Category Archives: RAMADHAN

KHUTBAH JUMAT MENELADANI RASULULLAH SAW SEUTUHNYA SETELAH RAMADHAN

HA. ROZAK ABUHASAN, MBA

KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِ يْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. أَمَّا بَعْدُ
Kaum muslimin rahimakumullah
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Kepada-Nyalah kita bersyukur atas limpahan kenikmatan yang tak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada kita. Dialah Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat keimanan dan kesehatan kepada kita.

Dialah pula yang telah menyisipkan hidayah dalam hati kita, yang dengan hidayah tersebut, Allah SWT telah menggerakkan hati kita untuk melangkahkan kaki kita menuju masjid ini. Sehingga kita bisa berkumpul bersama untuk menunaikan kewajiban kita sebagai seorang muslim, yaitu melaksanakan shalat Jum’at dan mendengarkan khutbah Jum’at yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan ibadah shalat Jum’at ini.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah terakhir Muhammad shallallahu alayhi wa sallam. Semoga kecintaan kita kepada beliau SAW, dapat mempertemukan kita dengannya nanti di syurga, bersama dengan para Nabiyyin, shiddiqin, syuhadaa’ dan shalihin.

Ikhwatal Iman rahimakumullah… jamaah shalat jum’at yang berbahagia.
Selanjutnya, izinkanlah khatib mengingatkan kita semua termasuk diri khotib sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena tidak ada bekal terbaik yang dapat menyelamatkan kita dalam kehidupan di dunia dan akhirat kelak kecuali taqwa.

Tidak ada pula derajat kemuliaan yang pantas disematkan kepada seseorang kecuali derajat ketaqwaan… Inna akramakum indallahi atqakum… Dengan taqwa kepada Allah inilah kita berupaya menjalani kehidupan sehari-hari kita.
Ikhwatal Iman rahimakumullah… jamaah shalat jum’at yang berbahagia.

Kita merasakan begitu cepat waktu berlalu. Baru saja kita menyelesaikan ibadah shaum Ramadhan. Perjuangan yang begitu berat selama 1 bulan, kita telah berusaha untuk tidak menodai niat dan semua ibadah kita selama Ramadhan; kesemuanya Insya Allah karena keikhlasan kita kepada Allah dan tanda bukti cinta kita kepada Rasulullah SAW. dan sekaligus berupaya meneladani kehidupan Rasulullah SAW.

Mementum Ramadhan yang tidak lain agar semua orang yang beriman menjadi Taqwa. bagi kita untuk intropeksi, muhasabah, untuk hijrah menjadi orang yang bertaqwa, paling tidak merasa dan berusaha untuk menjadi orang taqwa.
Sesungguhnya keimanan seseorang kepada Allah Swt. tidak akan sempurna sebelum dia menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan dalam seluruh hidup dan kehidupan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab [33] : 21)

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa mereka yang meneladani RasuluLlah SAW adalah mereka yang lurus Tauhidnya kepada Allah. Mereka yang menghiasi hari-harinya dengan banyak mengingat Allah SWT.

Mereka yang selalu mengharapkan keridhaan Allah dan balasan terbaik di akhirat.
Untuk itu mengikuti sunnah Rasulullah SAW adalah kewajiban bagi setiap muslim, sebagai bukti pengakuan / kesaksian dari 2 kalimah syahadat kita yang meruapakan satu kesatuan yang utuh.

Jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah.
Rasulullah Saw bersabda, (Riwayat sahabat Irbadh ibn Sariyyah radhiyaLlahu ‘anhu)
قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَعَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّمَا الْمُؤْمِنُ كَالْجَمَلِ الْأَنِفِ حَيْثُمَا قِيدَ انْقَادَ
“Aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa.

kurma1Barangsiapa di antara kalian hidup, maka ia akan melihat banyaknya perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh dengan apa yang kalian ketahui dari sunnahku, dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham.

Hendaklah kalian taat meski kepada seorang budak Habasyi. Orang mukmin itu seperti seekor unta jinak, di mana saja dia diikat dia akan menurutinya.”
(Dikeluarkan oleh Imam Ibnu Majah dalam sunannya nomor 43, dan Imam Ahmad dalam Musnadnya nomor 16519)

Ikhwatal Iman rahimakumullah… jamaah shalat jum’at yang berbahagia.
Sesungguhnya yang dimaksud dengan sunnah Rasulullah SAW bukanlah hal-hal tertentu saja dalam kehidupan Rasulullah SAW. Bukan terbatas dalam masalah ubudiyyah (shalat, zakat, shaum dan sejenisnya) saja. Akan tetapi seluruh kehidupan Rasulullah adalah sunnah yang harus diikuti. Karena tidak ada satu pun ucapan dan perbuatan Rasulullah SAW yang keliru. Seluruh segi kehidupan Rasulullah SAW telah terbimbing dengan wahyu.

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS. An-Najm [53] : 3-4)

Untuk itu memahami dan mengamalkan sunnah Rasulullah saw ini adalah seutuhnya, tidak memilah-milah sesuai keinginan atau kebutuhan. Karena sesungguhnya, mengamalkan sunnah Rasulullah saw secara utuh adalah jalan agar kita meraih jannah yang dijanjikan Allah Ta’ala.
Sabda Rasulullah saw :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap umatku masuk surga selain yang enggan, ” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, lantas siapa yang enggan?” Nabi menjawab: “Siapa yang taat kepadaku (mengikuti aku) masuk surga dan siapa yang menyelisihi aku berarti ia enggan.”
(Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya nomor 6737)

Maasyiral muslimin rahimakumullah…
Karena itu, marilah kita meneladani seluruh aspek kehidupan Rasulullah SAW. Kita meneladani ibadah beliau Saw seutuhnya, sebagaimana yang beliaw telah contohkan.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم

AL-QURAN NUL KARIM

AL-QURAN NUL KARIM

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لله رَبّ الْعَالَمِيْنَ، وَأَشْهًدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلِيِّ الصَّالِحِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْبِيًاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، أَمّا بَعْدُ

Jamaah shalat jum’at yang berbahagia.
Allah SWT berfirman : إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلاَم Sesungguhnya diin di sisi Allah adalah Islam. (QS. Ali Imran [3] : 19)

Kita teladani pula ketegasan Rasulullah saw dalam perkara aqidah. Beliau saw. menolak mengakui kebenaran agama lain dan menolak pula beribadah dengan cara agama lain.

Rasulullah saw menerapkan hukum Islam secara paripurna. Dalam seluruh aspek kehidupan. Baik itu politik pemerintahan, hukum jinayat (pidana) hingga hukum yang terkait dengan masalah keluarga.
Karena itu; dalam meneladani Rasulullah saw., kita berusahalah sekuat kemampuan agar tegak pula hukum Allah secara sempurna dalam kehidupan kita. Kita harus yakin bahwa tidak ada hukum yang lebih baik selain dari hukum Allah. Keinginan kuat agar kita berhukum dengan syariat Allah, merupakan bukti keimanan kita.

Semoga dengan selesainya ibadah shaum Ramadhan, merupakan pembelajaran langsung dari Allah Swt. agar kita menjadi manusia yang bertaqwa, akan menjadi bekal kita menjalani hidup dan kehidupan ini, dan upaya kita yang sungguh-sungguh dalam meneladani seluruh sunnah Rasulullah SAW, dan menjadikan sunnah tersebut sebagai manhajul hayah (cara hidup) kita, Allah SWT memberikan kesuksesan dan keselamatan dalam kehidupan kita di dunia maupun di akhirat.

YA ALLAH ANUGERAHKAN BAROKAH KEPADA KU DUNIA AKHIRAT

YA ALLAH ANUGERAHKAN BAROKAH KEPADA KU DUNIA AKHIRAT

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Marilah kita berdoa, memohon kepada Allah Swt. :
• Ya Allah pelihara iman kami dan berikan kepada kami kesempatan merasakan manisnya iman dalam kehidupan ini yaitu dalam meneladani seluruh sunnah Rasulullah saw. dengan sebaik-baiknya, sebelum Engkau panggil kami untuk menghadap-MU.

• Ya Allah peliharakan hati dan pendengaran kami agar tidak terpedaya dari tipu daya syaithan yang merusak amal ibadah yang telah dan akan kami lakukan.

• اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ

• Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
• رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات
و الذكر الحكيم
أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم

Assalamu`alaikum Wr. Wb

SUMBER:
era muslim
oleh Muhammad Setiawan

araDi edit ulang untuk Khutbah Jumat / Tausiyah Oleh : H.A. ROZAK ABUHASAN, MBA https://arozakabuhasan.wordpress.com/
20140815-MENELADANI RASULULLAH SAW SEUTUHNYA SESUDAH RAMADHAN

KHUTBAH JUMAT ISTIQAMAH PASCA RAMADHAN

http://www.ahmadzain.com/read/tsaqafah/190/istiqamah-pasca-ramadhan/

Istiqamah Pasca Ramadhan

 

Adapun Istiqamah itu sendiri mempunyai tiga makna :

Makna Yang Pertama : Istiqamah berarti lurus dan tidak bengkok.  Shirathal Mustaqim adalah jalan yang lurus dan tidak bengkok.

Istiqamah di dalam beramal berarti amal yang kita lakukan harus lurus dan benar.  Amal yang lurus dan benar harus mempunyai dua syarat ; yaitu diniatkan ikhlas karena Allah swt dan harus sesuai dengan tuntunan nabi besar Muhammad saw…….berikut artikel selengkapnya :

 

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ ، نَحْمَدُهُ ، وَنَسْتَعِيْنُهُ ، وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا ، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا   
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ .وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

.يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ .
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءلونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا .
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعْ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا  .

أ للَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْراَهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْد ٌمَجِيْدٌ ، أ للَّهُمَّ ٌ وَبَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعلَىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ في العالمين إِنَّكَ حَمِيْد ٌمَجِيْدٌ

Ma’asyiral Muslimin…Jama’ah Sholat Jum’at Rahimakumullah…

Marilah pertama kali,  kita mengucapkan syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita, nikmat Iman, nikmat Islam dan nikmat kesehatan, sehingga kita bisa hadir untuk melaksanakan sholat Jum’at di masjid yang dimuliakan Allah ini.

Yang kedua, marilah kita selalu meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt, yaitu dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Ma’asyiral Muslimin…

Baru saja kita menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh, dan ini merupakan bentuk nikmat Allah yang lain, yang harus kita syukuri juga. Nikmat beribadah selama satu bulan penuh ini harus kita syukuri dengan cara meneruskan ibadah tersebut pasca Ramadhan.

Salah satu tanda seseorang mendapatkan lailatul qadar adalah bahwa orang tersebut bisa istiqamah dalam ibadahnya pasca Ramadhan. Dalam hal ini Allah swt berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ

“ Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian istiqamah dalam keyakinan tersebut, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta(Qs Fusshilat : 30 – 31 )

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah….

Adapun Istiqamah itu sendiri mempunyai tiga makna :

Makna Yang Pertama : Istiqamah berarti lurus dan tidak bengkok.  Shirathal Mustaqim adalah jalan yang lurus dan tidak bengkok.

Istiqamah di dalam beramal berarti amal yang kita lakukan harus lurus dan benar.  Amal yang lurus dan benar harus mempunyai dua syarat ; yaitu diniatkan ikhlas karena Allah swt dan harus sesuai dengan tuntunan nabi besar Muhammad saw.  Hal ini sesuai dengan firman Allah swt :

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” ( Qs Al Mulk : 2 )

Adapun yang dimaksud dengan “ ahsanu ‘amala “ pada ayat di atas adalah : akhlasuhu wa ashwabuhu ( yang paling ikhlas diniatkan untuk Allah swt dan yang paling sesuai dengan tuntutan Rasulullah saw ).

Kita setiap hari di dalam sholat lima waktu diwajibkan membaca surat Al Fatihah paling tidak  sebanyak 17 kali. Di dalamnya kita memohon kepada Allah seraya mengucapkan : “ Ihdina ash- shiratha al mustaqim “ ( tunjukilah kami jalan yang lurus ) artinya tunjukilah kami jalan menuju keikhlasan di dalam beramal dan yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.

Oleh karenanya, Allah menerangkan maksud dari pada jalan yang lurus tersebut, yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri kepada mereka kenikmatan.  Pertanyaannya adalah siapa saja yang telah diberi kepada mereka nikmat itu ?  Hal ini telah diterangkan oleh Allah di dalam firman-Nya :

وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقًا

“ Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” ( Qs An Nisa’ : 69 )

Bentuk istiqamahyang pertama ini menuntut kita untuk selalu menuntut dan mencari ilmu, agar amalan kita sesuai dengan tuntutan Rasulullah saw.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah….

Makna Yang Kedua : Istiqamah berarti kontinue dan terus menerus serta berkesinambungan.  Kalau kita mengatakan kepada seseorang bahwa dia adalah orang yang istiqamah melakukan sholat lima waktu berjama’ah di masjid, artinya bahwa fulan tersebut secara terus menerus, dan berkesinambungan melakukan sholat lima waktu sepanjang hidupnya di masjid secara berjama’ah hingga akhir hayatnya.

Makna istiqamah seperti ini pernah diisyaratkan oleh Rasulullah saw dalam beberapa hadistnya, diantaranya adalah hadist Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda  :

أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ قَالَ وَكَانَتْ عَائِشَةُ إِذَا عَمِلَتْ الْعَمَلَ لَزِمَتْهُ

“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus (dilakukan) meskipun sedikit.” Al Qasim berkata; Dan Aisyah, bila ia mengerjakan suatu amalan, maka ia akan menekuninya.” ( HR Muslim, no : 1306 )

Di dalam riwayat lain disebutkan  :

سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَاعْلَمُوا أَنْ لَنْ يُدْخِلَ أَحَدَكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ وَأَنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Beramallah sesuai dengan sunnah dan berlaku imbanglah, dan ketahuilah bahwa salah seorang tidak akan masuk surga karena amalannya, sesungguhnya amalan yang dicintai oleh Allah adalah yang terus menerus walaupun sedikit.” ( HR Bukhari, no : 5983 )

Dari dua hadist di atas, kita mengetahui bahwa amalan yang terus menerus dilakukan oleh seorang muslim walaupun sedikit jauh lebih baik dari pada amalan yang banyak tapi hanya dilaksankan sekali dan terputus. Seseorang yang membaca Al Qur’an setiap hari satu juz serta terus menerus sepanjang hidupnya juah lebih baik daripada seorang muslim yang mengkhatamkan al Qur’an sepuluh kali pada bulan Ramadhan, tetapi setelah bulan Ramadhan pergi, dia tidak pernah lagi membaca Al Qur’an.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah….

Makna Yang Ketiga : Istiqamah berarti sesuatu yang bisa mengantarkan sampai tujuan.

Seseorang yang beramal ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw, serta terus menerus melakukan hal itu pada seluruh aktifitas hidupnya, maka tidak diragukan lagi dia akan sampai pada tujuan yang selama ini dicita-citakannya, yaitu husnul khoatomah, mati dalam keadaan muslim.

Hal ini pernah diwasiatkan oleh para nabi kepada anak-anaknya, sebagaimana yang dilakukan oleh nabi Ibrahim dan Ya’kub as, sebagaimana firman Allah swt :

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“ Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. ( Qs Al Baqarah : 132 )

Selalu istiqamah di dalam memegang teguh ajaran Islam sampai akhir hayat ini merupakan bentuk dari ketaqwaan kepada Allah swt yang sebenarnya, sebagaimana firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” ( Qs Ali Imran : 102 )

Demikianlah khutbah singkat yang bisa saya sampaikan pada kesempatan ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua amien…

بارك الله لكم في القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم .

Khutbah Kedua :  

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…

Pada kesempatan khutbah kedua ini, saya hendak menyimpulkan apa yang sampaikan pada khutbah pertama, yaitu bahwa seorang muslim yang baik, tidaklah membatasai diri untuk beramal sholeh pada bulan Ramadhan saja, karena Allah Yang memerintahkan kita untuk berpuasa pada bulan Ramadhan, adalah Allah Yang memerintahkan kita untuk istiqamah di dalam amal sholeh sepanjang tahun setelah bulan Ramadhan.

Adapun istiqamah mempunyai tiga makna, yaitu lurus, kontinue serta jalan yang mengantarkan sampai tujuan. Oleh karenanya, untuk tetap istiqamah kita harus berjalan pada jalan yang lurus dan tidak bengkok, dan ini memerlukan pembelajaran terus menerus, menuntut kita untuk selalu menuntut ilmu setiap saat, karena dengan ilmu tersebut, ibadaha kita akan bisa lurus dan tidak bengkok. Dan seperti ini harus dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti sedikitpun, sehingga akan mengantarkan kita kepada tujuan akhir hidup kita, yaitu menggapai husnul khatimah, mati dalam keadaan memegang teguh ajaran Islam ini.

Mudah-mudahan kita dijadikan hamba-hamba-Nya yang tetap istiqamah sampai akhir hayat kita . Amien.

