburukan.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ وَدَرْكِ الشَّقَاءِ وَسُوْءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ.
Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari sulitnya bencana, beratnya penderitaan, buruknya takdir, dan tepuk tangan musuh.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ.
Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari siksa Jahanam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, serta dari fitnah Dajjal.
اَللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ نَرْجُوْ فَلاَ تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ.
Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang kami harapkan, maka janganlah Engkau sandarkan kami kepada diri kami sendiri walau sekejap, dan perbaikilah seluruh urusan kami, tiada Tuhan yang benar selain Engkau.
اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُوْرِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ.
Ya Allah, jadikanlah baik akibat semua urusan kami, dan lindungilah kami dari kehinaan dunia dan siksa akhirat.
اَللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوْبَنَا مِنَ النِّفَاقِ وَأَعْمَالَنَا مِنَ الرِّيَاءِ وَأَلْسِنَتَنَا مِنَ الْكَذِبِ وَأَعْيُنَنَا مِنَ الْخِيَانَةِ إِنَّكَ تَعْلَمُ خَائِنَةَ الأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُوْرُ.
Ya Allah, bersihkanlah hati kami dari kemunafikan, amal kami dari riya, lisan kami dari dusta, dan bersihkan mata kami dari khianat, sesungguhnya Engkau mengetahui pengkhianatan mata dan apa yang disembunyikan dalam dada.
اَللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
Ya Allah, cukupkan diri kami dengan yang halal dari yang haram, dengan ketaatan kepada-Mu dari maksiat kepada-Mu, dan dengan karunia-Mu dari selain-Mu, wahai Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan.
اَللَّهُمَّ أَعْتِقْ رِقَابَنَا مِنَ النَّارِ وَأَوْسِعْ لَنَا مِنَ الرِّزْقِ الْحَلاَلِ وَاصْرِفْ عَنَّا فَسَقَةَ الْجِنِّ وَالإِنْسِ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
Ya Allah, bebaskan diri kami dari api neraka, lapangkan untuk kami rezki yang halal, dan jauhkan kami dari jin dan manusia yang fasik, wahai Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan.
اَللَّهُمَّ ارْحَمْ فِي الدُّنْيَا غُرْبَتَنَا وَارْحَمْ فِي القُبُوْرِ وَحْشَتَنَا وَارْحَمْ فِي الآخِرَةِ وُقُوْفَنَا بَيْنَ يَدَيْكَ.
Ya Allah, rahmatilah keterasingan kami di dunia ini, rahmati kesendirian kami di dalam kubur, dan rahmati pula saat kami berdiri di hadapan-Mu di akhirat nanti.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ أَعْمَالِنَا آخِرَهَا وَخَيْرَ أَعْمَارِنَا خَوَاتِمَهَا وَخَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ لِقَائِكَ.
Ya Allah, jadikanlah amal kami yang terbaik adalah akhirnya, dan umur kami yang terbaik adalah penghujungnya, dan hari terbaik kami adalah hari bertemu Engkau.
اَللَّهُمَّ آنِسْ وَحْشَتَنَا فِي الْقُبُوْرِ وَآمِنْ خَوْفَنَا يَوْمَ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ وَيَسِّرْ لَنَا يَا إِلهَنَا الأُمُوْرَ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
Ya Allah, hiburlah kami ketika sendirian dalam kubur, hilangkan ketakutan kami ketika dibangkitkan dari kubur, dan mudahkan semua urusan kami, Ya Tuhan kami, wahai Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلاَةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَدْلِ فِيْ رَعَايَاهُمْ وَالرِّفْقِ بِهِمْ وَالاِعْتِنَاءِ بِمَصَالِحِهِمْ وَحَبِّبْهُمْ إِلَى الرَّعِيَّةِ وَحَبِّبِ الرَّعِيَّةَ إِلَيْهِمْ.
Ya Allah, perbaikilah (akhlaq) para pemimpin kaum muslimin, bimbinglah mereka dalam menegakkan keadilan, menyayangi, dan memperhatikan kepentingan rakyat. Tumbuhkan kecintaan rakyat kepada mereka dan kecintaan mereka kepada rakyat.
اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِصِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَالْعَمَلِ بِوَظَائِفِ دِيْنِكَ الْقَوِيْمِ وَاجْعَلْهُمْ هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Ya Allah, bimbinglah mereka ke jalan-Mu yang lurus, agar bekerja demi agama-Mu yang benar, jadikan mereka teladan yang mendapat petunjuk-Mu, dengan rahmat-Mu wahai Dzat Yang Maha Penyayang.
اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَسُنَّةِ نَبِيِّكَ وَالْحُكْمِ بِشَرِيْعَتِكَ وَإقَامَةِ حُدُوْدِكَ.
Ya Allah, bimbinglah mereka agar bekerja sesuai kitab-Mu, sunnah Nabi-Mu, memutuskan dengan syariat-Mu, dan menegakkan hukum-hukum-Mu.
اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لإِزَالَةِ الْمُنْكَرَاتِ وَإِظْهَارِ الْمَحَاسِنِ وَأَنْوَاعِ الْخَيْرَاتِ.
Ya Allah, tuntunlah mereka untuk memberantas kemunkaran dan menampilkan segala bentuk kebaikan.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ آمِرِيْنَ بِالْمَعْرُوْفِ فَاعِلِيْنَ لَهُ نَاهِيْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ تَارِكِيْنَ لَهُ.
Ya Allah, jadikanlah mereka para penyeru kebaikan yang melaksanakannya, penghalang kemunkaran yang meninggalkannya.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ.
Ya Allah, perbaikilah keadaan kaum muslimin, murahkanlah harga-harga kebutuhan hidup mereka, dan jadikanlah mereka aman sentosa di tanah air mereka.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ شَبَابَ الْمُسْلِمِيْنَ وَحَبِّبْ إِلَيْهِمُ الإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِيْ قُلُوْبِهِمْ وَكَرِّهْ إِلَيْهِمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْهُمْ مِنَ الرَّاشِدِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Ya Allah, perbaikilah keadaan para pemuda kaum muslimin, jadikan mereka para pencinta keimanan dan jadikan iman itu indah dalam hati mereka, bencikan mereka terhadap kekafiran, kefasikan dan kemaksiatan, dan jadikan mereka orang-orang yang lurus, dengan rahmat-Mu wahai Dzat Yang Maha Penyayang.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَاهْدِهِمْ سُبُلَ السَّلاَمِ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ وَبَارِكْ لَهُمْ فِيْ أَسْمَاعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ مَا أَبْقَيْتَهُمْ وَاجْعَلْهُمْ شَاكِرِيْنَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ وَأَتِمَّهَا عَلَيْهِمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Ya Allah, ampunilah kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, eratkan hati mereka, perbaiki hubungan sesama mereka, menangkan mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka, tunjuki mereka jalan-jalan keselamatan, keluarkan mereka dari berbagai kegelapan menuju cahaya iman, berkahilah pendengaran, penglihatan, pasangan, dan keturunan mereka selama Engkau hidupkan mereka, jadikan mereka orang-orang yang mensyukuri semua nikmat-Mu dan memuji-Mu karenanya, dan sempurnakanlah nikmat-nikmat itu untuk mereka, dengan rahmat-Mu wahai Dzat Yang Maha Penyayang.
اَللَّهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ يَا مُجِيْبَ دَعْوَةِ الْمُضْطَرِّ إِذَا دَعَاكَ نَسْأَلُكَ أَنْ تُعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِميْنَ وَأَنْ تُذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَنْ تُدَمِّرَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَنْ تَجْعَلَ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلاَدِ الإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ.
Ya Allah Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan, Yang Maha Mengabulkan doa orang yang berada dalam kesulitan, kami memohon kepadamu agar Engkau memuliakan Islam dan kaum muslimin, menghinakan kemusyrikan dan orang-orang musyrik, menghancurkan musuh-musuh agama, dan menjadikan negeri ini dan negeri-negeri kaum muslimin lainnya aman dan tenteram.
اَللَّهُمَّ دَمِّرِ الْيَهُوْدَ وَالْكَفَرَةَ وَالْمشْرِكِيْنَ وَالشُّيُوْعِيِّيْنَ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَيُبَدِّلُوْنَ دِيْنَكَ وَيُعَادُوْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ. اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ كَلِمَتَهُمْ وَأَدِرْ عَلَيْهِمْ دَائِرَةَ السَّوْءِ.
Ya Allah, hancurkanlah orang-orang Yahudi, kafir, musyrik, dan atheis yang menghalangi manusia dari jalan-Mu, mengganti agama-Mu, dan memerangi orang-orang yang beriman. Ya Allah, cerai-beraikan kesatuan mereka, porak-porandakan ideologi mereka, dan kepung mereka dengan keburukan.
اَللَّهُمَّ أَنْزِلْ بَأْسَكَ الَّذِيْ لاَ يُرَدُّ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ.
Ya Allah, turunkan azab-Mu kepada mereka, azab yang tidak akan ditarik dari orang-orang yang banyak berbuat dosa.
اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تُحَرِّرَ الْمَسْجِدَ الأَقْصَى وَأَرْضَ فِلِسْطِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ مِنْ جُنُوْدِ حَمَاس. اَللَّهُمَّ انْصُرَْإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي أَفْغَانِسْتَان، وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي كَشْمِيْرَ، وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي الْعِرَاقِ، وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي الشِّيْشَانِ، وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَائِرِ بِلاَدِ الإِسْلاَمِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah dan menangkanlah saudara-saudara kami kaum muslimin para mujahidin di jalan-Mu di mana pun mereka berada. Tolonglah saudara-saudara kami kaum muslimin para mujahidin Palestina, bebaskan Masjid Aqsha dan tanah Palestina dari perampok Yahudi, tolonglah saudara-saudara kami kaum muslimin para pejuang Hamas. Ya Allah, bantulah pula saudara-saudara kami kaum muslimin para mujahidin di Afghanistan, Kasymir, Irak, Chechnya, dan negeri-negeri kaum muslimin yang lain, wahai Penguasa alam semesta.
اَللَّهُمَّ أَفْرِغْ عَلَيْهِمْ صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ.
Ya Allah, berikan kesabaran kepada mereka, teguhkan pendirian mereka, dan tolonglah mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka.
اَللَّهُمَّ اكْتُبِ الشَّهَادَةَ عَلَى مَوْتَاهُمْ وَاكْتُبِ السَّلاَمَةَ عَلَى أَحْيَائِهِمْ.
Ya Allah, tetapkan kesyahidan bagi yang gugur di antara mereka, dan berikan keselamatan kepada yang masih hidup.
رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا.
Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.
رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau lah Maha Pemberi (karunia).
رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.
رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا.
Ya Tuhan kami, berikan rahmat kepada kami dari sisi-Mu, dan sempurnakan bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قُلُوْبٍ لاَ تَخْشَعُ وَمِنْ نُفُوْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا.
Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri sendiri, jika Engkau tidak mengampuni dan merahmati kami pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan akhirat, dan peliharalah kami dari api neraka.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amal dan doa kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Semoga shalawat senantiasa tercurah kepada pemimpin kami Muhammad saw, keluarga dan sahabatnya semua. Maha suci Tuhanmu Pemilik kemuliaan dari apa yang mereka persekutukan. Semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada para rasul dan segala puji hanya bagi Tuhan semesta alam.

KHUTBAH IDUL FITRI MELESTARIKAN NILAI-NILAI RAMADHAN

 

Khutbah Idul Fitri 1430 H: Melestarikan Nilai-Nilai Ramadhan
http://www.dakwatuna.com/2009/09/3945/khutbah-idul-fitri-1430-h-melestarikan-nilai-nilai-ramadhan/
Khutbah Idul Fitri
18/9/2009 | 28 Ramadhan 1430 H | Hits: 14.677
Oleh: Drs. Ahmad Yani
________________________________________

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Setelah Ramadhan kita akhiri, bukan berarti berakhir sudah suasana ketaqwaan kepada Allah swt, tapi justeru tugas berat kita untuk membuktikan keberhasilan ibadah Ramadhan itu dengan peningkatan ketaqwaan kepada Allah swt, karenanya bulan sesudah Ramadhan adalah Syawwal yang artinya peningkatan. Disinilah letak pentingnya melestarikan nilai-nilai Ibadah Ramadhan.
Sekurang-kurangnya, ada lima nilai ibadah Ramadhan yang harus kita lestarikan, paling tidak hingga Ramadhan tahun yang akan datang. Pertama, tidak gampang berbuat dosa. Ibadah Ramadhan yang kita kerjakan dengan sebaik-baiknya membuat kita mendapatkan jaminan ampunan dari dosa-dosa yang kita lakukan selama ini, karena itu semestinya setelah melewati ibadah Ramadhan kita tidak gampang lagi melakukan perbuatan yang bisa bernilai dosa, apalagi secara harfiyah

Ramadhan artinya membakar, yakni membakar dosa. Kalau dosa itu kita ibaratkan seperti pohon, maka bila sudah dibakar, pohon itu tidak mudah tumbuh lagi, bahkan bisa jadi mati, sehingga dosa-dosa itu tidak mau kita lakukan lagi.

Dengan demikian, jangan sampai dosa yang kita tinggalkan pada bulan Ramadhan hanya sekadar ditahan-tahan untuk selanjutnya dilakukan lagi sesudah Ramadhan berakhir dengan kualitas dan kuantitas yang lebih besar. Kalau demikian jadinya, ibarat pohon, hal itu bukan dibakar, tapi hanya ditebang cabang-cabangnya sehingga satu cabang ditebang tumbuh lagi tiga, empat bahkan lima cabang dalam beberapa waktu kemudian.

Dalam kaitan dosa, sebagai seorang muslim jangan sampai kita termasuk orang yang bangga dengan dosa, apalagi kalau mati dalam keadaan bangga terhadap dosa yang dilakukan, bila ini yang terjadi, maka sangat besar resiko yang akan kita hadapi dihadapan Allah swt, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka bisa masuk ke dalam syurga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan (QS Al A’raf [7]:40).
Kedua nilai ibadah Ramadhan yang harus kita lestarikan adalah hati-hati dalam bersikap dan bertindak. Selama beribadah Ramadhan, kita cenderung berhati-hati dalam melakukan sesuatu, hal itu karena kita tidak ingin ibadah Ramadhan kita menjadi sia-sia dengan sebab kekeliruan yang kita lakukan. Secara harfiyah, Ramadhan juga berarti mengasah, yakni mengasah ketajaman hati agar dengan mudah bisa membelah atau membedakan antara yang haq dengan yang bathil.

Ketajaman hati itulah yang akan membuat seseorang menjadi sangat berhati-hati dalam bersikap dan bertingkah laku. Sikap seperti ini merupakan sikap yang sangat penting sehingga dalam hidupnya, seorang muslim tidak asal melakukan sesuatu, apalagi sekadar mendapat nikmat secara duniawi.

