Blog Archives

Dahsyatnya Neraka

nerakaDahsyatnya Neraka

Pembaca yang dirahmati Allah Ta’ala,   Kali ini kita akan membahas tentang kengerian adzab dan kedahsyatan Neraka.

Allah Ta’ala telah menciptakan Neraka, sifat-sifat Neraka telah dijelaskan oleh al-Qur’an dan hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam. Berikut kami sebutkan nama-nama Neraka dan sebagian sifat-sifat Neraka,
Nama-Nama Neraka
1. Lazha, firman Allah Ta’ala,     كَلا إِنَّهَا لَظَى

“Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya Neraka itu adalah api yang bergolak” (QS. al-Ma’arij: 15)
2. Saqar, firman Allah Ta’ala, artinya, “Tahukah kamu apakah (Neraka) Saqar itu?” (QS. al-Mudatsir: 27).

3. Al-Hawiyah, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Maka tempat kembalinya adalah Neraka Hawiyah.” (QS. al-Qariah: 9).

4. Al-Huthamah, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.” (QS. al-Humazah: 4).

5. Al-Jahim, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Maka ia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu di tengah-tengah Neraka Jahim (menyala-nyala).” (QS. as-Shaffat: 55).

6. As-Sa’ir, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Mereka akan masuk ke dalam Sa’ir (api yang menyala-nyala (Neraka)).” (QS. an-Nisa’: 10).

7. Jahanam, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan orang-orang kafir bagi mereka Neraka Jahannam.” (QS. Fathir: 36).

8. An-Nar, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “(Dikatakan kepada mereka),“Inilah Neraka (an-Nar) yang dahulu kamu selalu mendustakannya.”” (QS. at-Thur: 14)

Itulah nama-nama Neraka, Neraka paling dalam adalah Jahanam yang mana merupakan Neraka yang memiliki adzab yang sangat pedih dan Neraka paling bawah adalah Hawiyah atau yang disebut dalam al-Qur’an dengan ad-Darkil Asfal yang disiapkan untuk orang-orang munafik sebagaimana firman Allah Ta’ala,

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari Neraka.” (QS. an-Nisa’: 145)

Pintu Neraka
Neraka memiliki pintu sebagaimana di sebutkan dalam firman Allah Ta’ala, artinya, “Sehingga apabila mereka sampai ke Neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya” (QS. az-Zumar: 71)

Pintu Neraka terdiri dari 7 pintu, sebagaimana firman Allah Ta’ala, artinya, “Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.” (QS. al-Hijr: 44)
Penjaga Neraka
Neraka dijaga oleh 19 malaikat sebagaimana firman Allah Ta’ala, artinya, “Dan di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).” (QS. al-Muddatsir: 30).

Ada yang menafsirkan bahwa maksudnya adalah sembilan belas golongan malaikat.

Ketika ayat ini di dengar oleh Abu Jahal dia berkata, “Nabi Muhammad hanya memiliki 19 penolong saja, apakah tidak bisa tiap seratus lelaki dari kalian menyergap satu dari mereka dan mengeluarkannya dari Neraka?”

Maka Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya, artinya, “Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan dari malaikat.” (QS. al-Muddatsir: 31)

Para malaikat penjaga Neraka memiliki perangai yang sangat keras dan kasar, kasih sayang telah diangkat dari hati mereka. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrim: 6)

Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan, “Tabiat mereka kasar, telah diangkat dari hati mereka rasa kasih sayang kepada orang-orang yang kafir kepada Allah Ta’ala.”

Bahan bakar Neraka
Bahan bakar Neraka adalah sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an, artinya, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” (QS. at-Tahrim: 6)

Bahan bakarnya adalah jasad anak adam dan bebatuan dari para patung yang disembah. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam” (QS. al-Anbiya: 98)

Luasnya Neraka
Neraka sangat luas, antara sisinya saling berjauhan dan jurangnya sangat dalam. Keluasan Neraka digambarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam dalam sabdanya dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, “Kami pernah bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam maka tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh. Maka Nabi Shalallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, “Apakah kalian tahu suara apa itu?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Beliau Shalallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, “Itu adalah suara batu yang dilempar di dalam Neraka sejak 70 tahun yang lalu, batu itu jatuh ke dalam Neraka dan sekarang dia baru sampai di dasarnya.” (HR. Muslim, no. 7346)

Meskipun demikian luas dan besar, namun Neraka telah dijanjikan akan dipenuhi. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (QS. Hud: 119)