أ للَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْراَهِيْمَ ، ٌ وَبَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعلَىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ في العالمين إِنَّكَ حَمِيْد ٌمَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَات

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ

Jakarta, 24 Syawal 1431 H/ 3  Oktober 2010 M

Dr. Ahmad Zain An Najah, MA

araReposting : a. rozak abuhasan

KHUTBAH JUMAT

AL QUR`AN NUL KARIM KHUTBAH JUMAT : NASIHAT SETELAH RAMADHAN BERLALU

Naskah Khutbah Jumat ini berisi nasihat bagi kaum muslimin untuk senantiasa melakukan ibadah walaupun Ramadhan telah berlalu. Dijelaskan pula tentang kiat-kiat agar tetap istiqamah dalam ketaatan kepada Allah. Bagaimana penjelasan lengkapnya? Temukan dalam khutbah Jumat berikut ini. Semoga khutbah ini bermanfaat bagi seluruh kaum muslimin. [Redaksi KhotbahJumat.com]
***

[KHUTBAH JUMAT PERTAMA]

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan kepada kita semua nikmat yang demikian besar, salah satunya adalah dipertemukannya kembali dengan hari kemenangan ini. Setelah bulan Ramadhan berlalu, orang akan terbagi menjadi beberapa bagian, namun secara garis besarnya mereka terbagi dua kelompok.

Kelompok yang pertama. Orang yang pada bulan Ramadhan tampak sungguh-sungguh dalam ketaatan, sehinggga orang tersebut selalu dalam keadaan sujud, shalat, membaca Alquran atau menangis, sehingga bisa-bisa anda lupa akan ahli ibadahnya orang-orang terdahulu (salaf). Anda akan tertegun melihat kesungguhan dan giatnya dalam beribadah. Namun itu semua hanya berlalu begitu saja bersama habisnya bulan Ramadhan, dan setelah itu ia kembali lagi bermalas-malasan, kembali mendatangi maksiat seolah-olah ia baru saja dipenjara dengan berbagai macam ketaatan kembalilah ia terjerumus dalam syahwat dan kelalaian. Kasihan sekali orang-orang seperti ini.

Sesungguhnya kemaksiatan itu adalah sebab dari kehancuran karena dosa adalah ibarat luka-luka, sedang orang yang terlalu banyak lukanya maka ia mendekati kebinasaan. Banyak sekali kemaksiatan-kemaksiatan yang dapat menghalangi seorang hamba untuk mengucap “La ilaha illallah” ketika sakaratul maut.

Setelah sebulan penuh ia hidup dengan iman, Alquran serta amalan-amalan yang mendekatkan diri kepada Allah, tiba-tiba saja ia ulangi perbuatan-perbuatan maksiatnya di masa lalu. Mereka itulah hamba-hamba musiman mereka tidak mengenal Allah kecuali hanya pada satu musim saja (yakni Ramadhan), atau hanya ketika di timpa kesusahan, jika musim atau kesusahan itu telah berlalu maka ketaatannyapun ikut berlalu.

Kelompok yang kedua. Orang yang bersedih ketika berpisah dengan bulan Ramadhan mereka rasakan nikmatnya kasih dan penjagaan Allah, mereka lalui dengan penuh kesabaran, mereka sadari hakekat keadaan dirinya, betapa lemah, betapa hinanya mereka di hadapan Yang Maha Kuasa, mereka berpuasa dengan sebenar-benarnya, mereka shalat dengan sungguh-sungguh. Perpisahan dengan bulan Ramadhan membuat mereka sedih, bahkan tak jarang di antara mereka yang meneteskan air mata.

Apakah keduanya itu sama? Segala puji hanya bagi Allah! Dua golongan ini tidaklah sama, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya, “Katakanlah; Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaan masing-masing ..” (Q.s. Al-Isra’: 84).

Para ahli tafsir mengatakan, makna ayat ini adalah bahwa setiap orang berbuat sesuai dengan keadaan akhlaq yang sudah biasa ia jalani.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Barang siapa berpuasa siang hari di bulan Ramadhan dan shalat di malam harinya, melakukan kewajiban-kewajibannya, menahan pandangannya, menjaga anggota badan serta menjaga shalat jum’at dan jama’ah dengan sungguh-sungguh untuk menyempurnakan ketaatannya sesuai yang ia mampu maka bolehlah ia berharap mendapat ridha Allah, kemenangan di Surga dan selamat dari api Neraka. Orang yang tidak menjadikan ridha Allah sebagai tujuannya maka Allah tidak akan melihatnya.Jangan seperti orang yang merusak tenunan yang kuat hingga bercerai berai

Hati-hatilah, jangan seperti seorang wanita yang memintal benang (menenun) dari kain tersebut ia bikin sebuah gamis atau baju. Ketika semuanya telah usai dan nampak kelihatan indah, maka tiba-tiba saja ia potong kain tersebut dan ia cerai beraikan, helai demi helai benang dengan tanpa sebab.

Berhati-hati jualah Anda! jangan sampai seperti seorang yang diberi oleh Allah keimanan dan Alquran namun ia berpaling dari keduanya, dan ia lepaskan keduanya sebagaimana seekor domba yang dikuliti, akhirnya ia masuk keperngkap syetan sehingga jadi orang yang merugi, orang yang terjerumus di dalam jurang yang dalam, menjadi pengikut hawa nafsunya, Naudzu billah mindzalik.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya, “Dan bacakanlah kepada mereka berita kepada orang yang telah kamu berikan kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian mereka melepaskan diri dari ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syetan sampai ia tergoda, maka jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki sesunguhnya Kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu. Tetapi ia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpa-maan orang yang mendustakan ayat-ayat Kami maka ceritaklah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (Al-A’raaf: 175-176).

Amal yang paling dicintai oleh Allah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pernah ditanya, Amalan apa yang paling di sukai Allah? Beliau menjawab, “Yakni yang terus-menerus walaupun sedikit”.

Aisyah radhiyallah ‘anha ditanya, “Bagaimana Rasulullah mengerjakan sesuatu amalan, apakah ia pernah mengkhusus-kan sesuatu sampai beberapa hari tertentu” Ia menjawab, “Tidak, namun beliau mengerjakan secara terus-menerus, dan siapapun di antara kalian hendaknya ia jika mampu mengerjakan sebagaimana yang di kerjakan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.”

Hadits ini memberikan beberapa pelajaran, antara lain:
• Hendaknya, seluruh kebajikan kita laksanakan secara keseluruhan tanpa pilih-pilih menurut kemampuan kita dan dikerjakan secara rutin.
• Tengah-tengah dalam beribadah (sedang-sedang), dan menjauhi segala bentuk berlebihan, agar jiwa selalu bersemangat dan lapang, maka dengan ini akan tercapai segala tujuan ibadah, dan sempurna dari berbagai segi.
• Supaya rutin dalam beramal, suatu amalan meskipun sedikit jika dilakukan secara terus-menerus lebih baik dari pada amalan yang banyak namun terputus.

Dengan demikian amalan yang sedikit namun rutin akan memberi buah dan nilai tambah yang berlipat ganda dari pada amalan banyak yang terputus.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan kemudahan di dalam menjalakan amal ibadah secara terus menerus dan mendapatkan limpahan pahala yang berlipat ganda disisiNya, amin.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ الله لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرّحِيْمُ

Allah Muhammad Wallpaper`[KHUTBAH JUMAT KEDUA]
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Allah Yang Mahasuci dan Mahamulia telah berfirman kepada hamba dan Rasul-Nya Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam,
“Beribadahlah kamu kepada Rabb-mu hingga datang kepadamu Al Yaqin”. Yakni maut. (Q.s. Al-Hijr: 99).

Maksud ayat ini adalah: Janganlah kamu berhenti dari beribadah sehingga kamu mati. Jadikanlah batas ibadah adalah batas kehidupan.
Telah berkata hamba Allah Nabi Isa alaihi salam (dalam Alquran), artinya, “Dan Dia telah memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku masih hidup.” (Maryam: 31).

Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya jika anak adam meninggal maka putus sudah amalnya..”

Maka dari sini tiada yang membatasi atau memutuskan amal ibadah kecuali bila telah datang maut. Jadi meskipun bulan Ramadhan telah berlalu maka seoarang Mukmin hendaknya jangan berhenti dari menjalankan puasa, karena masih banyak puasa-puasa yang lain yang disyariatkan dalam waktu setahun seperti puasa tiga hari dalam tiap bulan, puasa senin kamis, puasa Arofah dan lain-lain. Demikian juga meskipun qiyam di bulan Ramadhan (tarawih) telah usai maka seorang mukmin janganlah berhenti dari menjalakan shalat malam.

Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah
Maka hendaklah Anda bersemangat untuk tetap teruskan kontinyu dalam beribadah sesuai dengan kemampuan Anda, dan perlu Anda ketahui beberapa cara untuk tetap berada di atas dinnullah dan ketaatan kepada-Nya:

• Berdoa supaya senantiasa tetap di atas agama Allah, sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam banyak-banyak membaca doa, dengan sabdanya, “Wahai dzat yang membolak-balikkan hati tetapkan-lah hatiku di atas agama-Mu.” (H.r. At-Tirmidzi, 4/390).

• Sabar, firman Allah,
وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ . الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal. (yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya. (Al-Ankabut: 58-59).

• Menelusuri jejak orang-orang shaleh, firman Allah,
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (Hud: 120).

• Dzikrullah dan membaca Alquran.

• Mempelajari ilmu syar’i dan mengamalkannya, firman Allah,
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Katakanlah, “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Alquran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (Q.s. An Nahl: 102).

• Terakhir, ketahuilah bahwa termasuk ciptaan Allah adalah Surga, yang jika anda ingin mendatanginya nampak penuh dengan kesusahan, dan ciptaan Allah yang lain adalah neraka, yang jika anda mendatanginya terasa sangat menyenangkan. Surga itu dihijab dengan hal-hal yang tidak disukai hawa nafsu, sedangkan neraka dihijab dengan syahwat dan hal-hal yang menyenangkan. Maka apakah termasuk orang-orang yang berakal jika seseorang menjual surga dan seisinya dengan kesenangan yang sesaat.

Jikalau Anda berkata, “Sesungguhnya meninggalkan syahwat (kesenangan yang menjerumuskan) itu perkara yang susah dan sulit.” Saya menjawab, “Sesungguhnya rasa berat itu hanyalah bagi orang-orang yang meninggalkan syahwat bukan karena Allah. Adapun jika Anda meninggalkannya secara sungguh-sungguh dan ikhlas, maka tidak akan terasa berat atau susah meninggalkannya kecuali pada awal permulaan saja, dan ini untuk menguji apakah benar-benar ingin meninggalkannnya atau hanya-main-main saja.

Jika dalam masa-masa ini mau bersabar, maka Anda akan mendapati keutamaan dan kenikmatan dari Allah yang begitu membahagiakan, karena orang yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.”
Sebagai perumpamaan dari hal tersebut, yakni kaum muhajirin yang berhijrah meninggalkan harta mereka, tanah kelahiran mereka, kerabat dan teman, semata-mata karena Allah maka akhirnya mengganti dengan rezeki-rezeki luas di dunia dan di surga.

Nabi Ibrahim alaihis salam ketika pergi meninggalkan kaumnya, bapaknya dan apa-apa yang mereka sembah selain Allah, akhirnya Allah memberikan putra Ishaq alaihis salam dan Yakub alaihis salam serta anak turunan yang shaleh, Nabi Yusuf alaihis salam juga manakala ia bisa menahan nafsu dan menjaganya agar tidak tergoda rayuan dari majikannya. Dan ia bersabar di dalam penjara, ia lebih suka kepada penjara tersebut agar menjauhkan diri dari lingkaran kejahatan dan fitnah. Maka akhirnya Allah mengganti dengan kedudukan yang mulia di muka bumi.

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنًاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنّكَ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبّنََا لاَتًؤَخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلىَ الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تُحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَنَا فَانْصُرْنَا عَلىَ الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبّنَا آتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لله رَبّ الْعَالَمِيْنَ

Sumber :KhotbahJumat.com

arare posted by ara

RAMADHAN, SABAR DAN KECERDASAN EMOSI

Ramadhan, Sabar, dan Kecerdasan Emosi

Soal kecerdasan emosi (emotional intelligence) sering dibicarakan banyak orang. Padahal, puasa secara otomatis melatih hal itu

Oleh: Alwi Alatas

Hidayatullah.com–Ramadhan kembali hadir di tengah-tengah kita. Kaum Muslimin menyambutnya dengan perasaan gembira. Hanya saja, sebagian menyambutnya dengan rasa syahdu, sementara yang lain menyambutnya sebatas sebuah tradisi yang dijalankan setiap tahun.

Sebagian menjadikan Ramadhan sebagai sarana perbaikan diri, sementara yang lain tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari bulan yang luar biasa ini, selain lapar, haus, dan letih belaka. Sungguh sayang sekiranya kita berpuasa sebulan penuh tapi tidak mendapatkan apa-apa, tidak ada perbaikan diri yang dicapai saat keluar dari bulan yang mulia ini.

Bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan. Selain dikenal sebagai Syahrul Qur’an, Syahrul Jihad, dan beberapa nama lainnya seperti penuh barokah, atau belan bonus; bulan Ramadhan juga dikenal sebagai Syahrus Shabr, bulan kesabaran. Pada bulan Ramadhan kita memang dituntut untuk banyak bersabar dan menahan diri.

Dengan berpuasa, kita harus bersabar dari rasa lapar dan haus yang kita tanggung sejak pagi hari hingga matahari terbenam. Kita juga harus bersabar dan menahan lidah kita dari mengucapkan yang tidak baik atau marah-marah. Jika ada yang mengajak berkelahi, kita dianjurkan untuk bersabar dan menjelaskan kepada orang itu bahwa kita sedang berpuasa.

Saat berbuka puasa kita juga dianjurkan bersabar dan tidak menghabiskan terlalu banyak makanan. Kita juga dianjurkan untuk memperbanyak bacaan Al-Quran dan shalat malam pada bulan Ramadhan. Semuanya membutuhkan kesabaran.

Istilah sabar sangat akrab di telinga kaum Muslimin, tetapi tidak semua orang memahami dan menghargai kesabaran. Tidak jarang kesabaran diidentikkan dengan kelemahan dan ketidakberdayaan. Orang yang sabar kadang dilihat sebagai orang yang pengalah dan tak berdaya.

Padahal sabar adalah sumber kekuatan.

Di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa satu orang yang sabar mampu mengalahkan sepuluh lawan dalam pertempuran, atau setidaknya mereka mampu menghadapi lawan sebanyak dua kali jumlah mereka (QS 8: 65-66). Ia juga merupakan suatu anugerah yang besar. Tentang ini Rasulullah SAW bersabda, “…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (Muttafaqun Alaih)

Kesabaran merupakan karakter yang sangat mulia dan ia bisa diraih dengan cara melatih dan membiasakan diri dengannya. Rasulullah SAW pernah menjelaskan, “…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…” (HR. Bukhari). Bulan Ramadhan merupakan kesempatan yang besar bagi seorang Muslim untuk melatih kesabaran. Ia dilatih untuk mengontrol jiwanya dari pengaruh hawa nafsunya. Dengan begitu ia bisa keluar dari bulan Ramadhan sebagai pribadi yang kuat dan pandai mengendalikan diri dan emosinya.

Sabar memiliki pengertian yang luas. Secara umum para ulama menjelaskan bahwa sabar memiliki tiga aspek, yaitu sabar dalam menjalankan perintah Allah, sabar menahan diri dari yang dilarang oleh-Nya, dan sabar terhadap ketetapan-Nya. Menariknya, konsep sabar juga mencakupi hampir seluruh pengertian kecerdasan emosi (emotional intelligence).

Dalam beberapa tahun belakangan ini, kecerdasan emosi sering diperbincangkan dan dianggap tidak kalah penting, atau malah lebih penting, dari kecerdasan intelektual (IQ). Kecerdasan emosi dipercayai oleh sebagaian ahli sebagai faktor yang lebih penting dalam menjamin kesuksesan seseorang. Dan tidak seperti IQ, kecerdasan emosi bisa dilatih dan dikembangkan.

Jika kita memperhatikan penjelasan tentang kecerdasan emosi, ternyata konsep kecerdasan ini juga tercakup dalam konsep kesabaran sebagaimana akan dibahas nanti. Tapi sebelumnya, marilah kita perhatikan penjelasan umum tentang kecerdasan emosi terlebih dahulu.

Apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosi? Kapan dikatakan seseorang memiliki emosi yang cerdas? Setidaknya ada dua ciri-ciri kecerdasan emosi. Pertama, seorang dikatakan memiliki kecerdasan emosi ketika ia mampu mengendalikan emosinya. Orang yang tidak pandai mengendalikan emosi, atau orang yang sering dikendalikan oleh emosinya, merupakan orang yang tidak cerdas secara emosi.

Emosi memiliki banyak bentuk. Ia bisa berupa kemarahan, rasa takut, rasa cinta atau keinginan yang kuat, rasa cemas, dan lain sebagainya. Seorang yang tidak pandai mengendalikan emosi-emosi ini merupakan orang yang tidak cerdas secara emosi.

Seorang yang memiliki IQ tinggi tapi tidak pandai mengontrol emosinya, boleh jadi akan menjumpai kegagalan dalam hidupnya. Di Amerika Serikat pernah ada kasus di mana seorang anak SMA memiliki nilai sangat bagus. Ia lulus dengan nilai hampir semuanya sembilan dan sepuluh. Tapi ada satu mata pelajaran di mana ia mendapat nilai delapan dan itu membuatnya sangat gelisah.