Kehati-hatian dalam hidup ini menjadi amat penting mengingat apapun yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah swt, karenanya apa yang hendak kita lakukan harus kita pahami secara baik dan dipertimbangkan secara matang, sehingga tidak sekadar ikut-ikutan dalam melakukannya, Allah swt berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya (QS Al Isra [17]:36).
Nilai ibadah Ramadhan ketiga yang harus kita lestarikan dalam kehidupan sesudah Ramadhan adalah bersikap jujur. Ketika kita berpuasa Ramadhan, kejujuran mewarnai kehidupan kita sehingga kita tidak berani makan dan minum meskipun tidak ada orang yang mengetahuinya. Hal ini karena kita yakin Allah swt yang memerintahkan kita berpuasa selalu mengawasi diri kita dan kita tidak mau membohongi Allah swt dan tidak mau membohongi diri sendiri karena hal itu memang tidak mungkin, inilah kejujuran yang sesungguhnya. Karena itu, setelah berpuasa sebulan Ramadhan semestinya kita mampu menjadi orang-orang yang selalu berlaku jujur, baik jujur dalam perkataan, jujur dalam berinteraksi dengan orang, jujur dalam berjanji dan segala bentuk kejujuran lainnya.

Dalam kehidupan masyarakat dan bangsa kita sekarang ini, kejujuran merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Banyak kasus di negeri kita yang tidak cepat selesai bahkan tidak selesai-selesai karena tidak ada kejujuran, orang yang bersalah sulit untuk dinyatakan bersalah karena belum bisa dibuktikan kesalahannya dan mencari pembuktian memerlukan waktu yang panjang, padahal kalau yang bersalah itu mengaku saja secara jujur bahwa dia bersalah, tentu dengan cepat persoalan bisa selesai. Sementara orang yang secara jujur mengaku tidak bersalah tidak perlu lagi untuk diselidiki apakah dia melakukan kesalahan atau tidak. Tapi karena kejujuran itu tidak ada, yang terjadi kemudian adalah saling curiga mencurigai bahkan tuduh menuduh yang membuat persoalan semakin rumit. Ibadah puasa telah mendidik kita untuk berlaku jujur kepada hati nurani kita yang sehat dan tajam, bila kejujuran ini tidak mewarnai kehidupan kita sebelas bulan mendatang, maka tarbiyyah (pendidikan) dari ibadah Ramadhan kita menemukan kegagalan, meskipun secara hukum ibadah puasanya tetap sah.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Keempat yang merupakan nilai ibadah Ramadhan yang harus kita lestarikan adalah memiliki semangat berjamaah. Kebersamaan kita dalam proses pengendalian diri membuat syaitan merasa kesulitan dalam menggoda manusia sehingga syaitan menjadi terbelenggu pada bulan Ramadhan. Hal ini diperkuat lagi dengan semangat yang tinggi bagi kita dalam menunaikan shalat yang lima waktu secara berjamaah sehingga di bulan Ramadhan inilah mungkin shalat berjamaah yang paling banyak kita laksanakan, bahkan melaksanakannya juga di masjid atau mushalla.

Disamping itu, ibadah Ramadhan yang membuat kita dapat merasakan lapar dan haus, telah memberikan pelajaran kepada kita untuk memiliki solidaritas sosial kepada mereka yang menderita dan mengalami berbagai macam kesulitan, itupun sudah kita tunjukkan dengan zakat yang kita tunaikan. Karena itu, semangat berjamaah kita sesudah

Ramadhan ini semestinya menjadi sangat baik, apalagi kita menyadari bahwa kita tidak mungkin bisa hidup sendirian, sehebat apapun kekuatan dan potensi diri yang kita miliki, kita tetap sangat memerlukan pihak lain. Itu pula sebabnya, dalam konteks perjuangan Allah swt mencintai hamba-hamba-Nya yang berjuang secara berjamaah, yang saling kuat menguatkan sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh (QS Ash Shaf [61]:4)

Nilai ibadah Ramadhan kelima yang harus kita lakukan sesudah Ramadhan berakhir adalah melakukan pengendalian diri. Puasa Ramadhan adalah pengendalian diri dari hal-hal yang pokok seperti makan dan minum. Kemampuan kita dalam mengendalikan diri dari hal-hal yang pokok semestinya membuat kita mampu mengendalikan diri dari kebutuhan kedua dan ketiga, bahkan dari hal-hal yang kurang pokok dan tidak perlu sama sekali. Namun sayangnya, banyak orang telah dilatih untuk menahan makan dan minum yang sebenarnya pokok, tapi tidak dapat menahan diri dari hal-hal yang tidak perlu, misalnya ada orang yang mengatakan: “saya lebih baik tidak makan daripada tidak merokok”, padahal makan itu pokok dan merokok itu tidak perlu. “

Kemampuan kita mengendalikan diri dari hal-hal yang tidak benar menurut Allah dan Rasul-Nya merupakan sesuatu yang amat mendesak, bila tidak, kehidupan ini akan berlangsung seperti tanpa aturan, tak ada lagi halal dan haram, tak ada lagi haq dan bathil, bahkan tak ada lagi pantas dan tidak pantas atau sopan dan tidak. Yang jelas, selama manusia menginginkan sesuatu, hal itu akan dilakukannya meskipun tidak benar, tidak sepantasnya dan sebagainya. Bila ini yang terjadi, apa bedanya kehidupan manusia dengan kehidupan binatang, bahkan masih lebih baik kehidupan binatang, karena mereka tidak diberi potensi akal,

Allah swt berfirman:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS Al A’raf [7]:179).

Dengan demikian, harus kita sadari bahwa Ramadhan adalah bulan pendidikan dan latihan, keberhasilan ibadah Ramadhan justeru tidak hanya terletak pada amaliyah Ramadhan yang kita kerjakan dengan baik, tapi yang juga sangat penting adalah bagaimana menunjukkan adanya peningkatan taqwa yang dimulai dari bulan Syawal hingga Ramadhan tahun yang akan datang.

Demikian khutbah ied kita pada hari ini, semoga bermanfaat bagi kita bersama dan memacu kita untuk membuktikan keberhasilan ibadah Ramadhan dengan sikap dan prilaku yang Islami. amien.

Akhirnya, marilah kita akhiri khutbah ied kita dengan berdo’a:
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun.

Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا.

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.
اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
(hdn)

 

KHUTBAH JUMAT BERAGAMA ISLAM SECARA KAFFAH

Wakil Gubernur Bengkulu, H M Syamlan Lc. (ANTARa/Emye)KHUTBAH JUMAT  BERAGAMA ISLAM SECARA KAFFAH

Judul Asli :  KHUTBAH IDUL FITRI BERAGAMA ISLAM SECARA TOTALITAS

Oleh : Muhammad Syamlan Lc

Wakil Gubernur Bengkulu

http://www.eramuslim.com/khutbah-jumat/beragama-islam-secara-totalitas.htm#.Uf4EpazfiSp

Di edit ulang untuk khutbah Jum`at oleh :

H.A. ROZAK ABUHASAN, MBA

https://arozakabuhasan.wordpress.com/

20130816 BERAGAMA ISLAM SECARA KAFFAH

KHUTBAH PERTAMA

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
   اَللّهُمَّ صَلِّى عَلىَ مُحَمَّد  وَعَلَى آلِهِ وَصَحـْبِهِ اَجْمَعِيْنَ.

إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ  وَلاَتَمُوْتُونَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

أَمَّا بَعْدُ؛

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Ilahi Robbi yang telah memberikan limpahan kenikmatan yang tidak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada kita; kenikmatan yang tidak mungkin bagi kita untuk menghitung-hitungnya; Kita bersyukur atas segala Karunia-Nya terutama nikmat Iman, Nikmat Islam, nikmat Rezeki dan Kesehatan serta kesempatan beribadah dalam bulan Ramadhan sampai hari ini.

Sholawat serta salam semoga Allah curahkan selalu kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW., kepada keluarga dan sahabatnya serta kepada kita dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman., Amin Ya Robbal Alamin.

 

Kaligrafi_UnikJamaah sekalian Rohimakumullah

Kita merasakan betapa Ramadhan cepat berlalu. Kenangan yang begitu sangat indah cepat sekali berakhir. Kita tak menyangka Ramadhan berlalu secepat ini. Mungkin diantara kita sekarang baru sadar bahwa kita belum begitu banyak beribadah di bulan Ramadhan ini. Banyak amalan dan waktu yang kita sia-siakan. Kebanyakan kita bersemangat di awal lalu melemah di akhir.

Kini kita sadar bahwa Ramadhan telah pergi, dan tak mungkin diulang kembali lagi. Kecuali, tahun yang akan datang. Sementara kita belum tentu masih hidup.

Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah. Meskipun kita belum tentu bertemu lagi dengan bulan Ramadhan yad., yang pasti sekarang masih ada waktu. Allah mengarahkan ketika kita sudah menyelesaikan suatu urusan maka kita harus segera mengerjakan urusan lain.

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ  وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmu, hendaknya kamu berharap.” (Asy-Syarh: 7-8).

Mari kita mohon ampun kepada Allah atas segala kekurangan, kesalahan dan kekhilafan. Semoga ibadah dan kebajikan yang sudah kita lakukan dengan baik hendaknya tetap kita lakukan. Kita jaga nilai-nilainya sehingga mewarnai kehidupan kita bersama.

Jangan sampai terjadi, semuanya berakhir bersamaan dengan berakhirnya bulan Ramadhan.

Allah memerintahkan kepada kita semua, orang-orang yang beriman, agar memeluk Islam itu secara kaaffah. Totalitas. Tetap beribadah kepada-Nya secara utuh di setiap waktu dan keadaan.

Allah membenci orang yang beragama setengah-setengah. Beragama secara parsialilitas itu adalah salah satu dari cara Syetan menyesatkan kita.

Allah Swt. berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman, masuk Islamlah kamu secara kaaffah (totalitas), dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah: 208)

Logo Al-Quran - Islam Yang BahagiaBeragama Islam secara kaffah (totalitas) paling tidak mencakup empat hal.

Pertama, kaaffah dalam pengertian keseluruhan ajaran Islam. Islam adalah pedoman hidup yang lengkap dan sempurna. Allah berikan kepada kita untuk mengatur keseluruhan aspek kehidupan. Oleh karena itu, maka kita harus menerima dan mengamalkan seluruh ajaran Islam. Tidak boleh kita ambil setengah-setengah. Salah satu ajarannya kita amalkan, sementara ajarannya yang lain kita buang.

Banyak orang yang ketika shalat menggunakan tata aturan Islam, tapi sayang ketika berjual beli tidak mau diatur Islam. Ada juga yang saat berpuasa konsisten dengan tata aturan Islam; tidak makan, tidak minum dan tidak berdusta, tapi saat berpolitik tak mau berpegang teguh dengan ajaran Islam sehingga bermain culas, lalu korupsi dan suka berbohong. Banyak yang punya anggapan ini masalah politik, bukan masalah agama. Seakan-akan kalau berpolitik lalu boleh berdusta dan culas.

Padahal Islam sesungguhnya sebagaimana mengatur tentang shalat dan puasa juga mengatur tentang dagang dan mengatur urusan negara. Islam sebagaimana mengatur tentang keimanan dan ibadah, juga mengatur tentang hukum dan tata cara berbusana. Pendek kata, Islam itu mengatur manusia dari bangun tidur hingga tidur lagi bahkan saat tidur. Mengatur manusia dari lahir hingga menguburnya saat mati. Islam mengatur mulai dari masuk kamar mandi hingga mengatur bangsa dan negara bahkan dunia.

Kita sudah lama dicekoki dengan ajaran sesat sekularisme, yang memisahkan antara urusan dunia dan akhirat, yang memisahkan antara urusan negara dan agama.

Perlu ditegaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah adalah agar kita jadikan pedoman hidup. Kita amalkan semua ajarannya. Bukan sekedar kita baca untuk mencari pahala, sementara tata aturannya kita tinggalkan. Kita ambil mana yang kita suka dan kita buang mana yang kita tak suka.

Sungguh, Allah mengecam berat terhadap orang-orang yang beragama secara parsial.

Apakah kamu beriman kepada sebagian isi Al Kitab dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari kamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (Al-Baqarah: 85).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Kalau hari ini kita merasakan kehinaan, krisis dan bencana yang menimpa kita ummat Islam, maka harus kita sadari karena kita tidak mengamalkan ajaran Islam secara kaffah/totalitas.

Bangsa Indonesia, negara kita yang tercinta ini, merdeka dari penjajahan portugis, Belanda, Jepang, dll  yang diproklmirkan 17 Agustus 1945 adalah jelas berkat rahmat Allah yang maha kuasa.

Tapi sungguh sangat miris, tak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan, hingga saat ini, hukum penjajah yang masih kita pegang teguh untuk mengatur negara ini, sementara hukum dan tata aturan Allah kita jauhkan.

Marilah kita segera sadar, kalau ingin selamat dunia akhirat, dan menjadi bangsa dan negara yang kuat, maju, adil dan makmur, tak ada pilihan lain kecuali harus mengamalkan ajaran Islam secara lengkap dan totalitas, dalam seluruh lini kehidupan.

KaligrafiIslam_AllahbmpAllah berfirman:

“Pegang teguhlah Shibghah (tata aturan) Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghah (tata aturan) nya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.” (Al-Baqarah: 138)

Ma’asyiral Muslimiin rahimakumullah.

Yang kedua, kaaffah (totalitas) dalam pengertian tempat.

Artinya, kita harus mengamalkan ajaran Islam di mana pun kita berada. Karena Islam diturunkan oleh Allah untuk semua manusia di seluruh kolong jagat ini.

Ada yang punya pandangan bahwa Indonesia bukan Arab, maka tak bisa diatur dengan Islam. “Beda dengan Arab,” kata mereka. Ini adalah pandangan yang sangat keliru. Bumi Arab adalah Allah penciptanya, dan bumi Indonesia adalah sama, Allah penciptanya. Dan, memang bumi ini secara keseluruhan di mana saja adalah Allah Penciptanya.

Maka seyogianya siapa saja yang tak mau diatur oleh Allah hendaknya tidak berada di bumi yang diciptakan oleh Allah.

Allah berfirman:

“Hai kaum jin dan manusia, jika kamu bisa menembus (keluar) dari penjuru langit dan bumi, maka keluarlah. Kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” (QS. Ar-Rahman: 33).

 

Ada di antara kita yang saat berada di kota Madinah atau Makkah tunduk dan patuh kepada aturan Islam, rajin ke masjid, berdoa dan menangis beristighfar dan bertaubat, tapi sayang tidak lagi seperti itu bila sudah pulang ke kampung halaman.

Ini berarti tidak kaaffah secara tempat. Apakah kita mengira Allah itu ada hanya di Makkah dan Madinah, dan tidak ada Allah bila sudah di Bandung  atau di Jakarta atau dimanapun?!

Perlu kita sadari, sebagai orang beriman, bahwa Allah melihat kita di mana saja kita berada. Di Arab dilihat Allah, maka di Amerika, Eropa, Mesir, Cina, Indonesia dan dimana saja juga sama dilihat Allah. Tidak ada tempat di muka bumi ini, sejengkal pun, yang manusia luput dari pengetahuan dan penglihatan Allah Swt.

Yang ketiga, kaaffah (totalitas) dalam pengertian keseluruhan waktu.

Artinya, kita harus berislam, tunduk dan patuh kepada Allah kapan saja. Pagi maupun sore. Siang atau malam. Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at dan Sabtu.

Ada di antara kita ke Masjid kalau hari Jum’at saja. Padahal kita dipanggil oleh Allah lima kali dalam setiap hari. Bahkan ada yang hanya ‘Idul Adha dan ‘Idul Fithri saja. Termasuk banyak di antara kita yang rajin ibadah hanya di bulan Ramadhan saja. Setelah bulan Ramadhan, selesai semuanya.