Tubuh penghuni Neraka
Allah Ta’ala menjadikan penghuni Neraka bertubuh besar dan tinggi, sampai-sampai jika berdiri hampir setara dengan gunung Uhud dan jarak antara kedua bahunya sejauh perjalanan tiga hari. Rasulullah Shallallohu ‘alaihi Wasallam bersabda,
ضِرْسُ الْكَافِرِ أَوْ نَابُ الْكَافِرِ مِثْلُ أُحُدٍ وَغِلَظُ جِلْدِهِ مَسِيرَةُ ثَلاَثٍ

“(Besar) gigi geraham orang kafir atau gigi taringnya (di Neraka) seperti gunung uhud, dan tebal kulitnya jarak perjalanan tiga hari.” (HR. Muslim: 7364).
Dalam riwayat lain Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya tebal kulit orang kafir (di Neraka) seukuran empat puluh dua hasta, dan gigi gerahamnya seperti gunung Uhud, dan sesungguhnya tempat duduk mereka di Neraka Jahanam sejauh jarak antara Makkah dan Madinah.” (HR. at-Tirmidzi, no. 2577, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Targhib wa Tarhib).

Ranjang penghuni Neraka
Ranjangnya digambarkan dalam firman Allah Ta’ala, artinya, “Mereka mempunyai tikar tidur dari api Neraka dan di atas mereka ada selimut (api Neraka).” (QS. al-A’raf: 41)

Pakaian penghuni Neraka
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api Neraka,” (QS. Ibrahim: 50)

Maksudnya adalah bahwa pakaian mereka dari ter yang dilumurkan ke badan dan tembaga yang memisahkan pakaian.
Allah juga berfirman, artinya, “Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api Neraka” (QS. al-Hajj: 19)

Makanan dan minuman ahli Neraka
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Sesungguhnya pohon zaqqum itu, makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang amat panas.” (QS. ad-Dukhan: 43-46)

Zaqum adalah pohon yang berbuah sangat pahit dan berbau sangat busuk. Penghuni Neraka sangat membenci memakan buah tersebut, padahal itulah jamuan mereka.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَوْ أَنَّ قَطْرَةً مِنَ الزَّقُّومِ قُطِرَتْ فِي دَارِ الدُّنْيَا لأَفْسَدَتْ عَلَى أَهْلِ الدُّنْيَا مَعَايِشَهُمْ ، فَكَيْفَ بِمَنْ يَكُونُ طَعَامَهُ؟

“Jika satu tetes dari zaqqum menetes ke dunia, niscaya akan mengancurkan kehidupan penduduk dunia, lalu bagaimana dengan orang yang memakannya?!” (HR. at-Tirmidzi, no. 2585)

Sedangkan minuman mereka seperti difirmankan Allah Ta’ala, artinya, “Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak pula (mendapat) minuman, selain air mendidih dan nanah.” (QS. an-Naba ‘:24-25)

Maksudnya mereka tidak bisa mendapatkan apa yang mendinginkan hati mereka dan minuman enak yang bisa mereka nikmati kecuali air yang sangat panas dan nanah yang dikumpulkan dari penghuni Neraka.

Keadaan penghuni Neraka
Banyak sekali yang terjadi pada penghuni Neraka, di antaranya yaitu,

Keadaan pertama, Selalu berganti kulit.
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam Neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. an-Nisa’: 56)

Keadaan kedua, Diikat dengan rantai yang membelenggu tangan dan leher mereka.
Firman Allah Ta’ala, artinya, “Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan Neraka yang menyala-nyala.” (QS. al-Insan: 4)

Firman AllahTa’ala, artinya, “Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (QS. al-Haaqah: 32)

Keadaan ketiga, tertimpa air yang sangat panas.
Firman Allah Ta’ala, artinya, “Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka).” (QS. al-Hajj: 19-20)

Keadaan Keempat, dicambuk besi.
Firman Allah Ta’ala, artinya, “Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak ke luar dari Neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan), “Rasakanlah azab yang membakar ini.”” (QS. al-Hajj: 21-22)

Keadaan kelima, Rugi dan menyesal.
Firman Allah Ta’ala, artinya, “Dan mereka membunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu” (QS. Yunus: 54)

Dan firman Allah Ta’ala, artinya, “Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di Neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan” (QS. al-Furqan: 13)

Allah Ta’ala juga berfirman, artinya, “Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni Neraka yang menyala-nyala.”” (QS. al-Mulk: 10)

Demikianlah gambaran Neraka dan kengeriannya. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari adzab Neraka. Aamiin. Wallahu a’lam bish shawab. (Redaksi)

[Sumber: diterjemahkan secara bebas dari makalah Hadzihi Nar (Maktabah Syamillah) dengan beberapa tambahan dari sumber lain]