Ia ingin masuk ke sebuah universitas terbaik dan nilai delapan itu merupakan penghalang bagi cita-citanya. Ia mendatangi guru mata pelajaran terkait dan memohon agar bisa menaikkan nilainya. Guru tersebut menolak dan menyatakan kalau nilainya sudah final. Anak ini begitu kecewa dan frustrasi. Ia merasa marah dan takut gagal. Ia merasa kesal dengan sang guru sampai akhirnya ia menikam guru itu dengan senjata tajam.

Begitulah, anak dengan nilai pelajaran begitu tinggi, akhirnya melanjutkan kariernya ke penjara. Kasus ini memperlihatkan betapa kecerdasan emosi bisa lebih menentukan dibandingkan IQ dalam menentukan kesuksesan seseorang. Anak yang cerdas tadi tidak pandai mengendalikan emosinya, dan ia pun akhirnya jatuh dalam masalah yang sangat serius.

Antara kecerdasan dan kesabaran

Ciri-ciri pertama dari kecerdasan emosi ini sudah tercakup di dalam konsep sabar menurut Islam. Dalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dikatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari).

Dengan kata lain, orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan emosinya. Walaupun Rasulullah tidak secara khusus menyebutkan kata sabar di dalam hadith ini, tapi para ulama menjelaskan hadith ini dalam konteks kesabaran. Orang yang mampu mengendalikan emosinya adalah orang yang sabar. Ketika ia berhadapan dengan situasi yang mendorongnya merespon dengan emosi negatif, maka dalam situasi semacam itu ia tetap mampu memilih respons emosi yang positif.

Ini seperti yang digambarkan oleh Abdullah bin Mas’ud ketika ia berkata, “Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudian ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, ‘Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari) Orang-orang semacam ini adalah orang-orang yang kuat, orang-orang yang sabar, dan orang-orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi.

Ciri yang kedua dari kecerdasan emosi adalah ’kemampuan dalam menunda pemuasan.’ Orang yang cerdas emosinya, memiliki kemampuan untuk menunda pemuasan dirinya. Sementara orang yang tidak cerdas secara emosi, cenderung ingin memuaskan dirinya sesegera mungkin.

Orang-orang yang mau menunda pemuasan dirinya, melakukan hal itu karena mereka ingin mendapatkan kepuasan yang lebih sempurna di masa depan. Dan itu hanya bisa dilakukan dengan cara menunda pemuasan yang ada saat ini. Oleh karenanya, orang yang cerdas secara emosi memiliki potensi lebih besar dalam meraih keberhasilan dalam hidup.

Mari kita ambil permisalan. Seorang anak memutuskan untuk belajar dan menahan keinginannya nonton TV demi meraih keberhasilan di masa depan. Nonton TV merupakan kepuasan yang segera. Namun dengan menahan diri, ia hendak meraih kepuasan yang lebih besar lagi di masa depan.

Seorang pekerja memutuskan untuk hidup hemat dan menabung, walaupun sebenarnya ia bisa menghabiskan uangnya untuk membeli makanan yang enak-enak atau membeli berbagai kesenangan lainnya. Itu semua merupakan pemuasan diri yang segera. Namun ia memutuskan untuk menundanya demi kepuasan yang lebih besar. Ia menabung dan setelah uangnya banyak ia menginvestasikannya, sehingga ia bisa meraih penghasilan lebih besar suatu saat nanti.

Sekumpulan anak SD di sebuah sekolah di Amerika pernah dites dengan sekeranjang permen marshmallow. Mereka boleh langsung mengambil permen yang lezat tersebut, tapi mereka hanya akan mendapatkan satu buah saja. Adapun yang mau menunggu sepuluh menit akan mendapatkan dua permen.

Sebagian anak langsung berhamburan ke depan dan mengambil satu permen. Mereka mencari pemuasan yang segera. Namun ada sebagian anak yang memilih untuk menunggu sepuluh menit. Mereka menunda pemuasan diri demi kepuasan yang lebih besar: mendapatkan dua buah permen. Nama-nama anak itu dicatat berikut pilihan mereka. Perkembangan hidup mereka diamati. Anak-anak yang mampu menunda pemuasan diri, dengan kata lain anak-anak yang memiliki kecerdasan emosi lebih, terbukti lebih sukses di sekolah dan di dunia kerja.

Perhatikan baik-baik ciri yang kedua di atas. Bukankah ini juga bagian dari konsep kesabaran. Kesabaran juga membimbing seseorang untuk menunda pemuasan diri yang segera demi kepuasan yang lebih besar.

Seorang Muslim diarahkan untuk bersabar dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ketika melakukan itu, ia terhalang dari pemuasan diri yang segera. Tapi semua itu dilakukan demi mencapai kepuasan yang lebih besar dan lebih abadi. Ia dilarang memuaskan diri dengan meminum khamr, karena dengan itu ia akan meraih kepuasan yang lebih sempurna, yaitu kesehatan pikiran dan jiwa.

Ia dilarang memuaskan lidahnya dengan berkata dusta atau membicarakan orang lain, karena dengan itu ia akan mendapatkan kepuasan yang lebih besar berupa kepercayaan dan persahabatan yang tulus. Ia diperintah bersabar mengerjakan shalat dan puasa, karena dengan itu ia akan mendapat kepuasan yang sangat besar berupa ketenangan, kebersihan jiwa, kesehatan, dan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Seorang Muslim memang diperintah bersabar dan menunda pemuasan dirinya, karena agama ini hendak membimbingnya pada kepuasan yang lebih indah dan lebih sempurna.

Ketika seorang berpuasa di bulan Ramadhan, ia terpaksa bersabar dan menunda pemuasan yang segera berupa makan di saat perutnya terasa lapar dan minum tatkala ia merasa haus. Namun, pada akhirnya ia akan mendapatkan kepuasan dan kegembiraan yang lebih tinggi dan agung. Rasulullah SAW bersabda, ”… Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan (farhatain), yaitu kegembiraan tatkala ia berbuka dan kegembiraan tatkala ia bertemu dengan Rabb-nya….” (Muttafaq ’alaihi).

Coba perhatikan bagaimana rasanya ketika kita berbuka puasa setelah seharian menahan haus dan lapar. Bukankah rasanya nikmat sekali? Bukankah kepuasannya jadi berlipat ganda? Belum lagi kepuasan jangka panjang lainnya yang akan ia raih: kesehatan tubuh, dan juga perjumpaan dengan Rabb-nya di surga kelak.

Berdasarkan penjelasan di atas kita bisa menyimpulkan bahwa puasa di bulan Ramadhan merupakan suatu sarana penting dalam melatih kesabaran. Melatih kesabaran secara otomatis juga berarti melatih kecerdasan emosi. Karena orang yang sabar adalah orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi.

Ketika berpuasa seorang Muslim diarahkan untuk bersabar dan menahan/mengendalikan emosinya. Ketika berpuasa ia juga dibimbing untuk menunda pemuasan dirinya. Ini semua juga merupakan ciri-ciri kecerdasan emosi. Melalui ibadah Ramadhan ini, seharusnya kaum Muslimin bisa membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih sabar. Seharusnya ia bisa keluar dari bulan Ramadhan sebagai pribadi yang lebih cerdas secara emosi.

Dengan demikian, melalui bulan Ramadhan seorang Muslim seharusnya mampu membentuk kepribadiannya menjadi seorang yang siap untuk meraih kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup. Karena Ramadhan mempersiapkan diri kita untuk menjadi pribadi yang berprestasi dan siap menghadapi tantangan dan kesulitan hidup. Semua itu akan bisa diraih sekiranya kita menjalaninya dengan pemahaman dan kesungguhan. Wallahu a’lam bis showab [AA/www.hidayatullah.com]

RAHASIA PUASA

• RAHASIA PUASA
Sebagai muslim yang sejati, kedatangan dan kehadiran Ramadhan yang mulia pada tahun ini merupakan sesuatu yang amat membahagiakan kita. Betapa tidak, dengan menunaikan ibadah Ramadhan, amat banyak keuntungan yang akan kita peroleh, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.

Disinilah letak pentingnya bagi kita untuk membuka tabir rahasia puasa sebagai salah satu bagian terpenting dari ibadah Ramadhan.
Dr. Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Al Ibadah Fil Islam mengungkapkan ada lima rahasia puasa yang bisa kita buka untuk selanjutnya bisa kita rasakan kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan.

1. Menguatkan Jiwa

Dalam hidup hidup, tak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh hawa nafsunya, lalu manusia itu menuruti apapun yang menjadi keinginannya meskipun keinginan itu merupakan sesuatu yang bathil dan mengganggu serta merugikan orang lain. Karenanya, di dalam Islam ada
perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu
yang bersifat duniawi. Manakala dalam peperangan ini manusia mengalami kekalahan, malapetaka besar akan terjadi karena manusia yang kalah dalam perang melawan hawa nafsu
itu akan mengalihkan penuhanan dari kepada Allah Swt sebagai Tuhan yang benar kepada hawa nafsu yang cenderung mengarahkan manusia pada kesesatan. Allah memerintahkan kita memperhatikan masalah ini dalam firman-Nya yang artinya: Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya
sesat berdasarkan ilmu-Nya. (QS 45:23)

Dengan ibadah puasa, maka manusia akan berhasil mengendalikan hawa nafsunya yang membuat jiwanya menjadi kuat, bahkan dengan demikian, manusia akan memperoleh
derajat yang tinggi seperti layaknya malaikat yang suci dan ini akan membuatnya mampu mengetuk dan membuka pintu-pintu langit hingga segala do’anya dikabulkan
oleh Allah Swt, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak do’a mereka: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan doa orang yang dizalimi. (HR. Tirmidzi)

2. Mendidik Kemauan

Puasa mendidik seseorang untuk memiliki kemauan yang sungguh-sungguh dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh berbagai kendala. Puasa yang baik akan membuat seseorang terus mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang
untuk menyimpang begitu besar. Karena itu, Rasulullah Saw menyatakan: Puasa itu setengah dari kesabaran.

Dalam kaitan ini, maka puasa akan membuat kekuatan rohani seorang muslim semakin prima. Kekuatan rohani yang prima akan membuat seseorang tidak akan lupa diri meskipun telah
mencapai keberhasilan atau kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan kekuatan rohani juga akan membuat seorang muslim tidak akan berputus asa meskipun penderitaan yang
dialami sangat sulit.

3. Menyehatkan Badan

Disamping kesehatan dan kekuatan rohani, puasa yang baik dan benar juga akan memberikan pengaruh positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak hanya dinyatakan oleh Rasulullah Saw, tetapi juga sudah dibuktikan oleh para dokter atau ahli-ahli kesehatan dunia yang membuat kita
tidak perlu meragukannya lagi. Mereka berkesimpulan bahwa pada saat-saat tertentu, perut memang harus diistirahatkan dari bekerja memproses makanan yang masuk sebagaimana juga
mesin harus diistirahatkan, apalagi di dalam Islam, isi perut kita memang harus dibagi menjadi tiga, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air dan sepertiga untuk udara.

4. Mengenal Nilai Kenikmatan

Dalam hidup ini, sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia, tapi banyak pula manusia yang tidak pandai mensyukurinya. Dapat satu tidak
terasa nikmat karena menginginkan dua, dapat dua tidak terasa nikmat karena menginginkan tiga dan begitulah seterusnya. Padahal kalau manusia mau memperhatikan dan merenungi, apa yang diperolehnya sebenarnya sudah sangat menyenangkan karena begitu banyak orang yang memperoleh sesuatu tidak lebih banyak atau tidak lebih mudah dari apa yang kita peroleh.

Maka dengan puasa, manusia bukan hanya disuruh memperhatikan dan merenungi tentang kenikmatan yang sudah diperolehnya, tapi juga disuruh merasaakan langsung betapa besar sebenarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita.
Hal ini karena baru beberapa jam saja kita tidak makan dan minum sudah terasa betul penderitaan yang kita alami, dan pada saat kita berbuka puasa, terasa betul besarnya nikmat
dari Allah meskipun hanya berupa sebiji kurma atau seteguk air. Disinilah letak pentingnya ibadah puasa guna mendidik kita untuk menyadari tinggi nilai kenikmatan yang Allah berikan agar kita selanjutnya menjadi orang yang pandai bersyukur dan tidak mengecilkan arti kenikmatan dari Allah meskipun dari segi jumlah memang sedikit dan kecil. Rasa syukur memang akan membuat nikmat itu bertambah banyak, baik dari segi jumlah atau paling tidak dari segi rasanya, Allah berfirman yang artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasati Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS 14:7)

5. Mengingat dan Merasakan Penderitaan Orang Lain

Merasakan lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Sebab pengalaman lapar dan haus yang kita rasakan
akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir. Dari sini, semestinya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan
rasa solidaritas kita kepada kaum muslimin lainnya yang mengalami penderitaan yang hingga kini masih belum teratasi, seperti penderitaan saudara-saudara kita di Ambon atau Maluku, Aceh dan di berbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang terjadi di berbagai belahan dunia
lainnya seperti di Chechnya, Kosovo, Irak, Palestina dan sebagainya.

Oleh karena itu, sebagai simbol dari rasa solidaritas itu, sebelum Ramadhan berakhir, kita diwajibkan untuk menunaikan zakat agar dengan demikian setahap demi setahap kita bisa mengatasi persoalan-persoalan umat yang menderita. Bahkan zakat itu tidak hanya bagi kepentingan orang yang miskin dan menderita, tapi juga bagi kita yang mengeluarkannya agar dengan demikian, hilang kekotoran jiwa kita yang berkaitan dengan harta seperti gila harta,
kikir dan sebagainya.

Allah berfirman yang artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 9:103)

Sambut dengan Gembira

Karena rahasia puasa merupakan sesuatu yang amat penting bagi kita, maka sudah sepantasnyalah kalau kita harus menyambut kedatangan Ramadhan tahun ini dengan penuh rasa gembira sehingga kegembiraan kita ini akan membuat kita bisa melaksanakan ibadah Ramadhan nanti dengan ringan meskipun sebenarnya ibadah Ramadhan itu berat.

Kegembiraan kita terhadap datangnya bulan Ramadhan harus kita tunjukkan dengan berupaya semaksimal mungkin memanfaatkan Ramadhan tahun ini sebagai momentum untuk mentarbiyyah (mendidik) diri, keluarga dan masyarakat kearah pengokohan atau pemantapan taqwa kepada Allah Swt, sesuatu yang memang amat kita perlukan bagi upaya meraih keberkahan dari Allah Swt bagi bangsa kita yang hingga kini masih menghadapi berbagai macam persoalan besar. Kita tentu harus prihatin akan kondisi bangsa kita yang sedang mengalami krisis, krisis yang seharusnya diatasi dengan memantapkan iman dan taqwa, tapi malah dengan menggunakan
cara sendiri-sendiri yang akhirnya malah memicu pertentangan dan perpecahan yang justeru menjauhkan kita dari rahmat dan keberkahan dari Allah Swt.

 

Sumber:

http://www.facebook.com/?sk=inbox&action=read&tid=46bfec381c154ac1b0ffc7bf6d972daa
Trisno Aja

KHUTBAH JUMAT RAMADHAN UNTUK HARI ESOK YANG LEBIH BAIK

KHUTBAH JUMAT

RAMADHAN                                                                                                                                                                                                                                      UNTUK HARI ESOK YANG LEBIH BAIK
SUMBER:
Berbagai sumber

Logo Masjid Al-Fajr Bandung

Logo Masjid Al-Fajr
Bandung

 

Masjid Al-Fajr
Bandung
Di edit ulang untuk Khutbah Jumat / Tausiyah

Oleh :

H.A. ROZAK ABUHASAN, MBA
https://arozakabuhasan.wordpress.com/
2014-07-04 RAMADHAN UNTUK HARI ESOK YANG LEBIH BAIK

AL QUR`AN NUL KARIM

AL QUR`AN NUL KARIM

KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُبِااللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وِمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
اَشْهَدُ اَنْ لآَاِلهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللّهُمَّ صَلِّى عَلىَ مُحَمَّد وَعَلَى آلِهِ وَصَحـْبِهِ اَجْمَعِيْنَ.
إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُونَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ (3:102) أَمَّا بَعْدُ؛

Kaum muslimin rahimakumullah
Puji syukur, kita panjatkan kehadirat Ilahi Robbi yang telah mencurahkan nikmat karunia-Nya yang tiada terhingga dan tiada pernah putus sepanjang zaman kepada makhlukNya, baik berupa kesehatan, rezeki, kesempatan sehingga saat ini kita dapat hadir bersama dalam majelis yang Insya Allah dimuliahkan-Nya.

Shalawat dan salam semoga selalu Allah curahkan pada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw., beserta keluarganya, para sahabat serta kita dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Marilah kita selalu meningkatkan taqwa kepada Allah Swt. Kita berusaha untuk meningkatkan taqwa dalam arti yang sebenar-benarnya dan selurus-lurusnya. Menjalankan secara ikhlas seluruh perintah Allah Swt., kemudian menjauhi segenap larangan-larangan Nya. Marilah kita lebur hati dan jasad kita kedalam lautan Taqwa yang luasnya tiada bertepi. Marilah kita isi setiap desah nafas kita dengan sentuhan-sentuhan Taqwa. Sebab, hanya dengan Taqwa … InsyaAllah … kita akan memperoleh kebahagiaan hakiki di akherat yang abadi nanti dan kebahagiaan hidup di dunia fana ini,; dan janganlah kita mati sebelum benar-benar dalam keadaan muslim.