Banyak artis dan penyiar TV memakai jilbab saat Ramadhan, tapi setelah Ramadhan dibuka kembali. Seakan-akan Allah hanya ada di bulan Ramadhan dan tak ada lagi di bulan-bulan yang lainya. Ini berarti tidak kaaffah.

Yang keempat, kaaffah dalam pengertian keseluruhan keadaan. Artinya, kita harus berislam, tunduk dan patuh kepada Allah baik dalam kondisi gembira atau susah, lapang atau sempit, sehat atau sakit, suka atau duka.

Ada orang yang ketika sehat rajin shalat, tapi ketika sakit tidak lagi. Atau sebaliknya, ketika sakit rajin shalat dan berdzikir serta berdoa, tapi ketika sehat lupa kepada Allah. Ketika miskin rajin ke Masjid, tapi ketika sudah kaya dan jadi pejabat tak lagi ke masjid.

Tunjukan kami jalan lurusAllah berfirman:

dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi[980]; Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam Keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang[981]. rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (Al-Hajj 22:11)

 

[980] Maksudnya: tidak dengan penuh keyakinan.

[981] Maksudnya: kembali kafir lagi.

Nabi bersabda:

تَعَرَّفْ إِلى اللهِ فيِ الرَّخاءِ يَعْرِفْكَ فيِ الشِّدَةِ

“Ingatlah kamu saat senang, niscaya Allah mengingatmu saat susah.” (Hr. Thabrani)

 

Ma’asyiral Muslimiin rahimakumullah.

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaaffah (totalitas),”

Kita dipanggil agar ketika kita telah menyatakan diri sebagai orang yang beriman maka kita harus benar-benar menerima dan mengamalkan keseluruhan dari ajaran Islam di mana pun, kapan pun dan dalam kondisi apa pun.

Selanjutnya kita pun diingatkan:

“Dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.Sesungguhnhya Syetan itu musuh yang nyata bagi kamu.”

Syetan itu sangat licik, dan memiliki seribu satu cara untuk menyesatkan manusia. Syetan itu menyesatkan, tapi bisa datang dengan seakan-akan memberi nasehat (al-A’raf: 21). Syetan juga biasa mengubah nama sesuatu yang buruk dengan nama yang baik. Pohon larangan yang dilarang oleh Allah, dinamakan oleh Iblis sebagai syajarah khuldi yang berati pohon keabadian (Thaha: 120, Al-A’raf: 20).

Syetan juga bisa menyulap sesuatu yang buruk tampak baik dan yang baik tampak buruk, yang diperintah terasa berat dan yang dilarang terasa ringan. (Al-Hijr:39).

Disamping itu syetan akan menggoda manusia dari seluruh penjuru. Dari depan, dari belakang, samping kanan dan kiri. (Al-A’raf: 17).

Syetan itu adalah musuh yang sangat nyata bagi kita. Dalam ayat yang lain Allah berfirman:

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongan (partai) nya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Faathir: 6)

Mari kita jadikan Syetan sebagai musuh kita bersama.

Syetan pun mempunyai partai, maka hendaknya kita semua berhati-hati. Syetan itu selalu kampanye setiap hari bahkan setiap detik. Tidak hanya lima tahun sekali. Dan, kini Syetan-Syetan itu pun telah dilepas kembali setelah diikat selama bulan Ramadhan.

Mari kita buktikan, bahwa kita bisa mengalahkan syetan bukan hanya saat syetan diikat, yaitu di bulan Ramadhan. Kita harus juga bisa mengalahkan syetan meski telah dilepas yaitu di luar bulan Ramadhan.

Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya. Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan (benar-benar) beragama Islam.” (Ali Imran: 102) 

 

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم

KHUTBAH KEDUA

 

اَلْحَمْدُ لله رَبّ الْعَالَمِيْنَ، وَأَشْهًدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلِيِّ الصَّالِحِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْبِيًاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، اَلّلهُمّ صَلِّي عَلَى مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمّد كَمَا صَلَيْتَ عَلَى آلِ ِإْبرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدِ وَعَلَى آلِ مُحَمّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فَِي الْعَالَمِيْنَ إِنّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، أَمّا بَعْدُ:

Mari kita berdo`a, memohon kepada Allah Swt.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَناَ وَلِوَالِدِيْناَ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمينَ وَالْمُسْلِماتِ اَلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami,dosa kedua orang tua kami, guru-guru kami, dan saudara-saudara kami, kaum Muslimin semua, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat.

Ya Allah, hanya kepada-Mu, kami mengabdi. Hanya kepada-Mu, kami shalat dan sujud. Hanya kepada-Mu, kami menuju dan tunduk. Kami mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Mu. Kami takut adzab-Mu, karena adzab-Mu sangat pedih.

Ya Allah persatukanlah kami kaum Muslimin, untuk mengamalkan dan menegakkan Agama-Mu. Dan, karuniakanlah kepada kami keberkahan dari langit dan bumi.

 

1Ka'bahYa Allah,  lindungi kami, masyarakat kami, dan anak-anak kami dari berbuat dosa dan godaan Syetan.

Ya Allah, tolonglah kami dan saudara-saudara kami yang sedang dilanda kesedihan, dan musibah, kesulitan,serta yang sakit   Lindungi kami dan mereka semua dengan Rahmat Kasih saying-Mu. Sembuhkan yang sakit. dan lindungi mereka yang ditimpah musibah.

Anugerahkan kebahagiaan kepada kami dan kepada mereka. Siramilah kami dan mereka dengan rizki yang melimpah dari sisi- Mu yang penuh berkah.  Ya Allah, padukanlah jiwa-jiwa ini sebagai hamba-hamba-Mu yang beriman dan bertaqwa, lepaskanlah dan jauhkanlah dari kami penguasa-penguasa zhalim, fasik, dan kafir.

Anugerahkan kepada kami pemimpin-pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur dan amanah, yang menjadikan Kitab-Mu sebagai landasan kepemimpinannya, menerapkan Syariat-Mu, dan membawa kami ke jalan yang benar, jalan yang Engkau ridhai.

Ya Allah, selamatkanlah kami, anak-anak kami, keluarga kami, daerah kami, negeri kami, dan umat kami dari badai krisis, fitnah, bencana, dan dosa yang membinasakan.

Ya Allah, janganlah Engkau goyangkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk dan tetapkankan hati kami di atas agama-Mu.

Ya Allah, jadikanlah hari terbaik kami sebagai hari pertemuan kami dengan-Mu, jadikanlah amal terbaik kami sebagai pamungkasnya, dan jadikan usia terbaik kami sebagai akhir ajal kami.

Ya Allah, limpahkanlah rahmat, ampunan, dan hidayah-Mu kepada kami semuanya.

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين, سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ  وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ

وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

عِبَادَ اللهِ. اِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالإِحْسَنِ  وَإِيْتَا ئِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.

فَاذْكُرُواللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ     وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَر

 Assalamualaikum Wr. Wb.

 

 Judul Asli :  KHUTBAH IDUL FITRI BERAGAMA ISLAM SECARA TOTALITAS

http://www.eramuslim.com/khutbah-jumat/beragama-islam-secara-totalitas.htm#.Uf4EpazfiSp

Wakil Gubernur Bengkulu, H M Syamlan Lc. (ANTARa/Emye)Muhammad Syamlan Lc

Di edit ulang untuk khutbah Jum`at oleh :

araH.A. ROZAK ABUHASAN, MBA

https://arozakabuhasan.wordpress.com/

20130816 BERAGAMA ISLAM SECARA KAFFAH

 

Khutbah Idul Fitri Beragama Islam Secara Totalitas

 

KHUTBAH IDUL FITRI

Beragama Islam Secara Totalitas

http://www.eramuslim.com/khutbah-jumat/beragama-islam-secara-totalitas.htm#.Uf4EpazfiSp

Redaksi – Kamis, 24 Ramadhan 1434 H / 1 Agustus 2013 14:38 WIB

 

Wakil Gubernur Bengkulu, H M Syamlan Lc. (ANTARa/Emye)oleh : Muhammad Syamlan Lc

Posting : a rozak abuhasan https://arozakabuhasan.wordpress.com/

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر

إِنَّ اَلْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى هذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ, أَمِّا بَعْدُ: فَياَ مَعَاشِرَ الْمُسْلِمينَ رَحِمَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَا بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ, وَقَالَ الله تَعَالَى:

{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً  يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً }

 

Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. Wa lillahil hamd!

Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah!

Di pagi hari ini kita merasakan kegembiraan yang luar biasa, tapi juga ada perasaan sedih yang sangat mendalam. Gembira, karena kita berada dalam suasana hari Raya Idul Fitri. Tapi juga sedih, karena ditinggal bulan Ramadhan pergi.

Kita merasakan betapa Ramadhan cepat berlalu. Kenangan yang begitu sangat indah cepat sekali berakhir. Kita tak menyangka Ramadhan berlalu secepat ini.

Kita sekarang baru sadar bahwa kita belum begitu banyak beribadah di bulan Ramadhan ini. Banyak amalan dan waktu yang kita sia-siakan. Kebanyakan kita bersemangat di awal lalu melemah di akhir. Kita lebih banyak mempersiapkan makan dan minuman, dari pada beribadah. Kini kita sadar bahwa Ramadhan telah pergi, dan tak mungkin mau diminta kembali lagi. Kecuali, tahun yang akan datang. Sementara kita belum tentu masih hidup.

Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah. Meskipun kita belum tentu bertemu lagi dengan bulan Ramadhan, yang pasti sekarang masih ada waktu. Allah mengarahkan ketika kita sudah menyelesaikan suatu urusan maka kita harus segera mengerjakan urusan lain.

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ  وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmu, hendaknya kamu berharap.” (Asy-Syarh: 7-8).

Mari kita mohon ampun kepada Allah atas segala kekurangan, kesalahan dan kekhilafan. Sedang ibadah dan kebajikan yang sudah kita lakukan dengan baik hendaknya tetap kita lakukan. Kita jaga nilai-nilainya sehingga mewarnai kehidupan kita bersama. Jangan sampai terjadi, semuanya berakhir bersamaan dengan berakhirnya bulan Ramadhan.

Allah memerintahkan kepada kita semua, orang-orang yang beriman, agar memeluk Islam itu secara kaaffah. Totalitas. Tetap beribadah kepada-Nya secara utuh dalam semua waktu dan keadaan. Allah membenci orang yang beragama setengah-setengah. Beragama secara parsialilitas itu adalah salah satu dari cara Syetan menyesatkan kita. Allah Swt. berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman, masuk Islamlah kamu secara kaaffah (totalitas), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah: 208)

Beragama Islam secara kaffah (totalitas) paling tidak mencakup empat hal.  Pertama, kaaffah dalam pengertian keseluruhan ajaran Islam. Islam adalah pedoman hidup yang lengkap dan sempurna. Allah berikan kepada kita untuk mengatur keseluruhan aspek kehidupan. Oleh karena itu, maka kita harus menerima dan mengamalkan seluruh ajaran Islam. Tidak boleh kita ambil setengah-setengah. Salah satu ajarannya kita amalkan, sementara ajarannya yang lain kita buang.

Banyak orang yang ketika shalat menggunakan tata aturan Islam, tapi sayang ketika berjual beli tidak mau diatur Islam. Ada juga yang saat berpuasa konsisten dengan tata aturan Islam; tidak makan, tidak minum dan tidak berdusta, tapi saat berpolitik tak mau berpegang teguh dengan ajaran Islam sehingga bermain culas, lalu korupsi dan suka berbohong. Banyak yang punya anggapan ini masalah politik, bukan masalah agama. Seakan-akan kalau berpolitik lalu boleh berdusta dan culas. Padahal Islam sesungguhnya sebagaimana mengatur tentang shalat dan puasa juga mengatur tentang dagang dan mengatur urusan negara. Islam sebagaimana mengatur tentang keimanan dan ibadah, juga mengatur tentang hukum dan tata cara berbusana. Pendek kata, Islam itu mengatur manusia dari bangun tidur hingga tidur lagi bahkan saat tidur. Mengatur manusia dari lahir hingga menguburnya saat mati. Islam mengatur mulai dari masuk kamar mandi hingga mengatur bangsa dan negara bahkan dunia.

Kita sudah lama dicekoki dengan ajaran sesat sekularisme, yang memisahkan antara urusan dunia dan akhirat, yang memisahkan antara urusan negara dan agama.

Perlu ditegaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah adalah agar kita jadikan pedoman hidup. Kita amalkan semua ajarannya. Bukan sekedar kita baca untuk mencari pahala, sementara tata aturannya kita tinggalkan. Kita ambil mana yang kita suka dan kita buang mana yang kita tak suka.

Sungguh, Allah mengecam berat terhadap orang-orang yang beragama secara parsial.

“Apakah kamu beriman kepada sebagian isi Al Kitab dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari kamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (Al-Baqarah: 85).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Kalau hari ini kita merasakan kehinaan, krisis dan bencana yang menimpa kita ummat Islam, maka harus segera kita sadari karena kita tidak mengamalkan ajaran Islam secara totalitas.

Bangsa Indonesia, negara kita yang tercinta ini, merdeka dari penjajahan portugis, Belanda, Jepang, dll adalah jelas berkat rahmat Allah yang maha kuasa. Tapi sungguh sangat miris, tak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan, hingga dengan saat ini, hukum penjajah yang masih kita pegang teguh untuk mengatur negara ini, sementara hukum dan tata aturan Allah kita jauhkan.

Marilah kita segera sadar, kalau ingin selamat dunia akhirat, dan menjadi bangsa dan negara yang kuat, maju, adil dan makmur, tak ada pilihan lain kecuali harus mengamalkan ajaran Islam secara lengkap dan totalitas, dalam seluruh lini kehidupan. Allah berfirman:

“Pegang teguhlah Shibghah (tata aturan) Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghah (tata aturan) nya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.” (Al-Baqarah: 138)

Ma’asyiral Muslimiin rahimakumullah.

Yang kedua, kaaffah (totalitas) dalam pengertian tempat. Artinya, kita harus mengamalkan ajaran Islam di mana pun kita berada. Karena Islam diturunkan oleh Allah untuk semua manusia di seluruh kolong jagat ini.

Ada yang punya pandangan bahwa Indonesia bukan Arab, maka tak bisa diatur dengan Islam. “Beda dengan Arab,” kata mereka. Ini adalah pandangan yang sangat keliru. Bumi Arab adalah Allah penciptanya, dan bumi Indonesia adalah sama, Allah penciptanya. Dan, memang bumi ini secara keseluruhan di mana saja adalah Allah Penciptanya. Maka siapa saja yang tak mau diatur oleh Islam yang diturunkan oleh Allah hendaknya tidak berada di bumi yang diciptakan oleh Allah. Di mana bumi dipijak, di sana

langit harus dijunjung. Di bumi mana pun kita berada, hendaknya hukum langit kita patuhi. Adat bersandi Syara’, Syara’ bersandi Kitabullah. Allah berfirman:

“Hai kaum jin dan manusia, jika kamu bisa menembus (keluar) dari penjuru langit dan bumi, maka keluarlah. Kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” (QS. Ar-Rahman: 33).