 Sumber :

http://alsofwah.or.id/?pilih=lihatannur&id=731
Rabu, 05 Juni 13

Edisi Th. XVIII No. 917/ Jum`at I/Rajab 1434 H/ 07 Juni 2013 M

 

re edited & printed by                                                                                                                  

http:// arozakabuhasan.wordpress.com  

http://arozakabuhasan.blogspot.com/

Khutbah Jumat Wasiat Agung Rasulullah (Wasiat Nabi Kepada Ibnu Abbas)

KALIGHRAFI ALLAH-MUHAMMAD

KALIGHRAFI
ALLAH-MUHAMMAD

Wasiat Agung Rasulullah (Wasiat Nabi Kepada Ibnu Abbas)

KHUTBAH PERTAMA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِ يْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. أَمَّا بَعْدُ
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,

Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Kepada-Nyalah kita bersyukur atas limpahan kenikmatan yang tak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada kita. Dialah Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat keimanan, rezeki dan kesehatan kepada kita.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah terakhir Muhammad Saw.
Hadirin Jamaah Jumat Rohimakumullah

Marilah kita bertakwa kepada Allah dan merenungkan wasiat Nabi  kepada Ibnu Abbas , anak paman beliau. Abdullah bin Abbas  berkata, “Suatu hari aku berada (membonceng) di belakang Rasulullah .

Image023-lampu hiasBeliau  bersabda kepadaku:

‘Wahai bocah, aku akan mengajarimu beberapa kalimat.
• Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.
• Jagalah Allah, pasti kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu.
• Kenalilah Allah di saat lapang, niscaya Dia akang mengenalimu ketika sempit.
• Jika kamu memohon, maka memohonlah kepada Allah.
• Jika kamu meminta pertolongan, maka mintalah kepada Allah.
• Ketahuilah bahwa sekiranya semua makhluk berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa memberikan kamu manfaat kecuali apabila hal itu telah ditakdirkan kepadamu.
• Dan sekiranya mereka berkumpul untuk mendatangkan suatu bahaya kepadamu, niscaya mereka tidak kuasa mendatangkan bahaya itu kepadamu, kecuali apabila hal itu telah ditakdirkan untukmu.
• Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. Maka, apa saja yang ditakdirkan menimpamu, pasti tidak akan luput darimu, pasti tidak akan menimpamu.
• Ketahuilah, sesungguhnya bersama kesabaran ada kemenangan dan bersama musibah ada jalan keluar dan setelah kesulitan ada kemudahan.’”

Wasiat yang agung ini hendaklah dicerna dan diamalkan pula oleh seorang muslim, karena dengan mengamalkannya akan mendatangkan kebahagiaan dan keselamatan.

• Wasiat yang pertama, adalah menjaga Allah , sebagaimana sabda beliau, “Jagalah Allah.”
Maksudnya adalah menjaga agama dan ketentuan-ketentuannya, dengan cara menjaga ketaatan dan menegakkan hukum-hukumnya. Jika hukum-hukum tersebut berupa kewajiban, dia tidak melanggarnya dan jika hukum-hukum itu berupa hal-hal yang diharamkan, dia meninggalkan dan menjauhinya. Maka,
 siapa yang menjaga Allah , Allah  akan menjaganya, menjaga agama, keluarga dan hartanya.

 Menegakkan ketaatan kepada Allah  adalah salah satu sebab agama seorang hamba akan terjaga hingga meninggal dunia, juga merupakan sebab keluarga seorang hamba terjaga saat mereka hidup dan setelah meninggal dunia. Sehingga, hal-hal yang tidak dikehendaki pun insya Allah tidak terjadi pada mereka.

Logo Al-Quran - Islam Yang BahagiaAllah berfirman,
وَ مَنْ يَتَّقِ ٱلََّ يَجْعَل لَُّ مَخْرَجًا ۝ وَ يَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَ يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (QS. ath-Thalaq: 2-3)

Berapa banyak seseorang yang diberkahi hartanya dan diselamatkan dari berbagai macam musibah
karena dia menjaga hukum-hukum Allah .

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

• Wasiat kedua, menjaga Allah  menyebabkan datangnya hidayah, sebagaimana sabda beliau,
“Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu.” Ini juga termasuk di antara
faidah menjaga hukum-hukum Allah  bagi seorang hamba. Dia akan mendapati Allah  di hadapannya, memberinya hidayah kepada kebaikan dan memudahkan semua urusannya. Sehingga, semua urusannya menjadi mudah.