Kaum Muslimin Rahimakumullah . .
Sebuah kemenangan dalam pertempuran panjang dan melelahkan, bukan melawan musuh di medan laga, bukan melawan pasukan dalam pertempuran bersenjata. Namun, pertempuran melawan musuh-musuh yang ada di dalam diri kita, nafsu dan syahwat serta syetan yang cenderung ingin menjerumuskan kita. Ibnu Sirin berkata tentang sulitnya mengendalikan jiwa, “Aku tidak pernah mempunyai urusan yang lebih pelik ketimbang urusan jiwa.” Hasan Bashari berkata, “Binatang binal tidak lebih membutuhkan tali kekang ketimbang jiwamu.”

Pelihara dirimu dan keluarga1Kemenangan melawan hawa nafsu ini adalah inti kemenangan. Inilah kemenangan terbesar, kemenangan utama yang akan melahirkan kemenangan-kemenangan lain dalam semua kancah kehidupan dunia yang kita arungi. Kita membutuhkan kemenangan seperti ini untuk memenangkan semua pertarungan yang kita hadapi dalam hidup ini. Betapa banyak perangkat-perangkat meteri kemenangan dikuasai oleh seseorang, kelompok, dan bangsa. Namun ternyata mereka harus menelan kekalahan dengan sederet perangkat materi itu.

Mereka memiliki ilmu dan teknologi, senjata, perlengkapan, dan sarana lainnya, namun itu semua tidak berdaya di hadapan seseorang, kelompok, atau bangsa yang memiliki ketangguhan jiwa, kekuatan mental, dan kematangan pribadi.
كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 249).

puasa-selamat-300x262`elama sebulan penuh kita berada dalam bulan suci, bulan penuh keberkahan dan nilai. Bulan yang mengantarkan kita kepada suasana batin yang sangat indah. Bulan yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan bagi kita kaum Muslimin. Bulan Ramadhan melatih kita untuk memberi perhatian kepada waktu, di mana banyak manusia yang tidak bisa menghargai dan memanfaatkan waktunya. Ramadhan melatih kita untuk selalu rindu kepada waktu-waktu shalat, yang barangkali di luar Ramadhan kita sering mengabaikan waktu-waktu shalat.

Dalam bulan Ramadhan kita di didik untuk menghargai dan disiplin dengan waktu. Al-Qur’an yang kita baca mengisyaratkan pentingnya waktu bagi kehidupan. Bahkan pada banyak ayat Allah bersumpah dengan waktu.
Maka jika kita ingin menjadi manusia yang terhormat di antara manusia lain dan bermartabat di sisi Allah, hendaknya kita isi waktu kita dengan hal-hal yang produktif, baik untuk kepentingan dunia atau akhirat kita.

Kesemua itu untuk memenuhi janji kita :
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam.”

Ramadhan juga melatih kita untuk mempunyai rasa solidaritas sesama manusia, dengan rasa lapar dan dahaga kita teringat akan nasib sebagian dari saudara-saudara kita yang kurang beruntung di dalam hidup ini, mereka setiap harinya dirongrong rasa lapar dan dahaga. Apalagi, rasa kemanusiaan semacam ini nyaris mulai sirna dewasa ini. dimana mereka hanya disibukkan oleh urusan pribadi, nafsi-nafsi, urusanku urusanku sendiri, silahkan urus urusanmu sendiri. Hal ini diakibatkan karena orientasi hidup manusia modern yang hanya memandang materi sebagai satu-satunya ukuran dan satu-satunya tujuan. Bahkan, terkadang untuk memenuhi ambisi kebendaannya seseorang rela menghalalkan segala cara.

Ramadhan sebagai bulan latihan/pendidikan, dengan disyariatkannya shiyam selama sebulan agar sebelas bulan sisanya kita lalu dapat menerapkan nilai-nilai Ramadhan. Suasana spiritual yang dilatih selama sebulan ini menjadi energi kita dalam mengarungi sebelas bulan berikutnya. Agar predikat takwa itu benar-benar dapat kita raih dan kita jaga dalam diri kita. Sebab ketakwaan itulah bekal hidup dan modal kita untuk menghadapi pengadilan Allah Azza wa Jalla.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ
“Dan berbekallah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya sebaik-baik kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.”

Karena itu, Ramadhan diharapkan dapat memberikan banyak perubahan dalam diri kita. Mulai dari sikap, perilaku, dan paradigma dalam memandang hidup dan kehidupan ini. Dari sekarang, kita semua berupaya untuk menjadikan Ramadhan sebagai bekal kita untuk melakukan perubahan-perubahan di masa depan, perubahan yang akan mengantarkan hidup kita ke arah yang lebih baik.

Jamie Asr Mosque in Brunei (night)

Jamie Asr Mosque in Brunei (night)

Ada beberapa variabel untuk membangun optimisme dalam diri kita.
Pertama, Husnudzan kepada Allah.
Husnudzan atau berprasangka baik kepada Allah, harus kita kokohkan dalam diri kita. Kita sepakat bahwa tidak ada satu peristiwa yang terjadi selain dengan izin dan kehendak Allah, termasuk ujian dan kesulitan yang tengah kita hadapi. Setiap muslim seyogianya selalu menghadapi semua ketentuan Allah itu dengan prasangka baik. Ia mempunyai prinsip bahwa apa yang menimpanya, itulah yang terbaik baginya menurut Allah. Oleh karena itu ia tidak menggerutu kepada Penciptanya, ia tidak memberontak karena ketentuan Rabb-nya, dan ia selalu menatap semua ujian itu dengan senyum.

Ia yakin akan mendapatkan dua keuntungan dari ujian itu:
1. Diangkat dan dihapuskannya kesalahan dan dosa-dosanya 2. Dan tinggikan derajatnya di sisi Allah Azza wa Jalla
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ صَبَرَ فَلَهُ الصَّبْرُ وَمَنْ جَزِعَ فَلَهُ الْجَزَعُ
“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barangsiapa bersabar ia mendapat (pahala) kesabarannya, dan barangsiapa gundah gulana, ia (tersiksa) karena kegundahannya.”

Husnudzan harus kita pelihara dalam diri kita. Allah tidak menghendaki dari hamba-Nya selain kebaikan, kalau tidak di dunia, di akhirat. Jangan sampai kita celaka di dunia dan di akhirat akibat prasangka buruk kita kepada Allah. Na’udzu billah, tsumma na’udzu billah.

Kedua, Tidak putus berdoa.
Doa merupakan senjata orang beriman, berdoa merupakan ibadah dan enggan berdoa merupakan kesombongan kepada Allah Azza wa Jalla.

Seyogianya banyaknya musibah, malapetaka, krisis ekonami yang berkepanjangan, krisis kepercayaan, moral, pemerintahan yang lemah, tekanan bahkan konspirasi untuk menghancurkan iman atau bangsa kita begitu kuat.
Adanya pihak-pihak yang menginginkan kehancuran negeri ini kita harus yakin dengan seyakin-yakinnya, untuk terus berdoa, memohon kepada yang Maha Kuat dan Maha Perkasa, untuk meminta kepada Yang Maha Pengasih, Maha Pemberi, Maha Mengabulkan segala doa agar negeri ini, negeri kita ini, Indonesia; dijauhkan dari kehancuran…dan dijadikan sebagai negeri aman sentosa di bawah naungan serta ridho-Nya.

Ketiga, meneladani para nabi dan rasul. Mereka adalah kekasih-kekasih Allah dan itu kita sepakat. Namun ujian Allah timpakan kepada mereka begitu dahsyat dan tak terperikan. Bahkan di antara mereka ada yang mendapatkan gelar Uluz Azmi karena keberhasilan mereka dalam mengarungi ujian berat. Dan mereka tidak pernah berputus asa kepada Allah Ta’ala.
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.

HA. ROZAK ABUHASAN, MBA

HA. ROZAK ABUHASAN, MBA

KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لله رَبّ الْعَالَمِيْنَ، وَأَشْهًدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلِيِّ الصَّالِحِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْبِيًاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، اَلّلهُمّ صَلِّي عَلَى مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمّد كَمَا صَلَيْتَ عَلَى آلِ ِإْبرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدِ وَعَلَى آلِ مُحَمّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فَِي الْعَالَمِيْنَ إِنّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، أَمّا بَعْدُ:

Keempat, beramal dan bertawakkal.  Allah tidak menurunkan emas dari langit. Karena itu singsingkan lengan baju. Kita gunakan seluruh potensi yang Allah karuniakan kepada kita
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan katakanlah: “Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kamu kerjakan”. (At-Taubah:105).
Sebab tidak ada yang mengubah kita selain kita sendiri…QS.13:11 إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar-Radu: 11)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Marilah kita berdoa, memohon kepada Allah Swt. :
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ

 Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampunan. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
 Ya Allah selamatkan kami dan bangsa kami, Lapangkan rezeki kepada kami dan bangsa kami. Anugerahkan kepada kami petunjuk dan kekuatan untuk memilih pemimpin-pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur dan amanah, yang akan menjadikan Kitab-Mu sebagai landasan kepemimpinan-nya, yang akan memelihara dan akan berupaya menerapkan Syariat-Mu, untuk membawa kemaslahatan bagi bangsa menuju ridha-Mu.

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
 Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

Penutup khotbah kedua
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Assalamu`alaikum Wr. Wb

araH.A. ROZAK ABUHASAN, MBA
https://arozakabuhasan.wordpress.com/
20140704 RAMADHAN UNTUK HARI ESOK YANG LEBIH BAIK

 

MOTIVASI MENGERJAKAN PUASA RAMADHAN

MOTIVASI MENGERJAKAN PUASA RAMADHAN

PUASA: Keutamaan, Kewajiban, Motivasi Dan Ancamannya

1. Pengampunan Dosa
Allah dan Rasul-Nya memberikan targhib (spirit/motivasi) untuk melakukan puasa Ramadhan dengan menjelaskan keutamaan serta tingginya kedudukan puasa, dan kalau seandainya orang yang puasa mempunyai dosa seperti buih di lautan niscaya akan diampuni dengan sebab ibadah yang baik dan diberkahi ini.
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم, (bahwasanya) beliau bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh iman dan ihtisab maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu“1
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه juga, -Rasulullah صلی الله عليه وسلم pernah bersabda:
اَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ
“Shalat yang lima waktu, Jum’at ke Jum’at. Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa yang terjadi di antara senggang waktu tersebut jika menjauhi dosa besar” (HR. Muslim 233)
Masih dari Abu Hurairah رضي الله عنه juga, (bahwasanya) Rasulullah صلی الله عليه وسلم pernah naik mimbar kemudian berkata: Amin, Amin, Amin” Ditanyakan kepadanya: “Ya Rasulullah, engkau naik mimbar kemudian mengucapkan Amin, Amin, Amin?” Beliau bersabda: “Sesungguhnya Jibril عليه السلام datang kepadaku, dia berkata : “Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan tapi tidak diampuni dosanya maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia, katakan “Amin”, maka akupun mengucapkan Amin….”2

2. Dikabulkannya Do’a dan Pembebasan Api Neraka
Rasullullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ عُتَقَاءَ مِنَ النَّارِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ، وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْبِهَا، فَيُسْتَجَابُ لَهُ
“Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka setiap siang dan malam dalam bulan Ramadhan, dan semua orang muslim yang berdo’a akan dikabulkan do’anya“3

3. Orang yang Puasa Termasuk Shidiqin dan Syuhada
Dari ‘Amr bin Murrah Al-Juhani رضي الله عنه,4 ia berkata : Datang seorang pria kepada Nabi صلی الله عليه وسلم kemudian berkata:
يَارَسُولَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ شَهِدْتُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّكَ رَسُولُ اللهِ وَصَلَّيْتُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ وأَدَّيْتُ الزَّكَاةَ وَصُمْتُ رَمَضَانَ وَقُمْتُهُ، فَمِمَنْ أَنَا ؟ قَالَ مِنَ الصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ
“Ya Rasulullah, apa pendapatmu jika aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah, engkau adalah Rasulullah, aku shalat lima waktu, aku tunaikan zakat, aku lakukan puasa Ramadhan dan shalat tarawih di malam harinya, termasuk orang yang manakah aku?” Beliau menjawab. “Termasuk dari shidiqin dan syuhada” (HR. Ibnu Hibban [no.9 Zawaa-id] sanadnya Shahih)
________________________________________
1. Hadits Riwayat Bukhari 4/99, Muslim 759. Makna “Iimanan wahtisaaban” berarti percaya sepenuhnya akan kewajiban puasa tersebut serta mengharapkan pahalanya. Menjalankan puasa dengan sepenuh jiwa tanpa adanya unsur keterpaksaan dan tidak juga merasa keberatan untuk menjalaninya. Berikut ini ungkapan seseorang yang mempunyai gelar Amiirusy Syua’ara’, yaitu Ahmad Syauqi:
“Ramadhan telah berlalu,
datangkanlah ia kembali.
Jiwa yang penuh kerinduan,
berjalan mengejar yang dirindukan.”

2. Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah 3/192 dan Ahmad 2/246 dan 254 dan Al-Baihaqi 4/204 dari jalan Abu Hurairah. Hadits ini shahih, asalnya terdapat dalam Shahih Muslim 4/1978. Dalam bab ini banyak hadits dari beberapa orang sahabat, lihatlah dalam Fadhailu Syahri Ramadhan hal.25-34 karya Ibnu Syahin.

3. Hadits Riwayat Bazzar 3142, Ahmad 2/254 dari jalan A’mas, dari Abu Shalih dari Jabir, diriwayatkan oleh Ibnu Majah 1643 darinya secara ringkas dari jalan yang lain, haditsnya Shahih. Demikian juga do’a yang dikabulkan ketika berbuka, sebagaimana akan datang penjelasannya, lihat Misbahuh Azzujajah no. 60 karya Al-Bushri

4. Lihat Al-Ansaab 3/394 karya As-Sam’ani, Al-Lubaab 1/317 karya Ibnul Atsir.
KEUTAMAAN PUASA
KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN
KEWAJIBAN PUASA RAMADHAN
ANCAMAN BAGI YANG MENINGGALKAN PUASA
Sumber: almanhaj.or.id dalam software salafidb 4.0 yang menyalinnya dari buku Sifat Puasa Nabi صلي الله عليه وسلم fii Ramadhan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali dan Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid, Terbitan Pustaka Al-Haura dengan Penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata, pada bab-bab tentang Targhib wa Tarhib Puasa. Sumber ini kami dapatkan tanpa teks arab ‘Al-Qur’an dan Hadits’, kemudian kami tambahkan hal tersebut dengan berpedoman pada terbitan Pustaka Imam Syafi’i yang diterbitkan dengan judul Meneladani Shaum Rasulullah صلي الله عليه وسلم dengan penerjemah M. Abdul Ghoffar E.M. dari http://www.ibnumajjah.wordpress.com

 

PUASA: Keutamaan, Kewajiban, Motivasi Dan Ancamannya

PUASA: Keutamaan, Kewajiban, Motivasi Dan Ancamannya
POSTED BY CIPTO ABI YAHYA ⋅
PUASA, PUASA, SHOUM

PUASA: Keutamaan, Kewajiban, Motivasi Dan Ancamannya

Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali خفظه الله
Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali Abdul Hamid خفظه الله

KEUTAMAAN PUASA
Banyak sekali ayat yang tegas dan muhkam (qath’i/ jelas dan tegas) dalam Kitabullah yang mulia, memberikan anjuran untuk puasa sebagai sarana untuk taqarrub kepada Allah عزّوجلّ dan juga menjelaskan keutamaan-keutamaannya,

seperti firman Allah عزّوجلّ.
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيراً وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً
“Sesungguhnya kaum muslimin dan muslimat, kaum mukminin dan mukminat, kaum pria yang patuh dan kaum wanita yang patuh, dan kaum pria serta wanita yang benar (imannya) dan kaum pria serta kaum wanita yang sabar (ketaatannya), dan kaum pria serta wanita yang khusyu’, dan kaum pria serta wanita yang bersedekah, dan kaum pria serta wanita yan berpuasa, dan kaum pria dan wanita yang menjaga kehormatannya (syahwat birahinya), dan kaum pria serta wanita yang banyak mengingat Allah, Allah menyediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. A-Ahzab/33: 35)

Dan firman Allah Jalla Sya’-nuhu.
وَأَن تَصُومُواْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan kalau kalian puasa, itu lebih baik bagi kalian kalau kalian mengetahuinya” (QS. Al-Baqarah/2: 184)
Rasulullah صلی الله عليه وسلم telah menjelaskan dalam hadits yang shahih bahwa puasa adalah benteng dari syahwat, perisai dari neraka. Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mengkhususkan satu pintu surga untuk orang yang puasa. Puasa bisa memutuskan jiwa dari syahwatnya, menahannya dari kebiasaan-kebiasaan yang jelek, hingga jadilah jiwa yang tenang. Inilah pahala yang besar, keutamaan yang agung; dijelaskan secara rinci dalam hadits-hadits shahih berikut ini, dijelaskan dengan penjelasan yang sempurna.
1. Puasa adalah Perisai (Pelindung)
Rasulullah صلی الله عليه وسلم menyuruh orang yang sudah kuat syahwatnya dan belum mampu untuk menikah agar berpuasa, menjadikannya sebagai wijaa’1 bagi syahwat ini, karena puasa menahan kuatnya anggota badan hingga bisa terkontrol, menenangkan seluruh anggota badan, serta seluruh kekuatan (yang jelek) ditahan hingga bisa taat dan dibelenggu dengan belenggu puasa. Telah jelas bahwa puasa memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam menjaga anggota badan yang dhahir dan kekuatan bathin.