Ada juga di antara kita yang saat berada di kota Madinah atau Makkah tunduk dan patuh kepada aturan Islam, rajin ke masjid, berdoa dan menangis beristighfar dan bertaubat, tapi sayang tidak lagi seperti itu bila sudah pulang ke kampung halaman. Ini berarti tidak kaaffah secara tempat. Apakah kita mengira Allah itu ada hanya di Makkah dan Madinah, dan tidak ada Allah bila sudah di Bengkulu atau di Jakarta?!

Oleh karena itu, jangan sampai dibiarkan bila ada yang mempunyai pemikiran menjadikan Enggano, Pulau Baai atau tempat-tempat lainya sebagai tempat kemaksiatan.

Perlu kita sadari, sebagai orang beriman, bahwa Allah melihat kita di mana saja kita berada. Di Arab dilihat Allah, maka di Amerika, Eropa, Mesir, Cina, Indonesia dan dimana saja juga sama dilihat Allah. Tidak ada tempat di muka bumi ini, sejengkal pun, yang manusia boleh seenaknya berbuat dosa.

Allahu akbar3x walillahimhamd.

Yang ketiga, kaaffah (totalitas) dalam pengertian keseluruhan waktu. Artinya, kita harus berislam, tunduk dan patuh kepada Allah kapan saja. Pagi maupun sore. Siang atau malam. Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at dan Sabtu.

Ada di antara kita ke Masjid kalau hari Jum’at saja. Padahal kita dipanggil oleh Allah lima kali dalam setiap hari. Bahkan ada yang hanya ‘Idul Adha dan ‘Idul Fithri saja. Termasuk banyak di antara kita yang rajin ibadah hanya di bulan Ramadhan saja. Setelah bulan Ramadhan, selesai semuanya. Banyak artis dan penyiar TV memakai jilbab, tapi setelah Ramadhan dibuka kembali. Seakan-akan Allah hanya ada di bulan Ramadhan dan tak ada lagi di bulan-bulan yang lainya. Ini berarti tidak kaaffah.

Yang keempat, kaaffah dalam pengertian keseluruhan keadaan. Artinya, kita harus berislam, tunduk dan patuh kepada Allah baik dalam kondisi gembira atau susah, lapang atau sempit, sehat atau sakit, suka atau duka.

Ada orang yang ketika sehat rajin shalat, tapi ketika sakit tidak lagi. Atau sebaliknya, ketika sakit rajin shalat dan berdzikir serta berdoa, tapi ketika sehat lupa kepada Allah. Ketika miskin rajin ke Masjid, tapi ketika sudah kaya dan jadi pejabat tak lagi ke masjid.

Allah berfirman:

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di pinggiran. Maka jika ia memperoleh kebaikan (kesenangan) tetaplah ia dalam keadaan itu. Dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana (yang tidak menyenangkan) berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (Al-Hajj: 11)

Nabi bersabda:

تَعَرَّفْ إِلى اللهِ فيِ الرَّخاءِ يَعْرِفْكَ فيِ الشِّدَةِ

“Ingatlah kamu saat senang, niscaya Allah mengingatmu saat susah.” (Hr. Thabrani)

Ma’asyiral Muslimiin rahimakumullah.

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaaffah (totalitas),”

Kita dipanggil agar ketika kita telah menyatakan diri sebagai orang yang beriman maka kita harus benar-benar menerima dan mengamalkan keseluruhan dari ajaran Islam di mana pun, kapan pun dan dalam kondisi apa pun.

Selanjutnya kita pun diingatkan:

“Dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.Sesungguhnhya Syetan itu musuh yang nyata bagi kamu.”

Syetan itu sangat licik, dan memiliki seribu satu cara untuk menyesatkan manusia. Syetan itu menyesatkan, tapi bisa datang dengan seakan-akan memberi nasehat (al-A’raf: 21). Syetan juga biasa mengubah nama sesuatu yang buruk dengan nama yang baik. Pohon larangan yang dilarang oleh Allah, dinamakan oleh Iblis sebagai syajarah khuldi yang berati pohon keabadian (Thaha: 120, Al-A’raf: 20). Syetan juga bisa menyulap sesuatu yang buruk tampak baik dan yang baik tampak buruk, yang diperintah terasa berat dan yang dilarang terasa ringan. (Al-Hijr:39).

Disamping itu syetan akan menggoda manusia dari seluruh penjuru. Dari depan, dari belakang, samping kanan dan kiri. (Al-A’raf: 17).

Syetan itu adalah musuh yang sangat nyata bagi kita. Dalam ayat yang lain Allah berfirman:

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongan (partai) nya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Faathir: 6)

Mari kita jadikan Syetan sebagai musuh kita bersama.

Syetan pun mempunyai partai, maka hendaknya kita semua berhati-hati. Syetan itu selalu kampanye setiap hari bahkan setiap detik. Tidak hanya lima tahun sekali. Dan, kini Syetan-Syetan itu pun telah dilepas kembali setelah diikat selama bulan Ramadhan.

Mari kita buktikan, bahwa kita bisa mengalahkan syetan bukan hanya saat syetan diikat, yaitu di bulan Ramadhan. Kita harus juga bisa mengalahkan syetan meski telah dilepas yaitu di luar bulan Ramadhan. Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya. Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan (benar-benar) beragama Islam.” (Ali Imran: 102)

Allahu akbar 3x wa lillahil hamd.

Mari kita bershalawat buat Nabi Muhammad. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga beliau, sahabat beliau dan ummat beliau yang setia hingga akhir zaman.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَناَ وَلِوَالِدِيْناَ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمينَ وَالْمُسْلِماتِ اَلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, kedua orang tua, guru-guru kami, dan saudara-saudara kami, kaum Muslimin semua, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Ya Allah, hanya kepada-Mu, kami mengabdi. Hanya kepada-Mu, kami shalat dan sujud. Hanya kepada-Mu, kami menuju dan tunduk. Kami mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Mu. Kami takut adzab-Mu, karena adzab-Mu sangat pedih.

Ya Allah, jagalah kami dengan Islam dalam keadaan berdiri. Ya Allah, jagalah kami dengan Islam dalam keadaan duduk dan jagalah kami dengan Islam dalam keadaan tidur. Jagalah kami dengan Islam saat kami sehat maupun saat kami sakit. Jangan cabut nyawa kecuali kami dalam kondisi beragama Islam.

Ya Allah, Engkau yang menyelamatkan nabi Nuh dari taufan badai dan banjir yang menenggelamkan dunia, Engkau yang menyelamatkan nabi Ibrahim dari kobaran api menyala, Engkau yang menyelamatkan Isa dari salib kaum durjana, Engkau yang menyelamatkan Yunus dari gelapnya perut ikan, Engkau yang menyelamatkan Nabi Muhammad dari makar kafir Quraisy, Yahudi pendusta, munafik pengkhianat, pasukan Ahzab angkara murka. Ya Allah, hancurkanlah orang-orang yang tak suka dengan Agama-Mu, yang menghina Kitab-Mu, Yang mempermainkan Syari’at-Mu. Baik yang ada di Mesir, di Syuria, di negeri-negeri Arab, maupun yang ada di sini, di timur dan Barat.

Ya Allah persatukanlah kami kaum Muslimin, untuk mengamalkan dan menegakkan Agama-Mu. Dan, karuniakanlah kepada kamu keberkahan dari langit dan bumi.

Laa ilaaha illa anta subhanaka innaa kunnaa minadhdhaalimiin…3X

Ya Allah, yang mendengar rintihan hamba lemah dan banyak dosa. Ya Allah, lindungi kami, masyarakat kami, dan anak-anak kami dari berbuat dosa dan godaan Syetan. Jangan segera Engkau lenyapkan hari yang suci ini. Berikanlah waktu kepada kami. Kami masih ingin bertemu dengan bulan Ramadhan lagi. Kami masih ingin shalat ‘Idul Fitrikembali. Ya Allah, jangan biarkan orang-orang yang sengaja merusak kesucian ‘Idul Fitri dengan pesta dosa dan kemaksiatan. Yang membuat masyarakat kami rusak dan anak-anak kami hancur. Ya Allah, jauhkan mereka dari kami.

Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami yang sedang dilanda kesedihan, dan musibah, para janda, anak-anak yatim, kaum lemah, dan para fakir-miskin. Sembuhkan yang sakit. Tolong dan lindungi mereka yang ditimpah musibah. Baik yang di Aceh, di Jawa, di Sulawesi, di Mesir, di Palestina, di Syuria, di Eropa dan di mana pun  mereka berada. Anugerahkan kebahagiaan kepada mereka. Siramilah mereka dengan rizki yang melimpah dari sisi- Mu yang penuh berkah. Kami lemah tak begitu berdaya membantu dan meyantuni mereka. Ampuni kami, ya Allah.

Ya Allah, kumpulkanlah hati-hati kami di atas dasar kecintaan kepada-Mu, pertemukanlah di jalan ketaatan kepada-Mu, satukanlah di jalan dakwah-Mu, dan ikatlah di atas janji setia demi membela syari’at-Mu. Ya Allah, padukanlah jiwa-jiwa ini sebagai hamba-hamba-Mu yang beriman dan bertaqwa.

Ya Allah, lepaskanlah dan jauhkanlah dari kami penguasa-penguasa zhalim, fasik, dan kafir. Anugerahkan kepada kami pemimpin-pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur dan amanah, yang menjadikan Kitab-Mu sebagai landasan kepemimpinannya, menerapkan Syariat-Mu, dan membawa kami ke jalan yang benar, jalan yang Engkau ridhai.

Ya Allah, selamatkanlah kami, anak-anak kami, keluarga kami, daerah kami, negeri kami, dan umat kami dari badai krisis, fitnah, bencana, dan dosa yang membinasakan.

Ya Allah, janganlah Engkau goyangkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk dan tetapkankan hati kami di atas agama-Mu.

Ya Allah, jadikanlah hari terbaik kami sebagai hari pertemuan kami dengan-Mu, jadikanlah amal terbaik kami sebagai pamungkasnya, dan jadikan usia terbaik kami sebagai akhir ajal kami. Ya Allah, limpahkanlah rahmat, ampunan, dan hidayah-Mu kepada kami semuanya. Aamiin..aamiin ya Rabbal ‘alamin..

 

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين, سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ  وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ

وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

KHUTBAH IDUL FITRI RAMADHAN MEMBANGUN KESSALIHAN PRIBADI MENUJU KESHALIHAN SOSIAL

 

Khutbah Idul Fitri 1432 H: Ramadhan, Membangun Keshalihan Pribadi Menuju Keshalihan Sosial

http://www.dakwatuna.com/2011/08/14285/khutbah-idul-fitri-1432-h-ramadhan-membangun-keshalihan-pribadi-menuju-keshalihan-sosial/

Khutbah Idul Fitri

Oleh: Syarifuddin Mustafa, MA

Re Posting oleh A. ROZAK ABUHASAN, MBA

https://arozakabuhasan.wordpress.com/


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Allahu Akbar kabira wal hamdulillah katsira wasubhanallahi bukratan wa ashila

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah menciptakan langit dan bumi serta makhluk yang ada di dalamnya..

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia sebaik-baik makhluk

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk, hidayah dan rahmat kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kesempatan dan kekuatan kepada hamba-hamba yang dikehendaki hingga pada detik ini, di hari yang fitri dan mulia dapat berkumpul di tempat  yang mulia ini.

Ilustrasi (thenotesonmyblog.blogspot.com)

dakwatuna.com –Sungguh hanya pujian dan rasa syukur yang tidak terhingga hanya untuk Allah semata, berkat rahmat dan kasih sayang-Nya lah kita dapat melewati hari-hari, malam-malam dan waktu-waktu yang utama.  Menunaikan amaliyah dan ibadah di bulan yang mulia, bahkan dengan penuh harap, kita dapat meraih malam Al-Qadar yang kemuliaannya sama dengan ibadah seribu bulan lamanya.

Rasanya berat meninggalkan bulan Ramadhan, ingin rasanya kita terus berada di bulan nan indah dan penuh berkah ini, namun waktu tetaplah waktu yang pasti berlalu, kini saatnya kita dan seluruh umat Islam di seluruh dunia merayakan kemenangannya. Gema takbir, tahlil dan tahmid pun berkumandang dimana-mana, umat Islam di seluruh jagad raya ini, bersatu padu melantunkan irama membesarkan Allah, memuji dan mensucikan-Nya, sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah dianugerahkan. Mengungkapkan syukur atas hidayah dan inayah Allah yang begitu besar karena telah berhasil mengikuti rentetan ibadah pada bulan Ramadhan sebagai jaminan untuk mendapatkan ganjaran dan ampunan Allah SWT dan kembali kepada fitrah. Allahumma lakalhamdu kama yanbagi lijalali wajhikal karimi wa azhimi sultanika.

Sesuai dengan perintah Allah SWT

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan hendaklah kalian sempurnakan bilangannya, mengagungkan Allah SWT atas petunjuk Allah dan hidayah-Nya agar setelah itu kalian menjadi orang yang bersyukur”. (Al-Baqarah:185)

Inilah saatnya kita ungkapkan rasa syukur yang mendalam kepada Allah; syukur qalbi dengan mengakui nikmat-nikmat Allah, syukur qauli dengan melantunkan tahmid, tasbih dan takbir kepada Allah, serta syukur amali dengan menjadikan segala nikmatnya sebagai sarana mendekatkan diri kepada-Nya, menunaikan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, sehingga kelak dengan syukur tersebut Allah berkenan menambah dan menambah terus nikmat-Nya kepada kita dan menjadikan kita menjadi orang yang bertaqwa.

Allahu Akbar.. Allahu Akbar… Allahu Akbar walillahil hamdu

Ma a’syiral muslimin Rahimakumullah

Jamaah shalat Idul fitri yang dirahmati Allah SWT

Ramadhan boleh saja berlalu namun kesan dan pesannya harus tetap melekat dalam relung hati, nafas, gerak dan hidup setiap muslim. Bahwa Allah SWT tidak semata menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang di dalamnya ada kewajiban puasa, shalat sunnah tarawih dan ibadah-ibadahnya lainnya. Namun juga ingin memberikan pelajaran berharga kepada hamba-hamba-Nya akan perasaan bahwa mereka sangat memerlukan dan membutuhkan ibadah, bukan sekedar taklif dan beban belaka. Manusia diperintah beribadah bukan untuk kemaslahatan Allah SWT namun untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Sejatinya amal ibadah yang kita tunaikan –baik yang wajib atau yang sunnah- tidak akan mampu menambah singgasana Allah, begitu pula sebaliknya, jika kita semua tidak mau tunduk dan tidak mau beribadah kepada Allah SWT tidak akan mampu mengurangi apalagi menjatuhkan singgasana Allah SWT.

Sebagaimana dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh imam Muslim dari Abu Dzar Al-Ghifari, bahwa Nabi saw bersabda, Allah SWT berfirman:

يَا عِبَادِي لَوْ أَنّ أَوّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ, وَإِنْسَكُمْ وَجِنّكُمْ. كَانُوا عَلَىَ أَتْقَىَ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ. مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً.  يَا عِبَادِي لَوْ أَنّ أَوّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ. وَإِنْسَكُمْ وَجِنّكُمْ. كَانُوا عَلَىَ أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ. مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً…. يَا عِبَادِي إِنّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ. ثُمّ أُوَفّيكُمْ إِيّاهَا. فَمَنْ وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللّهَ. وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُومَنّ إِلاّ نَفْسَهُ

“Wahai hamba-Ku, sekiranya seluruh manusia dan jin dari awal hingga akhir bertaqwa seperti ketakwaan orang yang paling bertaqwa di antara kalian, maka semua itu tidak akan menambah kerajaan-Ku sedikit pun. Wahai hamba-Ku, sekiranya seluruh manusia dan jin dari awal hingga akhir durhaka seperti durhakanya orang yang paling durhaka di antara kalian, maka hal itu tidak akan mengurangi kerajaan-Ku sedikit pun…. Wahai hamba-Ku, semua itu hanyalah amal kalian yang Aku pelihara untuk kalian, kemudian Aku kembalikan kepada kalian. Barangsiapa yang menerima balasan yang baik, maka hendaklah ia memuji Allah, dan barangsiapa yang menerima selain itu, hendaklah ia tidak menyalahkan selain dirinya sendiri.”

Allahu Akbar.. Allahu Akbar… Allahu Akbar walillahil hamdu

Ma a’syiral muslimin Rahimakumullah

Jamaah shalat Idul fitri yang dirahmati Allah SWT

Selain itu bulan Ramadhan merupakan sarana pendidikan dan pembinaan yang luhur dan komprehensif; baik untuk  pembinaan ruhiyah (spiritual), jasadiyah  (jasmani), ijtima’iyah  (sosial),  khuluqiyah (akhlaq),  hadloriyah  (peradaban)  serta jihadiyah pada diri umat Islam.

Ibarat lembaga pendidikan, yang di dalamnya para pelajar digembleng, dididik dan dibina secara ketat, sehingga kelak setelah keluar dari lembaga tersebut menjadi pelajar mumpuni, berprestasi dan unggul serta berdaya guna. Ketika mereka dididik dengan materi yang baik, ditempa dengan pembinaan yang maksimal dan kurikulum yang jelas, maka kelak mereka menjadi sosok yang bukan saja memberikan maslahat untuk dirinya sendiri namun juga bermanfaat untuk keluarga, lingkungan, masyarakat dan negaranya.

Begitu pula dengan bulan Ramadhan yang di dalamnya terdapat kewajiban, sunnah tarawih, tilawatil Qur’an dan amaliyah lainnya, merupakan sarana penempaan dan pendidikan yang memiliki kurikulum langsung dari yang Maha Mulia, sehingga kelak ketika keluar dari madrasah Ramadhan menjadi sosok (pribadi) shalih dan muslih.

Seperti dalam kaidah Arab disebutkan

الصَّلاَحُ قَبْلَ الإِصْلاَحِ

Perbaiki diri sebelum perbaikan kepada yang lain

Atau menjadi pribadi

الصَّالِحُ وَالْمُصْلِح

baik secara individu dan sosial

Lahir sosok pribadi muslim yang mumpuni, yang memiliki syakhshiyah islamiyah mutakamilah mutawazinah (sosok pribadi Islami yang komprehensif dan seimbang) tidak hanya berjiwa bersih, berbadan sehat dan berakhlaq mulia, namun juga memberikan kebaikan kepada dirinya dan perbaikan kepada lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

Demikianlah cara Allah memperbaiki suatu negeri, bangsa atau kaum, bukan Zat-Nya yang langsung mengubah negeri, bangsa atau kaum, namun dengan cara memberikan sarana perbaikan jiwa-jiwa secara personal terlebih dahulu. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” (Ar-Ra’ad:11)

Bahwa untuk mencapai tingkat kualitas yang mulia (At-taqwa) tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, namun membutuhkan proses yang harus ditempuh oleh setiap mukmin, selain harus melandasi dengan keimanan, namun juga menempuh proses berat sehingga mampu memberikan output yang baik dan mulia. Begitulah ketika Allah menginginkan derajat taqwa yang akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya; landasannya iman, prosesnya ibadah puasa dan hasilnya taqwa.

Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (Al-Baqarah:183)

Allahu Akbar.. Allahu Akbar… Allahu Akbar walillahil hamdu

Ma a’syiral muslimin Rahimakumullah

Jamaah shalat Idul fitri yang dirahmati Allah SWT

Kesalehan Pribadi

Hingga saat ini, kita belum sadar pada dasarnya kita masih berjalan pincang dengan ketakwaan dan keshalihan kita. Di satu sisi kita memiliki keshalihan personal yang tinggi pada Allah SWT sementara di sisi lain hak-hak sosial dalam diri kita masih sering kita acuhkan. Atau sebaliknya, keshalihan sosial berada pada prioritas tertinggi dalam kewajiban kita, sementara penyembahan terhadap Yang Maha Agung tidak kita laksanakan.

Padahal agama, pada dasarnya, diwahyukan untuk memberikan petunjuk dan sebagai way of life bagi manusia. Petunjuk tersebut tidak berlaku hanya untuk diri sendiri dalam konteks kesalehan personal, akan tetapi sebaliknya berlaku secara makro pada tataran kesalehan sosial dan personal. Jika kita tilik secara bijak antara kesalehan personal dengan kesalehan sosial, keduanya berjalan linier dan saling menyatu membentuk kehidupan yang seimbang bagi hubungan manusia baik secara vertical maupun horizontal.

Contohnya adalah bahwa fakta sosial yang kerap terjadi di lingkungan kita. Di antara kita banyak sekali yang telah menunaikan ibadah haji lebih dari satu kali karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih, akan tetapi ironinya kita masih belum memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Padahal, ibadah haji dan ibadah mahdhah lainnya pada dasarnya menjunjung tinggi kesadaran dan empati sosial. Seperti muamalat (hubungan sosial), munakahat (hukum keluarga), jinayat (pidana), Qadha (peradilan), dan imamah atau siyasah (politik).

Prinsip-prinsip beragama pada dasarnya mengarahkan pandangan pada kesalehan sosial dalam arti yang luas. Contoh sederhana yang dapat kita perhatikan adalah, ajaran Islam sangat menganjurkan untuk melaksanakan shalat berjamaah dibandingkan dengan shalat sendirian, 1 berbanding 27. Mengapa hal itu bisa terjadi? Dengan shalat berjamaah akan terbangun hubungan sosial yang harmonis, terciptanya solidaritas yang kuat, empati satu sama lain dan aspek-aspek sosial lainnya.

Ibadah puasa, juga mengajarkan kepada kita untuk memiliki sikap tenggang rasa, peduli, dan solidaritas tinggi yang merupakan tatanan dari kehidupan social bukan keshalihan pribadi belaka.

Sebaliknya agama obyektif lebih bermakna akhlakul karimah, yakni kontekstualisasi sikap dan perilaku kita pada tataran sosial dengan menyandarkan perilaku tersebut pada ajaran agama, salah satu contohnya adalah kejujuran. Tidak ada satu pun agama di dunia ini yang mengajarkan pemeluknya untuk memiliki sikap tidak jujur. Ini merupakan bukti kontekstualisasi ajaran agama pada aspek perilaku manusia.

Agama subjektif dan obyektif sama halnya dengan konsep iman dan amal. Iman bersifat personal tetapi amal merupakan aplikasi iman dalam kehidupan sosial. Iman menjadi landasan perilaku baik dalam konteks hubungan vertikal (hablum minallah) maupun hubungan horizontal (hablum minannas wa hablum minal ’alam). Sementara yang dimaksud dengan agama simbolik adalah agama nisbi yang hadir karena tuntutan dari agama subjektif dan obyektif. Diibaratkan jika agama subjektif dan obyektif adalah ruh dan jiwa, maka agama simbolik adalah raganya

Kelihatannya terlalu idealis untuk menyeimbangkan antara kesalehan personal dan sosial. Akan tetapi kelihatannya tidak bijak jika kita tidak mencobanya dan menerapkannya dalam kehidupan manusia. Agama akan menjadi kering dengan hanya menitikberatkan pada pemahaman yang bersifat personal tanpa menghadirkan nilai-nilai sosial di dalamnya. Karena pada dasarnya agama memiliki peranan yang sangat vital dalam membina umat manusia. Agama tidak sekedar memiliki fungsi sebagai aturan kehidupan bagi manusia, sebaliknya agama memegang peranan yang bersifat universal.

Allahu Akbar.. Allahu Akbar… Allahu Akbar walillahil hamdu

Ma a’syiral muslimin Rahimakumullah

Jamaah shalat Idul fitri yang dirahmati Allah SWT

Ciri berkepribadian shalih adalah kejujuran

Ibadah puasa identik dengan pelatihan diri untuk bersikap jujur, karena puasa bukanlah ibadah raga namun ia merupakan ibadah hati, hanya mukmin yang  puasa dan Allah sajalah yang tahu bahwa dirinya sedang puasa.

Kejujuran adalah tanda bukti keimanan. Orang mukmin pasti jujur. Kalau tidak jujur, keimanannya sedang terserang penyakit kemunafikan. Pernah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah mungkin seorang mukmin itu kikir?” Rasul SAW  menjawab: “Mungkin saja.” Sahabat bertanya lagi: “Apakah mungkin seorang mukmin bersifat pengecut?” Rasul menjawab: “Mungkin saja.” Sahabat bertanya lagi, “Apakah mungkin seorang mukmin berdusta?” Rasulullah menjawab: “Tidak.” (Imam Malik dalam kitab al Muwaththo’)

Dalam hadits lainnya Rasulullah saw bersabda: “Kamu sekalian wajib jujur karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa kepada surga.” (Ahmad, Muslim, at-Turmuzi, Ibnu Hibban)

Kejujuranlah yang menjadikan Ka’b bin Malik mendapat ampunan langsung dari langit sebagaimana Allah jelaskan dalam surah at-Taubah dan akhirnya kita pun diperintah oleh Allah untuk mengikuti jejak mereka.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (At-Taubah:119)

Kejujuranlah yang menyelamatkan bahtera kebahagiaan keluarga, masyarakat dan negara dan kejujuran pulalah yang menyelamatkan seorang Muslim dari siksa api neraka di kemudian hari.

Kejujuran adalah tiang agama, sendi akhlaq, dan pokok kemanusiaan manusia. Tanpa kejujuran, agama tidak lengkap, akhlaq tidak sempurna, dan seorang manusia tidak sempurna menjadi manusia. Di sinilah urgensinya kejujuran bagi kehidupan.

Rasulullah pernah bersabda, “Tetap berpegang eratlah pada kejujuran. Walau kamu seakan melihat kehancuran dalam berpegang teguh pada kejujuran, tapi yakinlah bahwa di dalam kejujuran itu terdapat keselamatan.” (Abu Dunya)

Ada tiga tingkatan kejujuran:

  1. Kejujuran dalam ucapan, yaitu kesesuaian ucapan dengan realitas. (lihat ash-Shaff : 2 dan al-Ahzab: 70).
  2. Kejujuran dalam perbuatan, yaitu kesesuaian antara ucapan dan perbuatan.
  3. Kejujuran dalam niat, yaitu kejujuran tingkat tinggi di mana ucapan dan perbuatan semuanya hanya untuk Allah SWT.

Seorang mukmin tidak cukup hanya jujur dalam ucapan dan perbuatan, tapi harus jujur dalam niat sehingga semua ucapannya, perbuatannya, kebijakannya, dan keputusannya harus didasarkan atas tujuan mencari mardlotillah.

Kejujuran inilah yang mendorong Umar bin Khattab memiliki tanggung jawab luar biasa dalam memerintah khilafah Islamiyah sehingga pernah berkata: “Seandainya ada seekor keledai terperosok di Baghdad (padahal beliau berada di Madinah), pasti Umar akan ditanya kelak: “Mengapa tidak kau ratakan jalan untuknya?”

Bangsa yang tak henti-hentinya diterpa musibah dan krisis sangat membutuhkan manusia-manusia jujur, baik dalam ucapan, perbuatan, maupun niat.

Sungguh bangsa Indonesia, umat Islam secara khusus sangat membutuhkan pribadi-pribadi yang jujur, baik sebagai rakyat maupun pemimpin, seorang pegawai maupun direktur, pedagang maupun pembeli, suami dan istri, ayah dan anak, keluarga, lingkungan dan dalam berbagai lini kehidupan lainnya.

Bahwa dengan kejujuranlah, hidup suatu bangsa akan menjadi tenteram, nyaman dan sejahtera, bahkan akan kokoh dan tegak berdiri sehingga jauh dari tipu daya dan curang, karena itulah Rasulullah saw mengingatkan: “Kamu sekalian wajib jujur karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa kepada surga.”

Seorang pemimpin suatu negeri tentunya sangat dibutuhkan sikap kejujuran diri, sehingga dengan demikian dapat memberikan keadilan, kenyamanan dan ketenteraman hidup rakyatnya. Dan kejujuran bukanlah sekedar ucapan pemanis lidah, hanya sebuah keluhan belaka, dengan mengatakan di hadapan orang banyak “jujur saya katakan”, namun ia merupakan praktek nyata yang betul-betul kelihatan sehingga dapat dirasakan oleh orang lainnya.

Pejabat yang jujur, adalah dambaan umat, sehingga dengannya dapat memberikan kemaslahatan besar untuk rakyatnya, sekalipun dirundung masalah jujurlah, berikan keterangan sebenarnya, jangan disembunyikan.

Hakim yang jujur, adalah harapan semua pihak, sehingga dengan dapat mengeluarkan hokum yang adil, tidak memihak kepada  yang kuat atau punya uang. Bahkan nabi saw dengan keras bahwa hakim ada tiga; dua di neraka dan satu di surga.

Kita pun sebagai rakyat harus jujur, terutama dalam memilih seorang pemimpin masih banyak yang mudah dibuai oleh rayuan kata-kata dan harta yang sedikit, memilih pemimpin yang tidak kepribadiannya.

Akhirnya marilah kita mengaca diri, bahwa kita semua memerlukan pembenahan secara personal dan social, dan marilah kita jadikan bulan Ramadhan  yang telah kita lalui sebagai titik awal perbaikan diri menuju keshalihan diri dan social, membangun kehidupan yang baik menuju keshalihan social sehingga berbuah pada “baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur” (negeri  yang makmur, dan dinaungi ampunan Allah SWT)

Allahu Akbar.. Allahu Akbar… Allahu Akbar walillahil hamdu

Ma a’syiral muslimin Rahimakumullah

Jamaah shalat Idul fitri yang dirahmati Allah SWT

Marilah bersama-sama kita tengadahkan kedua tangan kita setinggi-tingginya, hadir jiwa dan raga kita kepada Allah, heningkan ruh dan pikiran kepada Maha Mulia, memohon kepada Allah dengan penuh keikhlasan. Semoga kita semua yang hadir di sini dan umat Islam lainnya, senantiasa dinaungi rahmat dan maghfirah Allah.

Ya Allah, hari ini kami hadir di sini memenuhi panggilan-Mu menunaikan shalat sunnah, setelah selama sebulan penuh kami menunaikan kewajiban dan amaliyah di bulan Ramadhan

Ya Allah, masih banyak kewajiban dan ibadah yang belum kami tunaikan, oleh karena itu, kami memohon ampunan-Mu dan rahmat-Mu.