Oleh karena itu Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai sekalian para pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu ba’ah2 hendaklah menikah, karena menikah lebih menundukkan pandangan, dan lebih menjaga kehormatan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, hendaklah puasa karena puasa merupakan wijaa’ (pemutus syahwat) baginya” (HR. Bukhari 4/106 dan Muslim no. 1400 dari Ibnu Mas’ud)

Rasulullah صلی الله عليه وسلم telah menjelaskan bahwa surga diliputi dengan perkara-perkara yang tidak disenangi, dan neraka diliputi dengan syahwat. Jika telah jelas demikian -wahai muslim- sesungguhnya puasa itu menghancurkan syahwat, mematahkan tajamnya syahwat yang bisa mendekatkan seorang hamba ke neraka, puasa menghalangi orang yang puasa dari neraka. Oleh karena itu banyak hadits yang menegaskan bahwa puasa adalah benteng dari neraka, dan perisai yang menghalangi seseorang dari neraka.

Bersabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُومُ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا بَاعَدَ اللَّهُ بِذَلِكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنْ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
“Tidaklah seorang hamba yang puasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim”3

Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
صِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنْ النَّارِ
“Puasa adalah perisai, seorang hamba berperisai dengannya dari api neraka”4
Dan Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda.
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ جَعَلَ اللَّهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّارِ خَنْدَقًا كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
“Barangsiapa yang berpuasa sehari di jalan Allah maka di antara dia dan neraka ada parit yang luasnya seperti antara langit dengan bumi”5

Sebagian ahlul ilmi telah memahami bahwa hadits-hadits tersebut merupakan penjelasan tentang keutamaan puasa ketika jihad dan berperang di jalan Allah. Namun dhahir hadits ini mencakup semua puasa jika dilakukan dengan ikhlas karena mengharapkan wajah Allah Ta’ala, sesuai dengan apa yang dijelaskan Rasulullah صلی الله عليه وسلم termasuk puasa di jalan Allah (seperti yang disebutkan dalam hadits ini).

2. Puasa Bisa Memasukkan Hamba Ke Surga
Engkau telah tahu wahai hamba yang taat -mudah-mudahan Allah memberimu taufik untuk mentaati-Nya, menguatkanmu dengan ruh dari-Nya- bahwa puasa dapat menjauhkan pelakunya dari neraka. Itu berarti, puasa juga mendekatkan ke surga. Dari Abu Umamah رضي الله عنه katanya, “Aku berkata (kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم):
عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَا مِثْلَ لَهُ
“Wahai Rasulullah, tunjukkan padaku suatu amalan yang bisa memasukkanku ke surga.?; beliau menjawab: “Atasmu puasa, tidak ada (amalan) yang semisal dengan itu“. (HR. Nasa’i 4/165, Ibnu Hibban hal. 232 Mawarid, Al-Hakim 1/421, sanadnya Shahih)

3. Pahala Orang Puasa Tidak Terbatas

4. Orang Puasa Punya Dua Kegembiraan

5. Bau Mulut Orang Yang Puasa Lebih Wangi dari Baunya Misk6
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, (bahwasanya) Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: Allah عزّوجلّ berfirman:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
“Semua amalan bani Adam untuknya kecuali puasa7 , karena puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya, puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah : ‘Aku sedang berpuasa’8. Demi dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sesunguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada bau misk9 orang yang puasa mempunyai dua kegembiraan, jika berbuka mereka gembira, jika bertemu Rabbnya mereka gembira karena puasa yang dilakukannya” [Bukhari 4/88, Muslim no. 1151, Lafadz ini bagi Bukhari]

Di dalam riwayat Bukhari (disebutkan):
يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
“Meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena puasa untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasnya, kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang semisal dengannya“

Di dalam riwayat Muslim:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِمِ الصَّاؤِمِ عِنْدَ اللهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Semua amalan bani Adam akan dilipatgandakan, kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang semisal dengannya, sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman: “Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, dia (bani Adam) meninggalkan syahwatnya dan makanannya karena Aku” Bagi orang yang puasa ada dua kegembiraan; gembira ketika berbuka dan gembira ketika bertemu Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang puasa di sisi Allah adalah lebih wangi daripada bau Misk“

6. Puasa dan Al-Qur’an Akan Memberi Syafa’at Kepada Ahlinya di hari Kiamat
Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
اَلصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَةَ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ
“Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada hamba di hari Kiamat, puasa akan berkata : “Wahai Rabbku, aku akan menghalanginya dari makan dan syahwat, maka berilah dia syafa’at karenaku”. Al-Qur’an pun berkata : “Aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka berilah dia syafa’at karenaku” Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: Maka keduanya akan memberi syafa’at“10

7. Puasa Sebagai Kafarat
Diantara keistimewaan puasa yang tidak ada dalam amalan lain adalah; Allah menjadikannya sebagai kafarat bagi orang yang memotong rambut kepalanya (ketika haji) karena ada udzur sakit atau penyakit di kepalanya, kafarat bagi yang tidak mampu memberi kurban, kafarat bagi pembunuh orang kafir yang punya perjanjian karena membatalkan sumpah, atau yang membunuh binatang buruan di tanah haram dan sebagai kafarat zhihar. Akan jelas bagimu dalam ayat-ayat berikut ini.
Allah Ta’ala berfirman:
وَأَتِمُّواْ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّهِ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ وَلاَ تَحْلِقُواْ رُؤُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضاً أَوْ بِهِ أَذًى مِّن رَّأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِّن صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ فَإِذَا أَمِنتُمْ فَمَن تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ذَلِكَ لِمَن لَّمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan sempurnkanlah olehmu ibadah haji dan umrah karena Allah ; maka jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau sakit), maka wajib menyembelih kurban yang mudah didapat. Dan janganlah kamu mencukur rambut kepalamu, hingga kurban itu sampai ke tempat penyembelihannya. Jika ada diantaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercu kur), maka wajib atasnya berfidyah, yaitu berpuasa atau bersedekah atau berkurban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) kurban yang mudah di dapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang kurban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluargannya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Makkah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya” (QS. Al-Baqarah/2: 196)

Allah Ta’ala juga berfirman.
وَإِن كَانَ مِن قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيثَاقٌ فَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةً فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِّنَ اللّهِ وَكَانَ اللّهُ عَلِيماً حَكِيماً
“Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara taubat kepada Allah. (QS. An-Nisaa’/4: 92)

Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana berfirman:
لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَـكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا عَقَّدتُّمُ الأَيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُواْ أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah kamu yang kamu sengaja, maka kafarat (melanggar) sumpah itu ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kafaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kafarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya)” (QS. Al-Maidah/5: 89)

Dia yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana juga berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَقْتُلُواْ الصَّيْدَ وَأَنتُمْ حُرُمٌ وَمَن قَتَلَهُ مِنكُم مُّتَعَمِّداً فَجَزَاء مِّثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهِ ذَوَا عَدْلٍ مِّنكُمْ هَدْياً بَالِغَ الْكَعْبَةِ أَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسَاكِينَ أَو عَدْلُ ذَلِكَ صِيَاماً لِّيَذُوقَ وَبَالَ أَمْرِهِ عَفَا اللّهُ عَمَّا سَلَف وَمَنْ عَادَ فَيَنتَقِمُ اللّهُ مِنْهُ وَاللّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan , ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka’bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu , supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa” (QS. Al-Maidah/5: 95)

Selanjutnya, Allah yang Mahalembut lagi Mahamengetahui berfirman:
وَالَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِن نِّسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مِّن قَبْلِ أَن يَتَمَاسَّا ذَلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ. فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِن قَبْلِ أَن يَتَمَاسَّا فَمَن لَّمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِيناً ذَلِكَ لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Orang-orang yang menzhihar isteri mereka kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajib atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.” (Al-Mujaadiliah/58: 3-4)

Demikian pula, puasa dan shadaqah bisa menghapuskan fitnah seorang pria dari harta, keluarga dan anaknya.
Dari Hudzaifah Ibnul Yaman رضي الله عنه, Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصَّدَقَةُ
“Fitnah pria dalam keluarga (isteri), harta dan tetangganya, bisa dihapuskan oleh shalat, puasa dan shadaqah” (HR. Bukhari 2/7, Muslim 144)

8. Rayyan Bagi Orang-orang yang Puasa
Dari Sahl bin Sa’ad رضي الله عنه, dari Nabi صلی الله عليه وسلم (bahwa beliau) bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ (فَإِذَا دَخَلَ آخِرُهُمْ أُغْلِقَ وَمَنْ دَخَلَ شَرِبَ وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا)
“Sesungguhnya dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Rayyan, orang-orang yang puasa akan masuk di hari kiamat nanti dari pintu tersebut, tidak ada orang selain mereka yang memasukinya. Jika telah masuk orang terkahir yang puasa ditutuplah pintu tersebut. Barangsiapa yang masuk akan minum, dan barangsiapa yang minum tidak akan merasa haus untuk selamanya” (HR. Bukhari 4/95, Muslim 1152, dan tambahan lafadz yang akhir ada pada riwayat Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya 1903)
________________________________________
1. Maksudnya memutuskan syahwat jiwa.
2. Yang mampu menikah dengan berbagai persiapannya.
3. HR. Bukhari 6/35, Muslim 1153 dari Abu Sa’id Al-Khudry, ini adalah lafadz Muslim. Sabda Rasulullah : “Sab’iina khariifan” yakni : perjalanan sejauh 70 tahun, demikian dikatakan dalam Fathul Bari 6/48.
4. HR. Ahmad 3/241, 3/296 dari Jabir, Ahmad 4/22 dan Utsman bin Abil ‘Ash. Ini adalah hadits yang shahih.
5. Dikeluarkan oleh Tirmidzi no. 1624 dari hadits Abi Umamah, dan di dalam sanadnya ada kelemahan. Al-Walid bin Jamil, dia jujur tetapi sering salah, akan tetapi dapat diterima. Dan dikeluarkan pula oleh At-Thabrani di dalam Al-Kabir 8/260,274, 280 dari dua jalan dari Al-Qasim dari Abi Umamah. Dan terdapat pula pada bab yang sama dari Abi Darda’, dikeluarkan oleh Ath-Thabrani di dalam Ash-Shagir1/273 di dalamnya terdapat kelemahan. Sehingga hadits ini SHAHIH.
6. Untuk poin 3, 4 dan 5 telah tercakup dalam hadits dipoin 5.
7. Yakni : Baginya pahala yang terbatas, kecuali puasa; karena pahalanya tidak terbatas.
8. Dengan ucapan yang terdengar oleh si pencerca atau orang yang mengganggu tersebut, ada yang mengatakan: diucapkan di dalam hatinya agar tidak saling mencela dan saling memerangi. Yang pertama lebih kuat dan lebih jelas, karena ucapan secara mutlak adalah dengan lisan, adapun bisikan jiwa dibatasi oleh sabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah : “Sesunguhnya Allah memaafkan bagi umatku apa yang terbetik dalam hatinya selama belum diucapkan atau diamalkannya” (Muttafaqun ‘alaih). Maka jelaslah bahwa ucapan itu mutlak tidak terjadi kecuali oleh ucapan yang dapat didengar dengan suara yang terucap dan huruf. Walallahu a’lam.
9. Lihat apa yang telah ditulis oleh Ibnul Qayyim dalam Al-Wabilush Shayyib minal Kalamith Thayyib hal.22-38
10. Diriwayatkan oleh Ahmad 6626, Hakim 1/554, Abu Nu’aim 8/161 dari jalan Huyaiy bin Abdullah dari Abdurrahman Al-Hubuli dari Abdullah bin ‘Amr, dan sanadnya hasan. Al-Haitsami berkata di dalam Majmu’ Zawaid 3/181 setelah menambah penisbatannya kepada Thabrani dalam Al-Kabir : “Dan perawinya adalah perawi shahih.”
Faedah: Hadits ini dan yang semisalnya dari hadits-hadits yang telah warid yang menyatakan bahwa amalan itu berjasad, wajib diimani dengan keimanan yang kuat tanpa mentahrif atau mentakwilnya, karena demikianlah manhajnya salafus shalih, dan jalannya mereka tidak diragukan lebih selamat, lebih alim dan bijaksana (tepat). Cukuplah bagimu bahwa itu adalah salah satu syarat iman. Allah Ta’ala berfirman.
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
“(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugrahkan kepada mereka” (QS. Al-Baqarah/2: 3)

 

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN
KEWAJIBAN PUASA
MOTIVASI PUASA
ANCAMAN BAGI YANG MENINGGALKAN PUASA
Sumber: almanhaj.or.id dalam software salafidb 4.0 yang menyalinnya dari buku Sifat Puasa Nabi صلي الله عليه وسلم fii Ramadhan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali dan Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid, Terbitan Pustaka Al-Haura dengan Penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata, pada bab-bab tentang Targhib wa Tarhib Puasa. Sumber ini kami dapatkan tanpa teks arab ‘Al-Qur’an dan Hadits’, kemudian kami tambahkan hal tersebut dengan berpedoman pada terbitan Pustaka Imam Syafi’i yang diterbitkan dengan judul Meneladani Shaum Rasulullah صلي الله عليه وسلم dengan penerjemah M. Abdul Ghoffar E.M. dari http://www.ibnumajjah.wordpress.com
KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

PUASA: Keutamaan, Kewajiban, Motivasi Dan Ancamannya


Ramadhan adalah bulan penuh kebaikan dan berkah yang dilimpahkan oleh Allah عزّوجلّ disertai dengan berbagai keutamaan yang sangat banyak. Sebagaimana dalam penjelasan berikut ini:

1. Bulan Al-Qur’an
Allah menurunkan kitab-Nya yang mulia sebagai petunjuk bagi manusia, obat bagi kaum mukminin, membimbing kepada yang lebih lurus, menjelaskan jalan petunjuk. (Al-Qur’an) diturunkan pada malam Lailatul Qadar, suatu malam di bulan Ramadhan yang penuh kebaikan. Allah عزّوجلّ, pemilik ‘Arsy yang mulia berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ مَرِيضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah/2: 185)
Ketahuilah saudaraku -mudah-mudahan Allah meberkatimu- sesungguhnya sifat bulan Ramadhan adalah sebagai bulan yang diturunkan padanya Al-Qur’an, dan kalimat sesudahnya dengan huruf (fa) yang menyatakan illat dan sebab:
فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“Barangsiapa yang melihatnya hendaklah berpuasa.”
Memberikan isyarat illat (penjelas sebab) yakni sebab dipilihnya Ramadhan adalah karena bulan tersebut adalah bulan yang diturunkan padanya Al-Qur’an.

2. Dibelengunya Syaithan, Ditutupnya Pintu-Pintu Neraka dan Dibukanya Pintu-Pintu Surga
Pada bulan ini kejelekan menjadi sedikit, karena dibelenggu dan diikatnya jin-jin jahat dengan salasil (rantai), belenggu dan ashfad. Mereka tidak bisa bebas merusak manusia sebagaimana bebasnya di bulan yang lain, karena kaum muslimin sibuk dengan puasa hingga hancurlah syahwat, dan juga karena bacaan Al-Qur’an serta seluruh ibadah yang mendidik dan mebersihkan jiwa. Allah Rabbul ‘Izzati berfirman:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa“ (QS. Al-Baqarah/2: 183)
Maka dari itu ditutupnya pintu-pintu jahannam dan dibukanya pintu-pintu surga, (disebabkan) karena (pada bulan itu) amal-amal shaleh banyak dilakukan dan ucapan-ucapan yang baik berlimpah ruah (yakni ucapan-ucapan yang mengandung kebaikan banyak dilafadzkan oleh kaum mukminin-ed).
Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ
“Jika datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga [dalam riwayat Muslim: ‘Dibukalah pintu-pintu rahmat”] dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu syetan“ (HR. Bukhari 4/97 dan Muslim 1079)
Semuanya itu sempurna di awal bulan Ramadhan yang diberkahi, berdasarkan sabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم :
إِذَا كَانَتْ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلِكَ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ
“Jika telah datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para syetan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu-pintu neraka, tidak ada satu pintu-pintu yang dibuka dan dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu pintu-pun yang tertutup, berseru seorang penyeru ; “Wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah. Dan bagi Allah mempunyai orang-orang yang dibebaskan dari neraka, itu terjadi pada setiap malam.” (HR. Tirmidzi 682 dan Ibnu Khuzaimah 3/188 dari jalan Abi Bakar bin Ayyasy dari Al-A’masy dari Abu Hurairah. Dan sanad hadits ini Hasan)