Ya Allah, jadikanlah ibadah puasa kami sebagai sarana penghapus dosa dan kesalahan kami, jadikanlah ia sebagai sarana perbaikan diri kami, keluarga dan umat kami

Berikanlah kekuatan kepada kami untuk senantiasa berbuat baik, bersikap jujur dalam berbagai kehidupan kami.

Anugerahkanlah kepada kami, jiwa-jiwa yang jujur; pemimpin  yang jujur, pejabat yang jujur, suami yang jujur, istri  yang jujur, anak yang jujur, guru yang jujur, siswa yang jujur, pedagang yang jujur dan pembeli jujur.

Ya Allah, terimalah ibadah kami, shalat kami, ruku’ dan sujud kami, puasa kami dan doa-doa kami.

 

KHUTBAH JUMAT Maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Timbangan Syariat

bannersofwa

Maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Timbangan Syariat
http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatkhutbah&id=293
Kamis, 17 Januari 13

Khutbah Pertama
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Amma ba’du :
Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Dan bersyukurlah kepadaNya atas karunia yang Dia berikan kepada anda. Yaitu ketika Dia mengutus seorang Rasul dari lingkungan anda sendiri yang bertugas membacakan Al-Kitab dan Al-Hikmah kepada anda. Maka wujudkanlah karunia ini dengan cara mengikuti Sunnah Rasul, memegang teguh petunjuk dan syari’atnya, dan menjauhi bid’ah yang diciptakan oleh para penganut hawa nafsu.

Ikhwatal Islam ! Dimana saja anda berada. Perintah mentaati Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan memegang teguh Sunnahnya banyak terdapat di dalam ayat Al-Qur’an dan banyak hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Semuanya adalah nash-nash yang secara sharih (eksplisit) menunjukkan kewajiban mentaati Nabi, mengikuti Sunnahnya, tunduk kepadanya tanpa membantah, dan tidak melanggar perintah dan larangannya.

AL QUR`AN NUL KARIM

AL QUR`AN NUL KARIM

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وَمَآءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَانَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia.Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. (QS.Al-Hasyr :7)

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
Katakanlah:”Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. (QS. Ali-Imron :31)

Dan Allah memperingatkan orang yang melanggar perintah NabiNya dengan firmannya:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (QS.An-Nur :63)

Dan banyak sekali Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menunjukkan kewajiban mentaati Rasulullah dan mengikuti Sunnahnya dan peringatan agar menjauhi bid’ah.
Imam ahmad, Abu Daud, At-Tirmizi dan dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari Al-Irbadl bin Sariyah Radiyallahu ‘Anhu bersabda :
‘‘ Sesungguhnya siapa di antara kamu yang hidup maka akan melihat banyak perselisihan. Maka kamu harus berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah khulafa’ Ar-Rasyidin sesudahku yang mendapat petunjuk.Gigitlah Sunnah itu dengan gigi geraham. Dan waspadalah terhadap hal-hal yang diperbaharui. Karena setiap hal yang diperbaharui adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah kesesatan.’’.

Nash-nash tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa setiap muslim diperintahkan untuk ittiba’ (mengikuti Sunnah) dan dilarang ibtida’ (menciptakan bid’ah) atau mengadakan hal-hal baru yang bertentangan dengan agama. Aisyah Radiyallahu ‘Anha meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda :
‘‘Barangsiapa yang mengadakan di dalam urusan (agama) kami ini sesuatu hal baru yang bukan bagian darinya, maka hal ini ditolak.’’ ( HR. Muttafaq Alaih. Shahih Al-Bukhari, 2697 dan Shahih Muslim, 1718 )
Dalam hal ini, terdapat banyak ucapan dan perbuatan generasi Salaf yang bisa menjelaskan keteladanan umum pada generasi-generasi terbaik, dan memberikan contoh terbaik bagi umat Islam kapan saja dan dimana saja.

Maka seyogyanya setiap muslim dapat mengambil inspirasi darinya untuk menemukan jalan keselamatan.
Abdullah bin Mas’ud Radiyallahu ‘Anhu berkata: ‘’Ikutilah Sunnah dan jangan membuat bid’ah. Maka kamu akan dicukupi.

Ibnu Abbas Radiyallahu ‘Anhu berkata : ‘‘ Setiap tahun pasti manusia menciptakan suatu bid’ah dan mematikan suatu Sunnah. Sehingga bid’ah-bid’ah akan hidup dan Sunnah-Sunnah akan mati’’.
Ibnu Umar berkata : ‘‘Setiap bid’ah adalah sesat, meski semua orang melihatnya baik’’.
Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah berkata : ‘‘Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para pemimpin sesudahnya telah menetapkan Sunnah-Sunnah. Barangsiapa mengikutinya, ia akan mendapat petunjuk.

Barangsiapa menggunakannya untuk meminta pertolongan, ia akan mendapat pertolongan. Dan barangsiapa yang menyalahinya dan mengikuti jalan yang tidak dilalui oleh orang-orang yang beriman, Allah akan membiarkannya tersesat dan memasukkannya ke dalam Neraka Jahannam, tempat kembali yang paling buruk’’.
Imam Malik Rahimahullah berkata : ‘‘Generasi akhir umat ini tidak akan bisa menjadi baik kecuali dengan menggunakan sesuatu yang membuat baik generasi awalnya’’.

Ulama Salaf lainnya berkata : ‘‘ Semua jalan tertutup bagi makhluk, kecuali bagi orang yang mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam’’.
Saudara-saudara seiman dan seakidah ! Kini, agama semakin terasing, pendukung dan pembelanya semakin sedikit, musuh dan lawannya semakin banyak, iman pemeluknya semakin lemah dan lebih asyik dengan hal lain, para penganjur keburukan, bid’ah dan khurafat semakin banyak. Setelah itu keadaan pun berubah, yang makruf menjadi mungkar dan yang mungkar menjadi makruf, yang Sunnah dianggap bid’ah dan bid’ah dianggap Sunnah. Beragam bid’ah pun menyebar di tengah mansyarakat dan merasuk ke dalam akal mereka sebagaimana darah yang mengalir di sekujur badan. Laa haula wala quata illa billah.

KaligrafiIslam_AllahbmpUmmatal Islam ! Salah satu bid’ah yang kini banyak beredar dan laku keras, bahkan telah tertanam kuat banyak sekali di dunia Islam dan telah melembaga di dalam hati banyak orang, sehingga seakan menjadi bagian dari perkara ma’ruf yang tidak lagi diperdebatkan, adalah perayaan dan pertemuan yang diadakan pada bulan Rabi’ul Awal. Padahal perayaan itu tidak pernah diperintahkan oleh Allah. Para pelakunya menyebutnya, ‘‘Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam’’. Bahkan ada sebagian orang yang mengkhususkan bulan ini untuk pergi ke Makkah dan Madinah dalam rangka mendekatkan diri dengan tempat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Ini adalah amal perbuatan yang tidak berdasar. Dan mengkhususkan bulan itu untuk acara tersebut juga tidak memiliki dalil yang kuat.

تِلْكَ أَمَانِّيُّهُمْ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah:”Tunjukkan kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar”. (QS.Al-Baqarah :111)
Maka mengkhususkan malam-malam bulan Rabi’ul Awal atau sebagian malam untuk mengadakan acara-acara perayaan semacam itu tidak boleh menurut Syara’. Hal itu didasarkan pada hal-hal sebagai berikut :

1. Acara itu adalah bid’ah yang di ciptakan di dalam agama. Karena tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Khulafa’ Ar-Rasyidin, para Sahabat maupun para Tabi’in. Sementara mereka adalah orang-orang yang lebih tahu tentang Sunnah Rasul, lebih mencintai Rasulullah, dan lebih istiqamah dalam mengikuti syari’atnya di banding generasi sesudahnya. Sehingga kita perlu mengikuti apa yang mereka lakukan. Andai acara-acara semacam itu baik, niscaya mereka lebih dulu melakukannya sebelum kita.

2. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist-Hadist Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang mewajibkan kita mentaati Rasulullah, memegang teguh Sunnahnya, dan melarang kita menciptakan bid’ah di dalam agama.

3. Allah Subahanahu Wata’ala telah menyempurnakan agama ini untuk kita dan Rasululah pun telah menyampaikannya secara nyata. Dus, menciptakan acara peringatan maulid semacam itu, secara tersirat menunjukkan bahwa Allah belum menyempurnakan agama ini. Dan juga menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam belum menyampaikan apa yang diturunkan Allah kepadanya. Sampai orang-orang belakangan setelah era generasi utama berlalu datang dan menciptakan hal baru di dalam agama Allah yang tidak pernah dia Izinkan. Mereka mengira bahwa hal baru itu dapat mendekatkan mereka kepada Allah. Tindakan ini cukup layak dianggap sebagai pembangkangan terhadap Allah. Pelecehan terhadap Syari’atNya, dan kecurigaan terhadap Rasulullah dalam menyampaikannya.

4. Mengadakan acara-acara semacam ini adalah penyimpangan dari jalur kebenaran dan menyerupakan diri dengan orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab dalam merayakan hari raya mereka. Padahal kita telah dilarang menyerupakan diri kita dengan mereka.

5. Masalah ibadah adalah tauqifiyah (dogmatis). Tidak ada seorang pun yang berhak menciptakan syari’at baru dalam konteks ini. Ibadah yang dibenarkan menurut syari’at ialah ibadah yang telah diperintahkan oleh Allah dan RasulNya. Allah berfirman :

أَمْ لَهُمْ شُرَكَآؤُاْ شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَالَمْ يَأْذَن بِهِ اللهُ
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan oleh Allah. (QS. Asy-Syura :21)

6. Kaidah-kaidah syari’at dan tujuan-tujuan agama menolak acara-acara semacam itu. Karena salah satu kaidah yang ditetapkan di dalam syari’at menyatakan bahwa sesuatu yang diperselisihkan orang harus dikembalikan kepada Al-Kitab dan As-Sunnah. Dalam hal ini, kita telah mengembalikannya kesana. Ternyata kita menemukan larangan terhadap acara-acara semacam itu. Begitu juga kaidah sadduz dzari’ah ( menutup akses menuju perbuatan dosa) dan kaidah izalatul dlarar (menghilangkan mudharat). Dan mudharat terbesar adalah mudharat di dalam agama. Di samping kemungkinan-kemungkinan yang terdapat di dalamnya. Yang paling besar adalah menyekutukan Allah, memanjatkan do’a kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Meminta dipenuhinya kebutuhan dan dilenyapkannya kesulitan, dan membaca kasidah-kasidah (syair-syair) yang bermuatan syirik untuk memuji-memuji Nabi secara berlebihan. Selain itu juga terjadi pembauran antara lawan jenis, membelanjakan harta secara berlebihan dan sia-sia. Menyuarakan kata-kata yang tidak berguna dengan suara yang keras. Padahal bulan kelahiran Rasulullah adalah bulan kematian beliau juga. Jadi, bersuka cita pada bulan itu tidak lebih pantas dari pada berduka cita.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata : ‘Menetapkan waktu tertentu untuk ibadah di luar waktu-waktu yang telah ditetapkan oleh syara’, seperti menetapkan sebagian malam bulan Raabi’ul Awal yang dikenal dengan ‘’Malam Maulid’’ untuk beribadah termasuk bid’ah, yang tidak pernah dianjurkan dan dilakukan oleh generasi Salaf yang Shalih.

Beliau juga mengatakan : Hal itu tidak pernah dilakuakan oleh generasi Salaf, kendati ada alasan untuk itu dan tidak ada halangan untuk melakukannya. Andaikata perbuatan ini adalah kebajiakan yang murni atau unggul, niscaya generasi salaf itu lebih berhak melakukannya di banding kita. Karena mereka lebih mencintai dan lebih menghormati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di banding kita. Dan mereka memiliki komitmen yang lebih kuat terhadap kebajikan.

Dan beliau berkata: adapun membuat acara maulid yang diisi dengan nyanyian, tarian dan lain-lain, tidak seorangpun ulama dan ahli iman yang ragu untuk menyebutnya sebagai kemungkaran yang dilarang. Dan tidak ada yang menganjurkan hal itu selain orang yang bodoh dan orang zindiq.
Ayyuhal muslimun ! Terakhir, anda harus tahu bahwa orang-orang yang melakukan praktik-praktik bid’ah semacam itu, dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan.

Pertama : Orang-orang bodoh yang suka bertaklid (meniru) lisanul hal mereka mengatakan: ‘‘ kami melihat
orang-orang melakukan sesuatu maka kami pun melakukannya’’. Dan ini cukup membuatnya tersesat. Dalam konteks inilah Allah berfirman,

إِنَّا وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى ءَاثَارِهِم مُّقْتَدُونَ
“Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka”. (QS. Az-Zuhruf :23)

Kedua: Orang yang mencari keuntungan ekonomi dan sesuap nasi. Mereka ingin memuaskan syahwat mereka di balik acara-acara tersebut dengan makan-makan, minum-minum, bersenda gurau, bermain-main dan berkumpul secara batil.

Ketiga: Penganjur keburukan dan kesesatan yang ingin merusak Islam, mamalingkan orang dari Sunnah dan menyibukkannya dengan bid’ah dan khurafat.
Jadi, bertakwalah kepada Allah, wahai sekalian Umat Islam. Sampai kapankah anda terombang-ambing oleh kebatilan dan kesesatan semacam itu ? Sampai kapankah anda akan terus menciptakan hal baru dan mengadakan perubahan di dalam agama Allah ? Mana rasa cemburu anda terhadap akidah tauhid ? Mana semangat anda untuk berpegang teguh pada Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alihi Wasallam ? Inna lillahi wainna ilaihi raji’un.
‘‘ Sesungguhnya Islam bermula sebagai sesuatu yang asing dan akan kembali menjadi sesuatu yang asing sebagaimana mulanya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing’’. (HR. Muslim, 145 dan Abu Ya’la, 619)
Hanya kepada Allah kita meminta pertolongan. Dan hanya kepadaNya kita berserah diri. Laa haula quata illa billahil aliyil adzim.

بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Kaligrafi_UnikKhutbah Kedua
Amma ba’du :
Ayyuhal muslimun ! Bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kebenaran itu diketahui berdasarkan dalil-dalil syar’i, bukan berdasarkan apa yang dilakukan manusia. Jadi, jangan tertipu oleh banyaknya orang yang menciptakan bid’ah dan mengadakan acara-acara tersebut. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي اْلأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللهِ
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah . (QS. 6:116)

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
Katakanlah:”Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. (QS. 3:31)

Wahai umat Islam, di mana pun anda berada ! Dengan dalil-dalil yang begitu nyata dan bantahan-bantahan yang begitu jelas, kita dapat melihat dengan jelas betapa rapuh dan lemahnya bid’ah perayaan maulid itu. Siapa pun yang punya sedikit mata hati, netralitas dan kemauan mengikuti kebenaran pasti akan menyadari bahwa acara perayaan maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah kesalahan di dalam agama dan termasuk bid’ah. Dan dari tempat yang penuh barakah ini, kami menyerukan segenap umat Islam dalam rangka menggugurkan kewajiban dan menyampaikan amanat kepada umat agar mereka semua bertakwa kepada Allah dan meninggalkan perbuatan-perbuatan semacam itu. Kami menyerukan kepada mereka dengan seruan belas kasih dan kekhawatiran akan adzab yang akan menimpa ketika mereka berdiri di hadapanNya dengan membawa dosa yang bertumpuk-tumpuk.