3. Malam Lailatul Qadar
Engkau telah mengetahui, wahai hamba yang mukmin bahwa Allah Jalla Jallaluhu memilih bulan Ramadhan karena diturunkan padanya Al-Qur’an, dan mungkin untuk mengetahui hal ini dibantu qiyas dengan berbagai cara, diantaranya.
1. Hari yang paling mulia di sisi Allah adalah pada bulan diturunkannya Al-Qur’an hingga harus dikhususkan dengan berbagai macam amalan. Hal ini akan dijelaskan secara terperinci dalam pembahasan malam Lailatul Qadar, Insya Allah.1
2. Sesungguhnya jika satu nikmat dicapai oleh kaum muslimin, mengharuskan adanya tambahan amal sebagai wujud dari rasa syukur kepada Allah. Hal ini berdasarkan firman Allah setelah menceritakan sempurnanya nikmat bulan Ramadhan.
وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (Al-Baqarah/2: 185)
Begitu pula firman Allah Tabaraka wa Ta’ala setelah selesai (menyebutkan) nikmat haji:
فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُواْ اللّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْراً
“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menyebut) Allah. Sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikir lebih banyak dari itu.” (QS. Al-Baqarah/2 : 200).
________________________________________
1. Download eBooknya disini
KEUTAMAAN PUASA
KEWAJIBAN PUASA
MOTIVASI PUASA
ANCAMAN BAGI YANG MENINGGALKAN PUASA
Sumber: almanhaj.or.id dalam software salafidb 4.0 yang menyalinnya dari buku Sifat Puasa Nabi صلي الله عليه وسلم fii Ramadhan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali dan Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid, Terbitan Pustaka Al-Haura dengan Penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata, pada bab-bab tentang Targhib wa Tarhib Puasa. Sumber ini kami dapatkan tanpa teks arab ‘Al-Qur’an dan Hadits’, kemudian kami tambahkan hal tersebut dengan berpedoman pada terbitan Pustaka Imam Syafi’i yang diterbitkan dengan judul Meneladani Shaum Rasulullah صلي الله عليه وسلم dengan penerjemah M. Abdul Ghoffar E.M. dari http://www.ibnumajjah.wordpress.com
Rate this:

KEWAJIBAN PUASA RAMADHAN

PUASA: Keutamaan, Kewajiban, Motivasi Dan Ancamannya


1. Barangsiapa Berbuat Kebajikan Dengan Kerelaan Hati, Maka itu Lebih Baik Baginya

Karena keutamaan-keutamaan di atas, maka Allah mewajibkan kaum muslimin (untuk melakukan ibadah) puasa Ramadhan, karena puasa memutuskan jiwa dari syahwatnya dan menghalangi dari apa yang biasa dilakukan. (Puasa Ramadhan) termasuk perkara yang paling sulit, karena itu kewajibannya-pun diundur sampai tahun kedua hijriyah, setelah hati kaum muslimin kokoh dalam bertauhid dan dalam mengangungkan syiar-syiar Allah, maka Allah membimbing mereka untuk melakukan puasa dengan bertahap. Pada awalnya mereka diberikan pilihan untuk berbuka atau puasa serta diberi semangat untuk puasa, karena puasa masih terasa berat bagi para shahabat -semoga Allah meridhai mereka semuanya-. Barangsiapa yang ingin berbuka kemudian membayar fidyah diperbolehkan, Allah berfirman:
وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْراً فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ وَأَن تَصُومُواْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
” Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan , maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah/2: 184)

2. Barangsiapa yang Mendapatkan Bulan Ramadhan, Hendaknya Berpuasa
Kemudian turunlah kelanjutan ayat tersebut yang menghapuskan hukum di atas, hal ini dikhabarkan oleh dua orang sahabat yang mulia : Abdullah bin Umar dan Salamah bin Al-Akwa’ رضى الله عنهما, keduanya berkata: “Kemudian ayat tersebut di-nasakh (dihapus) oleh ayat berikut ini:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ مَرِيضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah/2: 185)1

Dan dari Ibnu Abi Laila, dia berkata: “Sahabat Muhammad صلی الله عليه وسلم telah menyampaikan kepada kami:
نَزَلَ رَمَضَانَ فَشَقَّ عَلَيْهِم، فَكَانَ مَنْ أَطْعَمَ كُلَّ يَومٍ مِسْكِيْنًا تَرَكَ الصَّوْمَ مِـمَّنْ يُطِيْقُهُ، وَرُخِّصَ لَهُمْ فِي ذَلِكَ، فَنَسَخَتْهَا: وَأَن تَصُومُواْ خَيْرٌ لَّكُمْ، فَأُمِرُوا بِالضَّوْمِ
“Ketika turun kewajiban puasa Ramadhan terasa memberatkan mereka (para sahabat), maka barangsiapa yang tidak mampu diperbolehkan meninggalkan puasa dan memberi makan seorang miskin sebagai keringanan bagi mereka, kemudian hukum ini dihapus oleh ayat: “Berpuasa itu labih baik bagi kalian”, akhirnya mereka disuruh berpuasa.”2
Sejak itu jadilah puasa salah satu simpanan Islam dan menjadi salah satu rukun agama berdasarkan sabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم:
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ
“Islam dibangun atas lima perkara : Syahadat an la ilaha illallah wa anna Muhamamad rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan naik haji ke Baitul Haram serta puasa Ramadhan” (HR. Bukhari 1/47, Muslim 16 dari Ibnu Umar).
________________________________________
1. Hadits dari Ibnu Umar dikeluarkan oleh Bukhari 4/188, dan hadits dari Salamah dikeluarkan oleh Bukhari 8/181, Muslim 1145
2. Diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq (8/181 -Fath), dimausulkan oleh Baihaqi dalam Sunan 4/200, sanadnya Hasan. Diriwayatkan pula -dengan lafadz yang hampir sama namun panjang- oleh Abu Dawud no. 507 dari jalan lain dengan sanad yang Hasan sebagai syawahid. Juga diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam Al-Mustakhraj sebagaimana dalam Taghliqut Ta’liq 3/185 dari jalan yang ketiga dengan sanad yang hasan juga.
KEUTAMAAN PUASA
KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN
MOTIVASI PUASA
ANCAMAN BAGI YANG MENINGGALKAN PUASA
Sumber: almanhaj.or.id dalam software salafidb 4.0 yang menyalinnya dari buku Sifat Puasa Nabi صلي الله عليه وسلم fii Ramadhan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali dan Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid, Terbitan Pustaka Al-Haura dengan Penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata, pada bab-bab tentang Targhib wa Tarhib Puasa. Sumber ini kami dapatkan tanpa teks arab ‘Al-Qur’an dan Hadits’, kemudian kami tambahkan hal tersebut dengan berpedoman pada terbitan Pustaka Imam Syafi’i yang diterbitkan dengan judul Meneladani Shaum Rasulullah صلي الله عليه وسلم dengan penerjemah M. Abdul Ghoffar E.M. dari http://www.ibnumajjah.wordpress.com

 

 

MOTIVASI MENGERJAKAN PUASA RAMADHAN

PUASA: Keutamaan, Kewajiban, Motivasi Dan Ancamannya

1. Pengampunan Dosa
Allah dan Rasul-Nya memberikan targhib (spirit/motivasi) untuk melakukan puasa Ramadhan dengan menjelaskan keutamaan serta tingginya kedudukan puasa, dan kalau seandainya orang yang puasa mempunyai dosa seperti buih di lautan niscaya akan diampuni dengan sebab ibadah yang baik dan diberkahi ini.
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم, (bahwasanya) beliau bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh iman dan ihtisab maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu“1
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه juga, -Rasulullah صلی الله عليه وسلم pernah bersabda:
اَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ
“Shalat yang lima waktu, Jum’at ke Jum’at. Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa yang terjadi di antara senggang waktu tersebut jika menjauhi dosa besar” (HR. Muslim 233)
Masih dari Abu Hurairah رضي الله عنه juga, (bahwasanya) Rasulullah صلی الله عليه وسلم pernah naik mimbar kemudian berkata: Amin, Amin, Amin” Ditanyakan kepadanya: “Ya Rasulullah, engkau naik mimbar kemudian mengucapkan Amin, Amin, Amin?” Beliau bersabda: “Sesungguhnya Jibril عليه السلام datang kepadaku, dia berkata : “Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan tapi tidak diampuni dosanya maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia, katakan “Amin”, maka akupun mengucapkan Amin….”2

2. Dikabulkannya Do’a dan Pembebasan Api Neraka
Rasullullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ عُتَقَاءَ مِنَ النَّارِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ، وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْبِهَا، فَيُسْتَجَابُ لَهُ
“Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka setiap siang dan malam dalam bulan Ramadhan, dan semua orang muslim yang berdo’a akan dikabulkan do’anya“3

3. Orang yang Puasa Termasuk Shidiqin dan Syuhada
Dari ‘Amr bin Murrah Al-Juhani رضي الله عنه,4 ia berkata : Datang seorang pria kepada Nabi صلی الله عليه وسلم kemudian berkata:
يَارَسُولَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ شَهِدْتُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّكَ رَسُولُ اللهِ وَصَلَّيْتُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ وأَدَّيْتُ الزَّكَاةَ وَصُمْتُ رَمَضَانَ وَقُمْتُهُ، فَمِمَنْ أَنَا ؟ قَالَ مِنَ الصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ
“Ya Rasulullah, apa pendapatmu jika aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah, engkau adalah Rasulullah, aku shalat lima waktu, aku tunaikan zakat, aku lakukan puasa Ramadhan dan shalat tarawih di malam harinya, termasuk orang yang manakah aku?” Beliau menjawab. “Termasuk dari shidiqin dan syuhada” (HR. Ibnu Hibban [no.9 Zawaa-id] sanadnya Shahih)
________________________________________
1. Hadits Riwayat Bukhari 4/99, Muslim 759. Makna “Iimanan wahtisaaban” berarti percaya sepenuhnya akan kewajiban puasa tersebut serta mengharapkan pahalanya. Menjalankan puasa dengan sepenuh jiwa tanpa adanya unsur keterpaksaan dan tidak juga merasa keberatan untuk menjalaninya. Berikut ini ungkapan seseorang yang mempunyai gelar Amiirusy Syua’ara’, yaitu Ahmad Syauqi:
“Ramadhan telah berlalu,
datangkanla ia kembali.
Jiwa yang penuh kerinduan,
berjalan mengejar yang dirindukan.”
2. Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah 3/192 dan Ahmad 2/246 dan 254 dan Al-Baihaqi 4/204 dari jalan Abu Hurairah. Hadits ini shahih, asalnya terdapat dalam Shahih Muslim 4/1978. Dalam bab ini banyak hadits dari beberapa orang sahabat, lihatlah dalam Fadhailu Syahri Ramadhan hal.25-34 karya Ibnu Syahin.
3. Hadits Riwayat Bazzar 3142, Ahmad 2/254 dari jalan A’mas, dari Abu Shalih dari Jabir, diriwayatkan oleh Ibnu Majah 1643 darinya secara ringkas dari jalan yang lain, haditsnya Shahih. Demikian juga do’a yang dikabulkan ketika berbuka, sebagaimana akan datang penjelasannya, lihat Misbahuh Azzujajah no. 60 karya Al-Bushri
4. Lihat Al-Ansaab 3/394 karya As-Sam’ani, Al-Lubaab 1/317 karya Ibnul Atsir.
KEUTAMAAN PUASA
KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN
KEWAJIBAN PUASA RAMADHAN
ANCAMAN BAGI YANG MENINGGALKAN PUASA
Sumber: almanhaj.or.id dalam software salafidb 4.0 yang menyalinnya dari buku Sifat Puasa Nabi صلي الله عليه وسلم fii Ramadhan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali dan Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid, Terbitan Pustaka Al-Haura dengan Penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata, pada bab-bab tentang Targhib wa Tarhib Puasa. Sumber ini kami dapatkan tanpa teks arab ‘Al-Qur’an dan Hadits’, kemudian kami tambahkan hal tersebut dengan berpedoman pada terbitan Pustaka Imam Syafi’i yang diterbitkan dengan judul Meneladani Shaum Rasulullah صلي الله عليه وسلم dengan penerjemah M. Abdul Ghoffar E.M. dari http://www.ibnumajjah.wordpress.com

 

ANCAMAN BAGI ORANG YANG MEMBATALKAN PUASA RAMADHAN DENGAN SENGAJA
Dari Abu Umamah Al-Bahili رضي الله عنه, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
بَيْنَمَا أَنَا نَائِمٌ أَتَانِيْ رُجُلاَنِ فَأَخَذَا بِضَبُعِي فَأَتَيَابِيْ جَبَلاً وَعَرًا فَقَالَ: اِصْعَدْ، فَقُلْتُ: إِنِّي لاَ أُطِيْقُهُ. فَقَالَ:سَنُسَهِّلُهُ لَكَ. فَصَعِدْتُ، حَتَّي إِذَا كُنْتُ فِي سَوَادِ الْجَبَلِ إِذَا بِأَصْوَاتِ شَدِيْدَةٍ. قُلْتُ: مَا هَذِهِ الْأَصْوَاتُ؟ قَالُوا: هَذَا عُوَاءُ أَهْلِ النَّارِ ثُمَّ انْطَلَقَ بِي، فَإِذَا أَنَا بِقَوْمٍ مُعَلَّقِيْنَ بِعَرَاقِيْبِهِمْ، مُشَقَّقَةً أَشْدَاقُهُمْ، تَسِيلُ أَشْدَاقُهُمْ دَمًا. قَالَ: الَّذِيْنَ يُفْطِرُوْنَ قَبْلَ تَحِلَّةِ صَوْمِهِمْ
“Ketika aku tidur, datanglah dua orang pria kemudian memegang dua lenganku, membawaku ke satu gunung yang kasar (tidak rata), keduanya berkata, “Naik”. Aku katakan, “Aku tidak mampu”. Keduanya berkata, ‘Kami akan memudahkanmu’. Akupun naik hingga sampai ke puncak gunung, ketika itulah aku mendengar suara yang keras. Akupun bertanya, ‘Suara apakah ini?’. Mereka berkata, ‘Ini adalah teriakan penghuni neraka’. Kemudian keduanya membawaku, ketika itu aku melihat orang-orang yang digantung dengan kaki di atas, mulut mereka rusak/robek, darah mengalir dari mulut mereka. Aku bertanya, ‘Siapa mereka?’ Keduanya menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum halal puasa mereka (sebelum tiba waktu berbuka puasa).”1
Adapun hadits yang diriwayatkan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَلاَ مَرَضٍ لَـمْ يَقْضِهِ صَوْمُ الدَّهْرِ وَإِنْ صَامَهُ
“Barangsiapa berbuka satu hari saja pada bulan Ramadhan bukan karena udzur ataupun sakit (dengan sengaja), tidak akan bisa diganti walau dengan puasa sepanjang zaman kalau dia lakukan.”
Hadits ini lemah, tidak shahih. Pembahasan hadits ini secara rinci akan di bahas di akhir kitab ini.2
________________________________________
1. Riwayat An-Nasa’i dalam Kitab Al-Kubra sebagaimana dalam Tuhfatul Asyraf 4/166 dan Ibnu Hibban (no.1800-Zawaidnya) dan Al-Hakim 1/430 melalui beberapa jalan dari Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, dari Salim bin ‘Amir dari Abu Umamah. Sanadnya Shahih
2. InsyaAllah e-Booknya akan di posting pula di Blog Ibnu Majjah
KEUTAMAAN PUASA
KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN
KEWAJIBAN PUASA RAMADHAN
MOTIVASI MENGERJAKAN PUASA RAMADHAN
Sumber: almanhaj.or.id dalam software salafidb 4.0 yang menyalinnya dari buku Sifat Puasa Nabi صلي الله عليه وسلم fii Ramadhan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali dan Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid, Terbitan Pustaka Al-Haura dengan Penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata, pada bab-bab tentang Targhib wa Tarhib Puasa. Sumber ini kami dapatkan tanpa teks arab ‘Al-Qur’an dan Hadits’, kemudian kami tambahkan hal tersebut dengan berpedoman pada terbitan Pustaka Imam Syafi’i yang diterbitkan dengan judul Meneladani Shaum Rasulullah صلي الله عليه وسلم dengan penerjemah M. Abdul Ghoffar E.M. dari http://www.ibnumajjah.wordpress.com

Ramadhan, Sabar, dan Kecerdasan Emosi

puasa-selamat-300x262`

Ramadhan, Sabar, dan Kecerdasan Emosi

Soal kecerdasan emosi (emotional intelligence) sering dibicarakan banyak orang. Padahal, puasa secara otomatis melatih hal itu

Oleh: Alwi Alatas

Hidayatullah.com–Ramadhan kembali hadir di tengah-tengah kita. Kaum Muslimin menyambutnya dengan perasaan gembira. Hanya saja, sebagian menyambutnya dengan rasa syahdu, sementara yang lain menyambutnya sebatas sebuah tradisi yang dijalankan setiap tahun.

Sebagian menjadikan Ramadhan sebagai sarana perbaikan diri, sementara yang lain tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari bulan yang luar biasa ini, selain lapar, haus, dan letih belaka. Sungguh sayang sekiranya kita berpuasa sebulan penuh tapi tidak mendapatkan apa-apa, tidak ada perbaikan diri yang dicapai saat keluar dari bulan yang mulia ini.

Bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan. Selain dikenal sebagai Syahrul Qur’an, Syahrul Jihad, dan beberapa nama lainnya seperti penuh barokah, atau belan bonus; bulan Ramadhan juga dikenal sebagai Syahrus Shabr, bulan kesabaran. Pada bulan Ramadhan kita memang dituntut untuk banyak bersabar dan menahan diri.

Dengan berpuasa, kita harus bersabar dari rasa lapar dan haus yang kita tanggung sejak pagi hari hingga matahari terbenam. Kita juga harus bersabar dan menahan lidah kita dari mengucapkan yang tidak baik atau marah-marah. Jika ada yang mengajak berkelahi, kita dianjurkan untuk bersabar dan menjelaskan kepada orang itu bahwa kita sedang berpuasa.

Saat berbuka puasa kita juga dianjurkan bersabar dan tidak menghabiskan terlalu banyak makanan. Kita juga dianjurkan untuk memperbanyak bacaan Al-Quran dan shalat malam pada bulan Ramadhan. Semuanya membutuhkan kesabaran.

Istilah sabar sangat akrab di telinga kaum Muslimin, tetapi tidak semua orang memahami dan menghargai kesabaran. Tidak jarang kesabaran diidentikkan dengan kelemahan dan ketidakberdayaan. Orang yang sabar kadang dilihat sebagai orang yang pengalah dan tak berdaya.

Padahal sabar adalah sumber kekuatan.

Di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa satu orang yang sabar mampu mengalahkan sepuluh lawan dalam pertempuran, atau setidaknya mereka mampu menghadapi lawan sebanyak dua kali jumlah mereka (QS 8: 65-66). Ia juga merupakan suatu anugerah yang besar. Tentang ini Rasulullah SAW bersabda, “…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (Muttafaqun Alaih)

Kesabaran merupakan karakter yang sangat mulia dan ia bisa diraih dengan cara melatih dan membiasakan diri dengannya. Rasulullah SAW pernah menjelaskan, “…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…” (HR. Bukhari). Bulan Ramadhan merupakan kesempatan yang besar bagi seorang Muslim untuk melatih kesabaran. Ia dilatih untuk mengontrol jiwanya dari pengaruh hawa nafsunya. Dengan begitu ia bisa keluar dari bulan Ramadhan sebagai pribadi yang kuat dan pandai mengendalikan diri dan emosinya.

Sabar memiliki pengertian yang luas. Secara umum para ulama menjelaskan bahwa sabar memiliki tiga aspek, yaitu sabar dalam menjalankan perintah Allah, sabar menahan diri dari yang dilarang oleh-Nya, dan sabar terhadap ketetapan-Nya. Menariknya, konsep sabar juga mencakupi hampir seluruh pengertian kecerdasan emosi (emotional intelligence).

Dalam beberapa tahun belakangan ini, kecerdasan emosi sering diperbincangkan dan dianggap tidak kalah penting, atau malah lebih penting, dari kecerdasan intelektual (IQ). Kecerdasan emosi dipercayai oleh sebagaian ahli sebagai faktor yang lebih penting dalam menjamin kesuksesan seseorang. Dan tidak seperti IQ, kecerdasan emosi bisa dilatih dan dikembangkan.

Jika kita memperhatikan penjelasan tentang kecerdasan emosi, ternyata konsep kecerdasan ini juga tercakup dalam konsep kesabaran sebagaimana akan dibahas nanti. Tapi sebelumnya, marilah kita perhatikan penjelasan umum tentang kecerdasan emosi terlebih dahulu.

Apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosi? Kapan dikatakan seseorang memiliki emosi yang cerdas? Setidaknya ada dua ciri-ciri kecerdasan emosi. Pertama, seorang dikatakan memiliki kecerdasan emosi ketika ia mampu mengendalikan emosinya. Orang yang tidak pandai mengendalikan emosi, atau orang yang sering dikendalikan oleh emosinya, merupakan orang yang tidak cerdas secara emosi.

Emosi memiliki banyak bentuk. Ia bisa berupa kemarahan, rasa takut, rasa cinta atau keinginan yang kuat, rasa cemas, dan lain sebagainya. Seorang yang tidak pandai mengendalikan emosi-emosi ini merupakan orang yang tidak cerdas secara emosi.

Seorang yang memiliki IQ tinggi tapi tidak pandai mengontrol emosinya, boleh jadi akan menjumpai kegagalan dalam hidupnya. Di Amerika Serikat pernah ada kasus di mana seorang anak SMA memiliki nilai sangat bagus. Ia lulus dengan nilai hampir semuanya sembilan dan sepuluh. Tapi ada satu mata pelajaran di mana ia mendapat nilai delapan dan itu membuatnya sangat gelisah.

Ia ingin masuk ke sebuah universitas terbaik dan nilai delapan itu merupakan penghalang bagi cita-citanya. Ia mendatangi guru mata pelajaran terkait dan memohon agar bisa menaikkan nilainya. Guru tersebut menolak dan menyatakan kalau nilainya sudah final. Anak ini begitu kecewa dan frustrasi. Ia merasa marah dan takut gagal. Ia merasa kesal dengan sang guru sampai akhirnya ia menikam guru itu dengan senjata tajam.

Begitulah, anak dengan nilai pelajaran begitu tinggi, akhirnya melanjutkan kariernya ke penjara. Kasus ini memperlihatkan betapa kecerdasan emosi bisa lebih menentukan dibandingkan IQ dalam menentukan kesuksesan seseorang. Anak yang cerdas tadi tidak pandai mengendalikan emosinya, dan ia pun akhirnya jatuh dalam masalah yang sangat serius.

Antara kecerdasan dan kesabaran

Ciri-ciri pertama dari kecerdasan emosi ini sudah tercakup di dalam konsep sabar menurut Islam. Dalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dikatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari).

Dengan kata lain, orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan emosinya. Walaupun Rasulullah tidak secara khusus menyebutkan kata sabar di dalam hadith ini, tapi para ulama menjelaskan hadith ini dalam konteks kesabaran. Orang yang mampu mengendalikan emosinya adalah orang yang sabar. Ketika ia berhadapan dengan situasi yang mendorongnya merespon dengan emosi negatif, maka dalam situasi semacam itu ia tetap mampu memilih respons emosi yang positif.

Ini seperti yang digambarkan oleh Abdullah bin Mas’ud ketika ia berkata, “Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudian ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, ‘Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari) Orang-orang semacam ini adalah orang-orang yang kuat, orang-orang yang sabar, dan orang-orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi.

Ciri yang kedua dari kecerdasan emosi adalah ’kemampuan dalam menunda pemuasan.’ Orang yang cerdas emosinya, memiliki kemampuan untuk menunda pemuasan dirinya. Sementara orang yang tidak cerdas secara emosi, cenderung ingin memuaskan dirinya sesegera mungkin.

Orang-orang yang mau menunda pemuasan dirinya, melakukan hal itu karena mereka ingin mendapatkan kepuasan yang lebih sempurna di masa depan. Dan itu hanya bisa dilakukan dengan cara menunda pemuasan yang ada saat ini. Oleh karenanya, orang yang cerdas secara emosi memiliki potensi lebih besar dalam meraih keberhasilan dalam hidup.

Mari kita ambil permisalan. Seorang anak memutuskan untuk belajar dan menahan keinginannya nonton TV demi meraih keberhasilan di masa depan. Nonton TV merupakan kepuasan yang segera. Namun dengan menahan diri, ia hendak meraih kepuasan yang lebih besar lagi di masa depan.

Seorang pekerja memutuskan untuk hidup hemat dan menabung, walaupun sebenarnya ia bisa menghabiskan uangnya untuk membeli makanan yang enak-enak atau membeli berbagai kesenangan lainnya. Itu semua merupakan pemuasan diri yang segera. Namun ia memutuskan untuk menundanya demi kepuasan yang lebih besar. Ia menabung dan setelah uangnya banyak ia menginvestasikannya, sehingga ia bisa meraih penghasilan lebih besar suatu saat nanti.

Sekumpulan anak SD di sebuah sekolah di Amerika pernah dites dengan sekeranjang permen marshmallow. Mereka boleh langsung mengambil permen yang lezat tersebut, tapi mereka hanya akan mendapatkan satu buah saja. Adapun yang mau menunggu sepuluh menit akan mendapatkan dua permen.

Sebagian anak langsung berhamburan ke depan dan mengambil satu permen. Mereka mencari pemuasan yang segera. Namun ada sebagian anak yang memilih untuk menunggu sepuluh menit. Mereka menunda pemuasan diri demi kepuasan yang lebih besar: mendapatkan dua buah permen. Nama-nama anak itu dicatat berikut pilihan mereka. Perkembangan hidup mereka diamati. Anak-anak yang mampu menunda pemuasan diri, dengan kata lain anak-anak yang memiliki kecerdasan emosi lebih, terbukti lebih sukses di sekolah dan di dunia kerja.

Perhatikan baik-baik ciri yang kedua di atas. Bukankah ini juga bagian dari konsep kesabaran. Kesabaran juga membimbing seseorang untuk menunda pemuasan diri yang segera demi kepuasan yang lebih besar.

Seorang Muslim diarahkan untuk bersabar dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ketika melakukan itu, ia terhalang dari pemuasan diri yang segera. Tapi semua itu dilakukan demi mencapai kepuasan yang lebih besar dan lebih abadi. Ia dilarang memuaskan diri dengan meminum khamr, karena dengan itu ia akan meraih kepuasan yang lebih sempurna, yaitu kesehatan pikiran dan jiwa.

Ia dilarang memuaskan lidahnya dengan berkata dusta atau membicarakan orang lain, karena dengan itu ia akan mendapatkan kepuasan yang lebih besar berupa kepercayaan dan persahabatan yang tulus. Ia diperintah bersabar mengerjakan shalat dan puasa, karena dengan itu ia akan mendapat kepuasan yang sangat besar berupa ketenangan, kebersihan jiwa, kesehatan, dan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Seorang Muslim memang diperintah bersabar dan menunda pemuasan dirinya, karena agama ini hendak membimbingnya pada kepuasan yang lebih indah dan lebih sempurna.

Ketika seorang berpuasa di bulan Ramadhan, ia terpaksa bersabar dan menunda pemuasan yang segera berupa makan di saat perutnya terasa lapar dan minum tatkala ia merasa haus. Namun, pada akhirnya ia akan mendapatkan kepuasan dan kegembiraan yang lebih tinggi dan agung. Rasulullah SAW bersabda, ”… Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan (farhatain), yaitu kegembiraan tatkala ia berbuka dan kegembiraan tatkala ia bertemu dengan Rabb-nya….” (Muttafaq ’alaihi).

Coba perhatikan bagaimana rasanya ketika kita berbuka puasa setelah seharian menahan haus dan lapar. Bukankah rasanya nikmat sekali? Bukankah kepuasannya jadi berlipat ganda? Belum lagi kepuasan jangka panjang lainnya yang akan ia raih: kesehatan tubuh, dan juga perjumpaan dengan Rabb-nya di surga kelak.

Berdasarkan penjelasan di atas kita bisa menyimpulkan bahwa puasa di bulan Ramadhan merupakan suatu sarana penting dalam melatih kesabaran. Melatih kesabaran secara otomatis juga berarti melatih kecerdasan emosi. Karena orang yang sabar adalah orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi.

Ketika berpuasa seorang Muslim diarahkan untuk bersabar dan menahan/mengendalikan emosinya. Ketika berpuasa ia juga dibimbing untuk menunda pemuasan dirinya. Ini semua juga merupakan ciri-ciri kecerdasan emosi. Melalui ibadah Ramadhan ini, seharusnya kaum Muslimin bisa membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih sabar. Seharusnya ia bisa keluar dari bulan Ramadhan sebagai pribadi yang lebih cerdas secara emosi.

Dengan demikian, melalui bulan Ramadhan seorang Muslim seharusnya mampu membentuk kepribadiannya menjadi seorang yang siap untuk meraih kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup. Karena Ramadhan mempersiapkan diri kita untuk menjadi pribadi yang berprestasi dan siap menghadapi tantangan dan kesulitan hidup. Semua itu akan bisa diraih sekiranya kita menjalaninya dengan pemahaman dan kesungguhan. Wallahu a’lam bis showab [AA/www.hidayatullah.com]

Menyambut Bulan Ramadhan

Salah Kaprah Menyambut Bulan Romadhan

Tema ini sengaja kami bahas, dengan harapan bisa lebih memurnikan niat dan aktivitas selama bulan romadhan tahun ini. Penulis menyadari bahwa sebenarnya kita sudah mengerti dan mengamalkan ibadah romadhan ini selama bartahun-tahun, namun ada baiknya kita review sejenak hal-hal yang tidak relevan dengan ibadah romadhon. Ibarat mau makan, mari kita singkirkan dulu hal-hal yang tidak layak untuk dimakan misalnya kemasan plastik, bungkus dan lain-lain, agar kita benar-benar dapat merasakan nikmatnya ibadah romadhan. Berikut beberapa kekeliruan yang sering kita jumpai atau dilakukan terkait dengan ibadah romadhan.

1. Istilah Bulan Suci Romadhan
Kita sering mendengar istilah Bulan Suci Romadhan. Istilah ‘bulan suci’ memang ada dalam Al-Quran surat At-Taubah 5, “Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu…”. Yang dimaksud dengan bulan suci atau bulan haram dalam ayat ini ialah bulan Dzulqoidah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Bulan romadhan bukanlah bulan suci seperti disebut dalam ayat tersebut. Jadi istilah bulan suci romadhon sebenarnya kurang tepat digunakan.

Istilah yang cocok dan boleh dipadankan ialah bulan ibadah, bulan barkah dan bulan magfirah. Di antara ketiga istilah ini yang paling tepat digunakan ialah bulan ibadah, karena tidak ada status shaum yang menjadi rukun islam ketiga selain shaum di bulan romadhon. Untuk memastikan bahwa ibadah shaum yang rukun islam ketiga ini semata-mata hanya di bulan romadhan, secara syari’at diharamkan berpuasa pada tanggal 30 syaban dan 1 syawal.

Status ibadah romadhan bukanlah dihitung harian, melainkan penuh selama satu bulan siang dan malam. Di siang hari kita melakukan shiam dan di malam hari melakukan qiyam. Itulah yang dimaksud dengan siaamu romadhon dan qiyaamu romadhan. Jadi sepatutnya kita menggunakan waktu selama satu bulan romadhan itu dengan ibadah siang dan malam tidak sekedar puasa di siang hari saja.

2. Shalat 5 Waktu Berjamaah
Nabi Muhammad saw seumur hidupnya selalu melaksanakan shalat berjamaah lima waktu di mesjid kecuali kalau ada perjalanan ke luar Madinah. Maka di bulan Romadhon sudah seharusnya mesjid terisi penuh setiap waktu sholat, tidak hanya saat tarawih saja. Menjadi salah kaprah, kalau kita menganggap shalat tarawih lebih utama dibandingkan sholat isya berjamaah. Untuk itu marilah kita bulatkan niat dan tekad untuk selalu sholat berjamaah lima waktu di mesjid. Di manapun kita berada kalau sudah saatnya adzan, maka carilah mesjid untuk shalat berjamaah.

Rosul sangat menekankan shalat berjamaah ini, beliau bahkan mau membakar rumah yang penghuninya tidak shalat berjamaah. Begitupun saat seorang sahabat yang buta (Umi Maktub) minta dispensasi agar tidak shalat berjamaah, nabi tetap menyuruhnya untuk shalat berjamaah di mesjid.

Selain sholat berjamaah lima waktu, wujud nyata Qiyam ramadhan yang harus kita bangun dan dilakukan secara proaktif yaitu sebagai berikut Khatam al-Quran, Itikaf pada sepuluh hari terakhir serta Zakat dan sedekah.

3. Ngabuburit

Sudah menjadi tradisi di Indonesia, seseorang melaksanakan aktivitas ngabuburit untuk menunggu datangnya adzan maghrib dengan kegiatan yang kurang berpahala. Padahal yang paling utama untuk menunggu adzan adalah membaca al-Quran, Dzikir, dan ibadah lainnya di mesjid, sehingga bisa shalat maghrib berjamaah.

4. Berpuasa Tanpa Menutup Aurat
Khusus bagi kaum perempuan, dengan sadar kita selalu menutup aurat saat melaksanakan ibadah sholat, namun tidak sadar saat berpuasa tidak menutup aurat. Status ibadah shaum pada dasarnya sama dengan ibadah shalat, sehingga orang yang melakukan shaum wajib menutup aurat.

5. Undangan Buka Puasa di Rumah Pejabat (Hotel dan Restoran)
Undangan buka puasa di rumah pejabat atau hotel pada hakikatnya bertentangan dengan semangat ramadhan sebagai bulan ibadah dan bulan peduli faqir miskin. Saat buka bersama dilakukan di hotel, maka kemungkinan besar shalat maghribnya bukan di mesjid sehingga rumah Alloh menjadi sepi.