Sungguh, dari tempat yang menjadi titik tolak penyebaran kalimat yang benar dan menggema di seluruh penjuru dunia ini, kami menyerukan dengan seruan akal dan kasih sayang agar meninggalkan sikap panatik, untuk mencari kebenaran dan mengikuti apa yang ditunjukkan oleh dalil dari Kitab Allah dan Sunnah RasulNya. Kami menyerukan agar bid’ah-bid’ah semacam itu ditinggalkan, karena akan hanya membuat para pelakunya semakin jauh dari Allah dan menjadi penghalang dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Sunnahnya. Kami juga menyerukan agar mereka memegang teguh Sunnah Nabi. Karena sudah sekian lama agama Islam yang cemerlang ini dirusak citranya oleh perayaan-perayaan yang batil itu. Juga bid’ah-bid’ah sejenis yang telah menyelewengkan kesempurnaan Islam, menodai keindahannya, dan merusak esensinya. Sesungguhnya, ini adalah seruan yang jauh dari fanatisme dan hawa nafsu, tetapi ajakan menuju kebenaran.
Allah berfirman:

تِلْكَ أَمَانِّيُّهُمْ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
” Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah:”Tunjukkan kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar”. (QS. Al-Baqarah :111)

فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِى الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka).Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-Qashas :50)

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab :56)

اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

(Dikutip dari buku : Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi pertama, ElBA Al-Fitrah, Surabaya)

araPosting oleh a rozak abuhasan

https://arozakabuhasan.wordpress.com/

HUKUM SHOLAT JUM’AT PADA HARI RAYA (IDUL FITRI /ADHA)

HUKUM SHOLAT JUM’AT PADA HARI RAYA (IDUL FITRI /ADHA)
Sumber : http://www.khilafah1924.org/index.php?option=com_content&task=view&id=685&Itemid=47

Oleh: KH. M. Shiddiq Al-Jawi

1. Pendahuluan

Seperti kita ketahui, terkadang hari raya Idul Fitri atau Idul Adha jatuh pada hari Jumat. Misalnya saja yang terjadi pada tahun ini (2009), Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah 1430 H akan jatuh pada hari Jumat 27 Nopember 2009. Di sinilah mungkin di antara kita ada yang bertanya, apakah sholat Jumat masih diwajibkan pada hari raya? Apakah kalau seseorang sudah sholat Ied berarti boleh tidak sholat Jumat? Tulisan ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu dengan melakukan penelusuran pendapat ulama, dalil-dalilnya, dan pentarjihan (mengambil yang terkuat) dari dalil-dalil tersebut.

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum shalat Jumat yang jatuh bertepatan dengan hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Dalam kitab Rahmatul Ummah fi Ikhtilaf Al A`immah karya Imam Ad Dimasyqi, disebutkan bahwa :

“Apabila hari raya bertepatan dengan hari Jumat, maka menurut pendapat Imam Asy Syafi’i yang shahih, bahwa shalat Jumat tidak gugur dari penduduk kampung yang mengerjakan shalat Jumat. Adapun bagi orang yang datang dari kampung lain, gugur Jumatnya. Demikian menurut pendapat Imam Asy Syafi’i yang shahih. Maka jika mereka telah shalat hari raya, boleh bagi mereka terus pulang, tanpa mengikuti shalat Jumat. Menurut pendapat Imam Abu Hanifah, bagi penduduk kampung wajib shalat Jumat. Menurut Imam Ahmad, tidak wajib shalat Jumat baik bagi orang yang datang maupun orang yang ditempati shalat Jumat. Kewajiban shalat Jumat gugur sebab mengerjakan shalat hari raya. Tetapi mereka wajib shalat zhuhur. Menurut ‘Atha`, zhuhur dan Jumat gugur bersama-sama pada hari itu. Maka tidak ada shalat sesudah shalat hari raya selain shalat Ashar.”

Ad Dimasyqi tidak menampilkan pendapat Imam Malik. Ibnu Rusyd dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid menyatakan pendapat Imam Malik sama dengan pendapat Imam Abu Hanifah. Disebutkannya bahwa,”Imam Malik dan Abu Hanifah berpendapat,”Jika berkumpul hari raya dan Jumat, maka mukallaf dituntut untuk melaksanakannya semuanya….”

Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahwa dalam masalah ini terdapat 4 (empat) pendapat :

Pertama, shalat Jumat tidak gugur dari penduduk kota (ahlul amshaar / ahlul madinah) yang di tempat mereka diselenggarakan shalat Jumat. Sedang bagi orang yang datang dari kampung atau padang gurun (ahlul badaawi / ahlul ‘aaliyah), yang di tempatnya itu tidak dilaksanakan shalat Jumat, gugur kewajiban shalat Jumatnya. Jadi jika mereka –yakni orang yang datang dari kampung — telah shalat hari raya, boleh mereka terus pulang, tanpa mengikuti shalat Jumat. Inilah pendapat Imam Syafi’i. Ini pula pendapat Utsman dan Umar bin Abdul Aziz.

Kedua, shalat Jumat wajib tetap ditunaikan, baik oleh penduduk kota yang ditempati shalat Jumat maupun oleh penduduk yang datang dari kampung. Ini pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Malik. Jadi, shalat Jumat tetap wajib dan tidak gugur dengan ditunaikannya shalat hari raya.

Ketiga, tidak wajib shalat Jumat baik bagi orang yang datang maupun bagi orang yang ditempati shalat Jumat. Tetapi mereka wajib shalat zhuhur. Demikian pendapat Imam Ahmad.

Keempat, zhuhur dan Jumat gugur sama-sama gugur kewajibannya pada hari itu. Jadi setelah shalat hari raya, tak ada lagi shalat sesudahnya selain shalat Ashar. Demikian pendapat ‘Atha` bin Abi Rabbah. Dikatakan, ini juga pendapat Ibnu Zubayr dan ‘Ali.

2. Pendapat Yang Rajih
Kami mendapatkan kesimpulan, bahwa pendapat yang rajih (kuat) adalah pendapat Imam Ahmad bin Hanbal, rahimahullah. Rincian hukumnya adalah sebagai berikut:
Hukum Pertama, jika seseorang telah menunaikan shalat hari raya -yang jatuh bertepatan dengan hari Jumat- gugurlah kewajiban atasnya untuk menunaikan shalat Jumat. Dia boleh melaksanakan shalat Jumat dan boleh juga tidak.

Hukum Kedua, bagi mereka yang telah menunaikan shalat hari raya tersebut, lebih utama dan disunnahkan tetap melaksanakan shalat Jumat.

Hukum Ketiga, jika orang yang telah menunaikan shalat hari raya tersebut memilih untuk tidak menunaikan shalat Jumat, wajib melaksanakan shalat zhuhur, tidak boleh meninggalkan zhuhur.

Hukum Keempat, mereka yang pada pagi harinya tidak melaksanakan shalat hari raya, wajib atasnya untuk menunaikan shalat Jumat, tidak dibenarkan baginya untuk meninggalkan shalat Jumat.
Keterangan mengenai masing-masing hukum tersebut akan diuraikan pada poin berikutnya, Insya Allah.

2.1. Keterangan Hukum Pertama
Mengenai gugurnya kewajiban shalat Jumat bagi mereka yang sudah melaksanakan shalat hari raya, dalilnya adalah hadits-hadits Nabi SAW yang shahih, antara lain yang diriwayatkan dari Zayd bin Arqam RA bahwa dia berkata : “Nabi SAW melaksanakan shalat Ied (pada suatu hari Jumat) kemudian beliau memberikan rukhshah (kemudahan/keringanan) dalam shalat Jumat. Kemudian Nabi berkata,’Barangsiapa yang berkehendak (shalat Jumat), hendaklah dia shalat.” [Shallan nabiyyu shallallaahu ‘alayhi wa sallama al ‘iida tsumma rakhkhasha fil jumu’ati tsumma qaala man syaa-a an yushalliya falyushalli] (HR. Al Khamsah, kecuali At Tirmidzi. Hadits ini menurut Ibnu Khuzaimah, shahih).

Diriwayatkan dari Abu Hurayrah RA bahwa Nabi SAW bersabda : “Sungguh telah berkumpul pada hari kalian ini dua hari raya. Maka barangsiapa berkehendak (shalat hari raya), cukuplah baginya shalat hari raya itu, tak perlu shalat Jumat lagi. Dan sesungguhnya kami akan mengerjakan Jumat.” [Qad ijtama’a fii yawmikum haadza ‘iidaani, fa man syaa-a ajza-a-hu minal jumu’ati, wa innaa mujammi’uun] (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al Hakim juga meriwayatkan hadits ini dari sanad Abu Shalih, dan dalam isnadnya terdapat Baqiyah bin Walid, yang diperselisihkan ulama. Imam Ad Daruquthni menilai, hadits ini shahih. Ulama hadits lain menilainya hadits mursal).

Hadits-hadits ini merupakan dalil bahwa shalat Jumat setelah shalat hari raya, menjadi rukhshah. Yakni, maksudnya shalat Jumat boleh dikerjakan dan boleh tidak. Pada hadits Zayd bin Arqam di atas (hadits pertama) Nabi SAW bersabda “tsumma rakhkhasha fi al jumu’ati” (kemudian Nabi memberikan rukhshash dalam [shalat] Jumat). Ini menunjukkan bahwa setelah shalat hari raya ditunaikan, shalat hari raya menjadi rukhshah (kemudahan/keringanan).

Menurut Syaikh Taqiyuddin An Nabhani, rukhshah adalah hukum yang disyariatkan untuk meringankan hukum azimah (hukum asal) karena adanya suatu udzur (halangan), disertai tetapnya hukum azimah namun hamba tidak diharuskan mengerjakan rukshshah itu.

Jadi shalat Jumat pada saat hari raya, menjadi rukhshah, karena terdapat udzur berupa pelaksanaan shalat hari raya. Namun karena rukhshah itu tidak menghilangkan azimah sama sekali, maka shalat Jumat masih tetap disyariatkan, sehingga boleh dikerjakan dan boleh pula tidak dikerjakan. Hal ini diperkuat dan diperjelas dengan sabda Nabi dalam kelanjutan hadits Zayd bin Arqam di atas “man syaa-a an yushalliya falyushalli” (barangsiapa yang berkehendak [shalat Jumat], hendaklah dia shalat). Ini adalah manthuq (ungkapan tersurat) hadits. Mafhum mukhalafah (ungkapan tersirat) dari hadits itu -dalam hal ini berupa mafhum syarat, karena ada lafazh “man” sebagai syarat- adalah “barangsiapa yang tidak berkehendak shalat Jumat, maka tidak perlu shalat Jumat.”

Kesimpulannya, orang yang telah menjalankan shalat hari raya, gugurlah kewajiban atasnya untuk menunaikan shalat Jumat. Dia boleh menunaikan shalat Jumat dan boleh juga tidak.

Mungkin ada pertanyaan, apakah gugurnya shalat Jumat ini hanya untuk penduduk kampung/desa (ahlul badaawi / ahlul ‘aaliyah) –yang di tempat mereka tidak diselenggarakan shalat Jumat– sedang bagi penduduk kota (ahlul amshaar / ahlul madinah) —-yang di tempat mereka diselenggarakan shalat Jumat– tetap wajib shalat Jumat ?

Yang lebih tepat menurut kami, gugurnya kewajiban shalat Jumat ini berlaku secara umum, baik untuk penduduk kampung/desa maupun penduduk kota. Yang demikian itu karena nash-nash hadits di atas bersifat umum, yaitu dengan adanya lafahz “man” (barangsiapa/siapa saja) yang mengandung arti umum, baik ia penduduk kampung maupun penduduk kota. Dan lafazh umum tetap dalam keumumannya selama tidak terdapat dalil yang mengkhususkannya. Dalam hal ini tidak ada dalil yang mengkhususkan (takhsis) keumumannya, maka tetaplah lafazh “man” dalam hadits-hadits di atas berlaku secara umum.

2.2. Keterangan Hukum Kedua
Bagi mereka yang sudah shalat hari raya, mana yang lebih utama (afdhal), menunaikan shalat Jumat ataukah meninggalkannya ? Pada dasarnya, antara azimah (hukum asal) dan rukhshah kedudukannya setara, tak ada yang lebih utama daripada yang lain, kecuali terdapat nash yang menjelaskan keutamaan salah satunya, baik keutamaan azimah maupun rukhshah.

Namun dalam hal ini terdapat nash yang menunjukkan keutamaan shalat Jumat daripada meninggalkannya. Pada hadits Abu Hurayrah RA (hadits kedua) terdapat sabda Nabi “innaa mujammi’uun” (Dan sesungguhnya kami akan mengerjakan Jumat). Ini menunjukkan bahwa meskipun Nabi SAW menjadikan shalat Jumat sebagai rukhshah, yakni boleh dikerjakan dan boleh tidak, akan tetapi Nabi Muhammad SAW faktanya tetap mengerjakan shalat Jumat. Hanya saja perbuatan Nabi SAW ini tidak wajib, sebab Nabi SAW sendiri telah membolehkan untuk tidak shalat Jumat. Jadi, perbuatan Nabi SAW itu sifatnya sunnah, tidak wajib.

2.3. Keterangan Hukum Ketiga
Jika orang yang sudah shalat hari raya memilih untuk meninggalkan shalat Jumat, wajibkah ia shalat zhuhur ? Jawabannya, dia wajib shalat zhuhur, tidak boleh meninggalkannya.

Wajibnya shalat zhuhur itu, dikarenakan nash-nash hadits yang telah disebut di atas, hanya menggugurkan kewajiban shalat Jumat, tidak mencakup pengguguran kewajiban zhuhur. Padahal, kewajiban shalat zhuhur adalah kewajiban asal (al fadhu al ashli), sedang shalat Jumat adalah hukum pengganti (badal), bagi shalat zhuhur itu. Maka jika hukum pengganti (badal) -yaitu shalat Jumat- tidak dilaksanakan, kembalilah tuntutan syara’ kepada hukum asalnya, yaitu shalat zhuhur. Yang demikian itu adalah mengamalkan Istish-hab, yaitu kaidah hukum untuk menetapkan berlakunya hukum asal, selama tidak terdapat dalil yang mengecualikan atau mengubah berlakunya hukum asal.

Dengan demikian, jika seseorang sudah shalat hari raya lalu memilih untuk meninggalkan shalat Jumat, maka ia wajib melaksanakan shalat zhuhur.

2.4. Keterangan Hukum Keempat

Mereka yang pada pagi harinya tidak melaksanakan shalat hari raya, wajib atasnya untuk tetap menunaikan shalat Jumat. Tidak dibenarkan baginya untuk meninggalkan shalat Jumat. Dengan kata lain, rukhshah untuk meninggalkan shalat Jumat ini khusus untuk mereka yang sudah melaksanakan shalat hari raya. Mereka yang tidak melaksanakan shalat hari raya, tidak mendapat rukhshah, sehingga konsekuensinya tetap wajib hukumnya shalat Jumat.

Dalilnya adalah hadits Abu Hurayrah (hadits kedua) dimana Nabi SAW bersabda “fa man syaa-a, ajza-a-hu ‘anil jumu’ati” (Maka barangsiapa yang berkehendak [shalat hari raya], cukuplah baginya shalat hari raya itu, tak perlu shalat Jumat lagi). Ini adalah manthuq hadits. Mafhum mukhalafahnya, yakni orang yang tak melaksanakan shalat hari raya, ia tetap dituntut menjalankan shalat Jumat.