Berdasarkan hal ini, bukan berarti kita tidak boleh melaksanakan buka puasa, namun alangkah baiknya kalau kita melaksanakannya dengan tidak bertentangan dengan sunnah yaitu sebagai berikut:
• Ta’jil dilaksanakan di mesjid terdekat rumah pengundang
• Shalat maghrib dan isya dilaksanakan dengan berjamaah di mesjid terdekat
• Undangan mencakup golongan fakir dan miskin
• Makanan tidak mewah dan tidak berlebihan

6. Bedug, Petasan dan Ketupat
Bedug bukanlah berasal dari tradisi islam dan tidak ada hubungan syariah dengan ibadah islam, ia hanya tradisi semata. Sebenarnya bedug bermanfaat bagi umat islam yang hidup pada zaman belum ada jam dan pengeras suara. Kalau keberadaan bedug hanya sebagai hiasan mesjid maka boleh-boleh saja, namun kalau bedug dipercaya harus menjadi bagian dari kesempurnaan mesjid maka itu sudah termasuk perkara bid’ah.
Kalau melihat kuil-kuil yang ada di Thailand, maka akan kita jumpai bedug-bedug yang sama bentuknya dengan mesjid Indonesia. Jadi sebenarnya bedug di Indonesia sudah ada sejak jaman Budha sebelum islam datang.
Petasan berasal dari tradisi china dan tidak relevan dengan ibadah dan syariah islam. Namun petasan ada sifat yang bertentangan dengan islam yakni merusak, mengganggu orang lain, riya atau ujub, tabdzir (mubadzir), dan israf (berlebihan)

MERAIH KEMENANGAN DI BULAN RAMADHAN

Meraih Kemenangan di Bulan Ramadhan
﴿ رمضان شهر الانتصار ﴾
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Penyusun : Redaktur Assalafy.org

 

 

Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

logo_IslamHouse

 

2009 – 1430

 

 

﴿ رمضان شهر الانتصار ﴾
« باللغة الإندونيسية »
تأليف : القسم العلمي بموقع السلفي Assalafy.org ” ”
مراجعة: إيكو هاريانتو أبو زياد

 

logo Islam house

 

2009 – 1430

 

 

Meraih Kemenangan di Bulan Ramadhan
Tiba saatnya kaum muslimim menyambut tamu agung bulan Ramadhan, tamu yang dinanti-nanti dan dirindukan kedatangannya. Sebentar lagi tamu itu akan bertemu dengan kita. Tamu yang membawa berkah yang berlimpah ruah. Tamu bulan Ramadhan adalah tamu agung, yang semestinya kita bergembira dengan kedatangannya dan merpersiapkan untuk menyambutnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ )يونس/ 58 )
“Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa mereka yang kumpulkan (dari harta benda). (Yunus: 58)

Yang dimaksud dengan “karunia Allah” pada ayat di atas adalah Al-Qur’anul Karim (Lihat Tafsir As Sa’di).

Bulan Ramadhan dinamakan juga dengan Syahrul Qur’an (Bulan Al Qur’an). Karena Al-Qur’an diturunkan pada bulan tersebut dan pada setiap malamnya Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam untuk mengajari Al-Qur’an kepada beliau. Bulan Ramadhan dengan segala keberkahannya merupakan rahmat dari Allah. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu lebih baik dan lebih berharga dari segala perhiasan dunia.

‘Ulama Ahli Tafsir terkemuka Al-Imam As-Sa’di rahimahullah berkata dalam tafsirnya: “Bahwasannya Allah memerintahkan untuk bergembira atas karunia Allah dan rahmat-Nya karena itu akan melapangkan jiwa, menumbuhkan semangat, mewujudkan rasa syukur kepada Allah, dan akan mengokohkan jiwa, serta menguatkan keinginan dalam berilmu dan beriman, yang mendorang semakin bertambahnya karunia dan rahmat (dari Allah). Ini adalah kegembiraan yang terpuji. Berbeda halnya dengan gembira karena syahwat duniawi dan kelezatannya atau gembira diatas kebatilan, maka itu adalah kegimbiraan yang tercela. Sebagaimana Allah berfirman tentang Qarun,

“Janganlah kamu terlalu bangga, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri.” (Al Qashash: 76)

Karunia dan rahmat Allah berupa bulan Ramadhan juga patut untuk kita sampaikan dan kita sebarkan kepada saudara-saudara kita kaum muslimin. Agar mereka menyadarinya dan turut bergembira atas limpahan karunia dan rahmat dari Allah. Allah berfirman :
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ (11(

“Dan terhadap nikmat dari Rabb-Mu hendaklah kamu menyebut-nyebutnya.” Adh-Dhuha: 11)

Dengan menyebut-nyebut nikmat Allah akan mendorong untuk mensyukurinya dan menumbuhkan kecintaan kepada Dzat yang melimpahkan nikmat atasnya. Karena hati itu selalu condong untuk mencintai siapa yang telah berbuat baik kepadanya.

Para pembaca yang mulia, ….

Maka sudah sepantasnya seorang muslim benar-benar menyiapkan diri untuk menyambut bulan yang penuh barakah itu, yaitu menyiapkan iman, niat ikhlash, dan hati yang bersih, di samping persiapan fisik.

Ramadhan adalan bulan suci yang penuh rahmat dan barakah. Allah Subhanahu wa Ta’ala membuka pintu-pintu Al-Jannah (surga), menutup pintu-pintu neraka, dan membelenggu syaithan. Allah ‘Azza wa Jalla melipat gandakan amalan shalih yang tidak diketahui kecuali oleh Dia sendiri. Barangsiapa yang menyambutnya dengan sungguh-sungguh, bershaum degan penuh keimanan dan memperbanyak amalan shalih, serta menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang bisa merusak ibadah shaumnya, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla akan mengampuni dosa-dosanya dan akan melipatkan gandakan pahalanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبٍ

“Barang siapa yang bershaum dengan penuh keimanan dan harapan (pahala dari Allah), niscaya Allah mengampuni dosa-dosa yang telah lampau.” (Muttafaqun ‘alahi)

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam juga bersabda :

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Setiap amalan bani Adam akan dilipat gandakan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, Allah I berfirman: “kecuali ibadah shaum, shaum itu ibadah untuk-Ku dan Aku sendiri yang membalasnya.” (HR. Muslim)

Masih banyak lagi keutamaan dan keberkahan bulan Ramadhan yang belum disebutkan dan tidak cukup untuk disebutkan di sini.

Namun yang terpenting bagi saudara-saudaraku seiman, adalah mensyukuri atas limpahan karunia Allah dan rahmat-Nya. Janganlah nikmat yang besar ini kita nodai dan kita kotori dengan berbagai penyimpangan dan kemaksiatan. Nikmat itu akan semakin bertambah bila kita pandai mensyukurinya dan nikmat itu akan semakin berkurang bahkan bisa sirna bila kita mengkufurinya.

Termasuk sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah, pada bulan yang penuh barakah ini kita ciptakan suasa yang penuh kondusif. Jangan kita nodai dengan perpecahan. Kewajiban kita seorang muslim mengembalikan segala urusan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta kepada para ulama bukan berdasarkan pendapat pribadi atau golongan.

Permasalah yang sering terjadi adalah perbedaan dalam menentukan awal masuknya bulan Ramadhan. Wahai saudara-saudaraku, ingatlah sikap seorang muslim adalah mengembalikan kepada Kitabullah (Al-Qur’an) dan As Sunnah dengan bimbingan para ulama yang terpercaya.

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam telah menetukan pelaksanaan shaum Ramadhan berdasarkan ru`yatul hilal. Beliau bersabda :
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ
“Bershaumlah kalian berdasarkan ru`yatul hilal dan ber’idul fithrilah kalian berdasarkan ru`yatul hilal. Apabila (hilal) terhalangi atas kalian, maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” HR. Al-Bukhari dan Muslim

Nabi Shallallahu ‘alahi wa Sallam juga menentukan pelaksanaan shaum Ramadhan secara kebersamaan. Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam bersabda:

اَلصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ، وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ، وَاْلأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ

“Shaum itu di hari kalian (umat Islam) bershaum, (waktu) berbuka/beriedul Fitri adalah pada saat kalian berbuka/beriedul Fitri, dan (waktu) berkurban/Iedul Adha di hari kalian berkurban.” (HR. At Tirmidzi dari shahabat Abu Hurairah)

Al-Imam At-Tirmidzi berkata: “Sebagian ahlul ilmi menafsirkan hadits Abu Hurairah di atas

dengan perkataan (mereka), ‘sesungguhnya shaum dan ber’Idul Fitri itu (dilaksanakan) bersama Al-Jama’ah (Pemerintah Muslimin) dan mayoritas umat Islam’.” (Tuhfatul Ahwadzi 2/37)

Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata: “Seseorang (hendaknya) bershaum bersama pemerintah dan jama’ah (mayoritas) umat Islam, baik ketika cuaca cerah ataupun mendung.” Beliau juga berkata: “Tangan Allah bersama Al-Jama’ah.” (Majmu’ Fatawa 25/117)

Al-Imam Abul Hasan As-Sindi berkata: “Yang jelas, makna hadits ini adalah bahwasanya perkara-perkara semacam ini (menentukan pelaksanaan shaum Ramadhan, Iedul Fithri dan Iedul Adha –pen) keputusannya bukanlah di tangan individu, dan tidak ada hak bagi mereka untuk melakukannya sendiri-sendiri. Bahkan permasalahan semacam ini dikembalikan kepada pemerintah dan mayoritas umat Islam, dan dalam hal ini setiap individu pun wajib untuk mengikuti pemerintah dan mayoritas umat Islam. Maka dari itu, jika ada seseorang yang melihat hilal (bulan sabit) namun pemerintah menolak persaksiannya, sudah sepatutnya untuk tidak dianggap persaksian tersebut dan wajib baginya untuk mengikuti mayoritas umat Islam dalam permasalahan itu.” (Ash-Shahihah 2/443)

Menaati pemerintah merupakan prinsip yang harus dijaga oleh umat Islam. Terlebih pemerintah kita telah berupaya menempatkan utusan-utusan pada pos-pos ru’yatul hilal di d berbagai daerah di segenap nusantara ini. Rasulullah saw. bersabda :

مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ، وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيْرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ عَصَى أَمِيْرِي فَقَدْ عَصَانِي

“Barangsiapa menaatiku berarti telah menaati Allah, barangsiapa menentangku berarti telah menentang Allah, barangsiapa menaati pemimpin (umat)ku berarti telah menaatiku, dan barang siapa menentang pemimpin (umat)ku berarti telah menentangku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari shahabat Abu Hurairah)

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: “Di dalam hadits ini terdapat keterangan tentang kewajiban menaati para pemerintah dalam perkara-perkara yang bukan kemaksiatan. Adapun hikmahnya adalah untuk menjaga persatuan dan kebersamaan (umat Islam), karena di dalam perpecahan terdapat kerusakan.” (Fathul Bari, 13/120).

Sebagai rasa syukur kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala pula hendaklah kita hidupkan bulan yang penuh barakah itu dengan amalan-amalan shalih, amalan-amalan yang ikhlash dan mencocoki sunnah Rasulullah. Kita menjauhkan dari amalan-amalan yang tidak ada contoh dari Rasulullah. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah berwasiat :

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

“Barangsiapa yang membuat-buat amalan baru dalam agama kami yang bukan bagian darinya, maka perbuatannya tersebut tertolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda :

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada contoh dari kami, maka amalannya tersebut tertolak.” (HR. Muslim)

Para ‘ulama berkata : “Bahwa hadits merupakan kaidah agung di antara kaidah-kaidah Islam. Ini merupakan salah satu bentuk jawami’ kalim (kalimat singkat namun bermakna luas) yang dimikili oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Hadits ini sangat jelas dalam membatalkan semua bentuk bid’ah dan hal-hal baru yang dibuat dalam agama. Lafazh kedua lebih bersifat umum, karena mencakup semua orang yang mengamalkan bid’ah, walaupun pembuatnya orang lain.”

Termasuk perbuatan yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah perbuatan yang banyak dilakukan oleh kaum muslimin dalam menyambut bulan Ramadhan dengan amalan atau ritual tertentu, di antaranya :

1. Apa yang dikenal dengan acara Padusan. Yaitu mandi bersama-sama dengan masih mengenakan busana, terkadang ada yang memimpin di suatu sungai, atau sumber air, atau telaga. Dengan niat mandi besar, dalam rangka membersihkan jiwa dan raga sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Sampai-sampai ada di antara muslimin yang berkeyakinan Kalau sekali saja terlewat dari ritual ini, rasanya ada yang kurang meski sudah menjalankan puasa. Jelas perbuatan ini tidak pernah diajarkan dan tidak pernah diterapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Demikian juga para shahabat, para salafus shalih, dan para ‘ulama yang mulia tidak ada yang mengamalkan atau menganjurkan amaliah tersebut. Sehingga kaum muslimin tidak boleh melakukan ritual ini.

Belum lagi, dalam ritual Padusan ini, banyak terjadi kemungkaran. Ya, jelas-jelas mandi bersama antara laki-laki dan perempuan. Jelas ini merupakan kemungkaran yang sama sekali bukan bagian dari ajaran Islam.

2. Nyekar di kuburan leluhur.

Tak jarang dari kaum muslimin, menjelang Ramadhan tiba datang ke pemakaman. Dalam Islam ada tuntunan ziarah kubur, yang disyari’atkan agar kaum muslimin ingat bahwa dirinya juga akan mati menyusul saudara-saudaranya yang telah meninggal dunia lebih dahulu, sehingga dia pun harus mempersiapkan dirinya dengan iman dan amal shalih. Namun ziarah kubur, yang diistilahkan oleh orang jawa dengan nyekar, yang dikhususkan untuk menyambut Ramadhan tidak ada tuntunannya dalam syari’at Islam. Apalagi mengkhusukan nyekar di kuburan leluhur. Ini adalah perkara baru dalam agama. Tak jarang dalam ziarah kubur tercampur dengan kemungkaran. Yaitu sang peziarah malah berdoa kepada penghuni kubur, meminta-minta pada orang yang sudah mati, atau ngalap berkah dari tanah kuburan! Ini merupakan perbuatan syirik!

3. Minta ma’af kepada sesama menjelang datangnya Ramadhan.

Dengan alasan agar menghadapi bulan Ramadhan dengan hati yang bersih, sudah terhapus beban dosa terhadap sesama. Bahkan di sebagian kalangan diyakini sebagai syarat agar puasanya sempurna.

Tidak diragukan, bahwa meminta ma’af kepada sesama adalah sesuatu yang dituntunkan dalam agama, meningat manusia adalah tempat salah dan lupa. Meminta ma’af di sini umum sifatnya, bahkan setiap saat harus kita lakukan jika kita berbuat salah kepada sesama, tidak terkait dengan waktu atau acara tertentu. Mengkaitkan permintaan ma’af dengan Ramadhan, atau dijadikan termasuk cara untuk menyambut Ramadhan, maka jelas ini membuat hal baru dalam agama. Amaliah ini bukan bagian dari tuntunan syari’at Islam.

Itulah beberapa contoh amalan yang tidak ada tuntunan dalam syari’at yang dijadikan acara dalam menyambut bulan Ramadhan. Sayangnya, amaliah tersebut banyak tersebar di kalangan kaum muslimin.

Semestinya dalam menyambut Ramadhan Mubarak ini kita mempersiapkan iman dan niat ikhlash kita. Hendaknya kita berniat untuk benar-benar mengisi Ramadhan ini dengan meningkatkan ibadah dan amal shalih. Baik puasa itu sendiri, memperbaiki kualitas ibadah shalat kita, berjama’ah di masjid, qiyamul lail (shalat tarawih), tilawatul qur’an, memperbanyak dzikir, shadaqah, dan berbagai amal shalih lainnya.

Tentunya itu semua butuh iman dan niat yang ikhlash, disamping butuh ilmu tentang bagaimana tuntunan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam melaksanakan berbagai amal shalih tersebut. agar amal kita menjadi amal yang diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Juga perlu adanya kesiapan fisik, agar tubuh kita benar-benar sehat sehingga bisa menjalankan berbagai ibadah dan amal shalih pada bulan Ramadhan dengan lancar.

Puncak dari itu semua adalah semoga puasa dan semua amal ibadah kita pada bulan Ramadhan ini benar-benar bisa mengantarkan kita pada derajat taqwa di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.
Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang gagal dalam Ramadhan ini. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :

رب صائم ليس له من صيامه إلا الجوع، ورب قائم ليس له من قيامه إلا السهر
“Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak ada yang ia dapatkan dari puasanya kecuali rasa lapar saja. Dan berapa banyak orang menegakkan ibadah malam hari, namun tidak ada yang ia dapatkan kecuali hanya begadang saja.” (HR. Ibu Majah)

Juga beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :

إن جبريل عليه السلام أتاني فقال من أدرك شهر رمضان فلم يغفر له فدخل النار فأبعده الله قل آمين فقلت آمين
“Sesungguhnya Jibril ‘alaihis salam mendatangiku, dia berkata : ‘Barangsiap yang mendapati bulan Ramadhan namun tidak menyebakan dosanya diampuni dia akan masuk neraka dan Allah jauhkan dia. Katakan amin (wahai Muhammad). Maka aku pun berkata : Amin.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ahmad)

Semoga kita termasuk orang yang mendapat keutamaan dan fadhilah dalam bulan Ramadhan ini. Semoga Allah menyatukan hati-hati kita di atas Islam dan Iman. Dan semoga Allah menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai jembatan menuju keridhaan Allah ‘Azza wa Jallah dan meraih ketaqwaan kepada-Nya.

Wallähu a’lam bishawab …

(Sumber artikel: http://www.assalafy.org/mahad)

 

KHUTBAH JUMAT PILIHAN

bersama membentengi akidah ummat

masjidalfajrblog

DEWAN KEMAKMURAN MASJID AL-FAJR BANDUNG

KHUTBAH JUMAT PILIHAN

bersama membentengi akidah ummat

masjidalfajrblog

DEWAN KEMAKMURAN MASJID AL-FAJR BANDUNG

ARA

Hidup adalah amanah dari Allah Swt.

WordPress.com Apps

Apps for any screen

KHUTBAH JUMAT PILIHAN

bersama membentengi akidah ummat

KHUTBAH JUMAT PILIHAN

bersama membentengi akidah ummat

SITUSARA situs ara

bersama membentengi akidah ummat

"masjid tanpa warna" MASJID AL-FAJR

Membentengi akidah sesuai Al-Quran dan Hadist

ARA-SILSILAH

This WordPress.com site is the cat’s pajamas

ARA FOTO

a. rozak abuhasan