Imam Ash Shan’ani dalam Subulus Salam ketika memberi syarah (penjelasan) terhadap hadits di atas berkata : “Hadits tersebut adalah dalil bahwa shalat Jumat -setelah ditunaikannya shalat hari raya– menjadi rukhshah. Boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Tetapi (rukhshah) itu khusus bagi orang yang menunaikan shalat Ied, tidak mencakup orang yang tidak menjalankan shalat Ied.”

Jadi, orang yang tidak melaksanakan shalat hari raya, tidak termasuk yang dikecualikan dari keumuman nash yang mewajibkan shalat Jumat. Yang dikecualikan dari keumuman nash itu adalah yang telah shalat hari raya. Maka dari itu, orang yang tidak shalat hari raya, wajib atasnya shalat Jumat.

3. Meninjau Pendapat Lain
3.1. Pendapat Imam Syafi’i

Pada dasarnya, Imam Syafii tetap mewajibkan shalat Jumat yang jatuh bertepatan pada hari raya. Namun beliau menetapkan kewajiban tersebut hanya berlaku bagi penduduk kota (ahlul madinah/ahlul amshaar). Adapun penduduk desa/kampung atau penduduk padang gurun (ahlul badawi) yang datang ke kota untuk shalat Ied (dan shalat Jumat), sementara di tempatnya tidak diselenggarakan shalat Jumat, maka mereka boleh tidak mengerjakan shalat Jumat.

Sebenarnya Imam Syafi’i berpendapat seperti itu karena menurut beliau, hadits-hadits yang menerangkan gugurnya kewajiban shalat Jumat pada hari raya bukanlah hadits-hadits shahih. Sehingga beliau pun tidak mengamalkannya. Inilah dasar pendapat Imam Syafi’i. Menanggapi pendapat Imam Syafi’i tersebut, Imam Ash Shan’ani dalam Subulus Salam berkata : “Asy Syafi’i dan segolongan ulama berpendapat bahwa shalat Jumat tidak menjadi rukhshah. Mereka berargumen bahwa dalil kewajiban shalat Jumat bersifat umum untuk semua hari (baik hari raya maupun bukan). Sedang apa yang disebut dalam hadits-hadits dan atsar-atsar (yang menjadikan shalat Jumat sebagai rukhshah) tidaklah cukup kuat untuk menjadi takhsis (pengecualian) kewajiban shalat Jumat, sebab sanad-sanad hadits itu telah diperselisihkan oleh ulama. Saya (Ash Shan’ani) berkata,’Hadits Zayd bin Arqam telah dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah…maka hadits tersebut dapat menjadi takhsis (pengecualian)…”

Dengan demikian, jelaslah bahwa Imam Syafi’i tidak menilai hadits Zayd bin Arqam tersebut sebagai hadits shahih, sehingga beliau tidak menjadikannya sebagai takhsis yang menggugurkan kewajiban shalat Jumat. Beliau kemudian berpegang kepada keumuman nash yang mewajibkan shalat Jumat pada semua hari (QS Al Jumu’ah ayat 9), baik hari raya maupun bukan. Tapi, Imam Ash Shan’ani menyatakan, bahwa hadits Zayd bin Arqam adalah shahih menurut Ibnu Khuzaimah.

Dalam hal ini patut kiranya ditegaskan, bahwa penolakan Imam Syafi’i terhadap hadits Zayd bin Arqam tidaklah mencegah kita untuk menerima hadits tersebut. Penolakan Imam Syafi’i terhadap hadits Zayd bin Arqam itu tidak berarti hadits tersebut –secara mutlak– tertolak (mardud). Sebab sudah menjadi suatu kewajaran dalam penilaian hadits, bahwa sebuah hadits bisa saja diterima oleh sebagian muhaddits, sedang muhaddits lain menolaknya. Dalam kaitan ini Imam Taqiyuddin An Nabhani dalam Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah Juz I berkata : “…(kita tidak boleh cepat-cepat menolak suatu hadits) hanya karena seorang ahli hadits tidak menerimanya, karena ada kemungkinan hadits itu diterima oleh ahli hadits yang lain. Kita juga tidak boleh menolak suatu hadits karena para ahli hadits menolaknya, karena ada kemungkinan hadits itu digunakan hujjah oleh para imam atau umumnya para fuqaha… ”

Maka dari itu, kendatipun hadits Zayd bin Arqam ditolak oleh Imam Syafi’i, tidak berarti kita tidak boleh menggunakan hadits tersebut sebagai dalil syar’i. Sebab faktanya ada ahli hadits lain yang menilainya sebagai hadits shahih, yakni Imam Ibnu Khuzaimah, sebagaimana penjelasan Imam Ash Shan’ani. Jadi, beristidlal dengan hadits Zayd bin Arqam tersebut tetap dibenarkan, sehingga hukum yang didasarkan pada hadits tersebut adalah tetap berstatus hukum syar’i.

3.2. Pendapat Imam Malik dan Abu Hanifah
Imam Malik dan Abu Hanifah tetap mewajibkan shalat Jumat, baik bagi penduduk kota (ahlul madinah/ahlul amshaar), maupun penduduk desa/kampung atau penduduk padang gurun (ahlul badawi). Ibnu Rusyd menjelaskan argumentasi kedua Imam tersebut : “Imam Malik dan Abu Hanifah berkata, ‘Shalat hari raya adalah sunnah, sedang shalat Jumat adalah fardhu, dan salah satunya tidak dapat menggantikan yang lainnya. Inilah yang menjadi prinsip asal (al ashlu) dalam masalah ini, kecuali jika terdapat ketetapan syara’, maka wajib merujuk kepadanya…”

Dari keterangan itu, nampak bahwa Imam Malik dan Abu Hanifah juga tidak menerima hadits-hadits yang menerangkan gugurnya shalat Jumat pada hari raya. Konsekuensinya, beliau berdua kemudian berpegang pada hukum asal masing-masing, yakni kesunnahan shalat Ied dan kewajiban shalat Jumat. Dasar pendapat mereka sebenarnya sama dengan pendapat Imam Syafi’i. Namun demikian, beliau berdua memberikan perkecualian, bahwa hukum asal tersebut dapat berubah, jika terdapat dalil syar’i yang menerangkannya.

Atas dasar itu, karena terdapat hadits Zayd bin Arqam (yang shahih menurut Ibnu Khuzaimah) atau hadits Abu Hurayrah RA (yang shahih menurut Ad Daruquthni), maka sesungguhnya hadits-hadits tersebut dapat menjadi takhsis hukum asal shalat Jumat, yakni yang semula wajib kemudian menjadi rukhshah (tidak wajib).

Dengan demikian, yang berlaku kemudian adalah hukum setelah ditakhsis, bukan hukum asalnya, yakni bahwa shalat Jumat itu menjadi rukhshah bagi mereka yang menunaikan shalat hari raya, dan statusnya menjadi tidak wajib. Inilah pendapat yang lebih tepat menurut kami.

3.3. Pendapat ‘Atha bin Abi Rabah
‘Atha bin Abi Rabbah berpendapat bahwa jika hari Jumat bertepatan dengan hari raya, maka shalat Jumat dan zhuhur gugur semuanya. Tidak wajib shalat apa pun pada hari itu setelah shalat hari raya melainkan shalat ‘Ashar.

Imam Ash’ani menjelaskan bahwa pendapat ‘Atha` tersebut didasarkan pada 3 (tiga) alasan, yaitu :
Pertama, berdasarkan perbuatan sahabat Ibnu Zubayr RA sebagaimana diriwayatkan Imam Abu Dawud, bahwasanya : “Dua hari raya (hari raya dan hari Jumat) telah berkumpul pada satu hari yang sama. Lalu dia (Ibnu Zubayr) mengumpulkan keduanya dan melakukan shalat untuk keduanya sebanyak dua rakaat pada pagi hari. Dia tidak menambah atas dua rakaat itu sampai dia mengerjakan shalat Ashar.” [‘Iidaani ijtama’aa fii yawmin waahidin, fajamma’ahumaa fashallahumaa rak’atayni bukratan lam yazid ‘alayhaa hattaa shallal ‘ashra]

Kedua, shalat Jumat adalah hukum asal (al ashl) pada hari Jumat, sedang shalat zhuhur adalah hukum pengganti (al badal) bagi shalat Jumat. Maka dari itu, jika hukum asal telah gugur, otomatis gugur pulalah hukum penggantinya.

Ketiga, yang zhahir dari hadits Zayd bin Arqam, bahwa Rasul SAW telah memberi rukhshah pada shalat Jumat. Namun Rasul SAW tidak memerintahkan untuk shalat zhuhur bagi orang yang tidak melaksanakan shalat Jumat.

Demikianlah alasan pendapat ‘Atha` bin Abi Rabbah. Imam Ash Shan’ani tidak menerima pendapat tersebut dan telah membantahnya. Menurut beliau, bahwa setelah shalat hari raya Ibnu Zubayr tidak keluar dari rumahnya untuk shalat Jumat di masjid, tidaklah dapat dipastikan bahwa Ibnu Zubayr tidak shalat zhuhur. Sebab ada kemungkinan (ihtimal) bahwa Ibnu Zubayr shalat zhuhur di rumahnya. Yang dapat dipastikan, kata Imam Ash Shan’ani, shalat yang tidak dikerjakan Ibnu Zubayr itu adalah shalat Jumat, bukannya shalat zhuhur.

Untuk alasan kedua dan ketiga, Imam Ash Shan’ani menerangkan bahwa tidaklah benar bahwa shalat Jumat adalah hukum asal (al ashl) sedang shalat zhuhur adalah hukum pengganti (al badal). Yang benar, justru sebaliknya, yaitu shalat zhuhur adalah hukum asal, sedang shalat Jumat merupakan penggantinya. Sebab, kewajiban shalat zhuhur ditetapkan lebih dahulu daripada shalat Jumat. Shalat zhuhur ditetapkan kewajibannya pada malam Isra’ Mi’raj, sedang kewajiban shalat Jumat ditetapkan lebih belakangan waktunya (muta`akhkhir). Maka yang benar, shalat zhuhur adalah hukum asal, sedang shalat Jumat adalah penggantinya. Jadi jika shalat Jumat tidak dilaksanakan, maka wajiblah kembali pada hukum asal, yakni mengerjakan shalat zhuhur.

4. Kesimpulan
Dari seluruh uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jika hari raya bertepatan dengan hari Jumat, hukumnya adalah sebagai berikut :
Pertama, jika seseorang telah menunaikan shalat hari raya (Ied), gugurlah kewajiban shalat Jumat atasnya. Dia boleh melaksanakan shalat Jumat dan boleh juga tidak. Namun, disunnahkan baginya tetap melaksanakan shalat Jumat.

Kedua, jika orang yang telah menunaikan shalat hari raya tersebut memilih untuk tidak menunaikan shalat Jumat, wajib atasnya melaksanakan shalat zhuhur. Tidak boleh dia meninggalkan zhuhur.

Ketiga, adapun orang yang pada pagi harinya tidak melaksanakan shalat hari raya, wajib atasnya shalat Jumat. Tidak dibenarkan baginya untuk meninggalkan shalat Jumat. Tidak boleh pula dia melaksanakan shalat zhuhur.

Demikianlah hasil pentarjihan kami untuk masalah ini sesuai dalil-dalil syar’i yang ada. Wallahu a’lam.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhammad Husain. 1995. Al Wadhih fi Ushul Al Fiqh. Cetakan Kedua. Beirut : Darul Bayariq. 417 hal.

Ad Dimasyqi, Muhammad bin Abdurrahman Asy Syafi’i. 1993. Rohmatul Ummah (Rahmatul Ummah Fi Ikhtilafil A`immah). Terjemahan oleh Sarmin Syukur dan Luluk Rodliyah. Cetakan Pertama. Surabaya : Al Ikhlas. 554 hal.

Ash Shan’ani, Muhammad bin Ismail Al Kahlani. Tanpa Tahun. Subulus Salam. Juz II. Bandung : Maktabah Dahlan. 224 hal.

Ash Shiddieqi, T.M. Hasbi. 1981. Koleksi Hadits Hukum (Al Ahkamun Nabawiyah). Jilid IV. Cetakan Kedua. Bandung : PT. Alma’arif. 379 hal.

An Nabhani, Taqiyuddin. 1953. Asy Syakhshiyah Al Islamiyah. Juz Ketiga (Ushul Fiqh). Cetakan Kedua. Al Quds : Min Mansyurat Hizb Al Tahrir. 492 hal.

———-. 1994. Asy Syakhshiyah Al Islamiyah. Juz Pertama. Cetakan Keempat. Beirut : Darul Ummah. 407 hal.

Ibnu Khalil, ‘Atha`. 2000. Taisir Al Wushul Ila Al Ushul. Cetakan Ketiga. Beirut : Darul Ummah. 310 hal.

Ibnu Rusyd. 1995. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid. Juz I. Beirut : Daarul Fikr. 399 hal.

Raghib, Ali. 1991. Ahkamush Shalat. Cetakan Pertama. Beirut : Daar An Nahdhah Al Islamiyah.132 hal.

Sabiq, Sayyid. 1987. Fikih Sunnah (Fiqhus Sunnah). Jilid 2. Cetakan Ketujuhbelas. Terjemahan oleh Mahyuddin Syaf. Bandung : PT. Al Ma’arif. 229 hal

Syirbasyi, Ahmad. 1987. Himpunan Fatwa (Yas`alunaka fi Ad Din wa Al Hayah). Terjemahan oleh Husein Bahreisj. Cetakan Pertama. Surabaya : Al Ikhlas. 598 hal.
Last Updated ( Tuesday, 24 November 2009 )

< Pr

HADIRI SHOLAT IDUL FITRI 1433H DI LAPANGAN MASJID AL-FAJR BANDUNG

SHOLAT IDUL FITRI 1433 H
IMAM & KHOTIB : K.H. ATHIAN ALI M. DA`I, LC, MA
KETUA FORUM ULAMA UMMAT INDONESIA
TGL.. 1 SYAWAL 1433H / 19 AGUSTUS 2012
TEMPAT LAPANGAN MASJID AL-FAJR, JL. CIJAGRA, BUAHBATU, BANDUNG

KHUTBAH JUMAT PILIHAN

bersama membentengi akidah ummat

masjidalfajrblog

DEWAN KEMAKMURAN MASJID AL-FAJR BANDUNG

KHUTBAH JUMAT PILIHAN

bersama membentengi akidah ummat

masjidalfajrblog

DEWAN KEMAKMURAN MASJID AL-FAJR BANDUNG

ARA

Hidup adalah amanah dari Allah Swt.

WordPress.com Apps

Apps for any screen

KHUTBAH JUMAT PILIHAN

bersama membentengi akidah ummat

KHUTBAH JUMAT PILIHAN

bersama membentengi akidah ummat

SITUSARA situs ara

bersama membentengi akidah ummat

"masjid tanpa warna" MASJID AL-FAJR

Membentengi akidah sesuai Al-Quran dan Hadist

ARA-SILSILAH

This WordPress.com site is the cat’s pajamas

ARA FOTO

a. rozak abuhasan