• Wasiat ketiga, adalah menjaga Allah  di saat lapang. Sebagaimana sabda Nabi , “Kenalilah
Allah di saat lapang, kelak Allah akan mengenalimu di saat sempit.” Biasanya seseorang yang
berada di saat lapang merasa gembira dan lupa dengan hukum-hukum Allah . Ini yang biasanya
terjadi pada kebanyakan orang. Sebaaimana sabda beliau ,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونُونٌ فِيهِمَا كَثِيْرٌ مِنْ النّاسِ الصّحَةُ وَ الْفَرَاغُُ
“Dua nikmat yang sering menipu kebanyakan orang, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. al-Bukhari)

Adapun orang-orang yang diberi taufik oleh Allah , mereka mengetahui bahwa keadaan seseorang tidak selamanya lapang. Setiap manusia pasti merasakan kesempitan baik kesempitan itu berupa kematian, meninggalkan harta, keluarga dan anak. Di saat lapang, mereka mengerjakan sesuatu yang kelak bisa mereka mintai pertolongan kepada Allah  di waktu sempit. Mereka mengenal Allah  dengan mengerjakan berbagai ketaatan.

Jadi, siapa yang mengenal Allah  di saat lapang, maka Allah  akan mengenalnya di saat sempit, dan kesempitan itu bisa berupa kekurangan, sakit atau ketakutan. Dan kesempitan yang paling berat bagi seorang hamba adalah kematian. Dalam keadaan ini, dia lebih membutuhkan kasih sayang Allah  dan rahmat-Nya. Pada keadaan ini terkumpul dua kesempitan.

Pertama, sakitnya meninggal dunia, meninggalkan keluarga, anak dan harta benda. Dan kedua, sakitnya sempitnya rasa sakit yang dia alami pada waktu itu, beratnya ujian dan mempertahankan iman. Sesungguhnya setan sangat bersemangat untuk menggelincirkan hamba pada saat ini. Karena, itu adalah saat yang menentukan kebahagiaan dan atau kecelakaan seseorang. Terkadang ditawarkan kepada seorang hamba agama Yahudi, Nasrani atau lainnya dan pada saat itu sebagai fitnah baginya. Jika dia telah mengenal Allah  di saat lapang, maka Allah  akan mengenalnya di saat sempit. Allah  akan memberikan keteguhan kepadanya dan memberikan husnul khatimah, akhir hidup yang baik baginya. Ya Allah, jadikan akhir hidup kami husnul khatimah.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
• Wasiat yang keempat dan kelima, memohon dan meminta pertolongan hanya kepada Allah, sebagaimana sabda beliau, “Apabila kamu memohon, memohonlah kepada Alah, dan apabila kamu meminta pertolongan, minta pertolonganlah kepada Allah.”

Barangsiapa yang ingin dipenuhi hajatnya hendaknya dia meminta kepada Allah. Dalam hadits disebutkan, “Mintalah karunia dari Allah. Sesungguhnya Allah senang dimintai doa.”

أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
alquranKHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا خَاتَمُ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ , اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ أَمَّا بَعْدُ

Jamaah shalat jum’at yang berbahagia.

Setelah menyampaikan wasiatnya, selanjutnya beliau menjelaskan bahwa :
• seluruh manusia tidak akan mampu memberikan manfaat dan madharat kecuali apabila telah ditakdirkan oleh Allah  dan semua yang telah ditakdirkan oleh Allah  pasti akan terjadi karena semua urusan telah selesai.
• Beliau  juga memberikan wasiat bahwa setelah kesabaran ada kemenangan. Siapa yang sabar, dia akan menang dan memperoleh harapannya. Sesungguhnya setelah musibah itu ada jalan keluar.

Apabila musibah menimpa kita dan kita merasakan kesempitan, maka ingatlah Allah  dan tunggulah jalan keluarnya. Sesungguhnya pertolongan Allah  itu dekat. Dan setelah kesulitan itu ada kemudahan.
Wahai kaum muslimin rahimakumullah, inilah wasiat Nabi  kepada anak pamannya.

Marilah kita merenungkan dan kita melaksanakan agar ktia mendapat keberuntungan.

Hadirin Jamaah Jumat Rohimakumullah.
Ya Allah, jadikan akhir hidup kami husnul khatimah.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا . وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات
و الذكر الحكيم
أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم

Assalamu`alaikum Wr. Wb
* Dikutip dari Rubrik Khutbah Jum’at, Majalah As-Sunnah, No. 10/Thn. XIII Muharram 1431 H / Januri 2010 M, hal 62-64; dengan beberapa perubahan redaksi kalimat

araDiedit ulang untuk Khutbah Jumat/Tausiyah
Oleh H.A. ROZAK ABUHASAN, MBA

http://arasitusislam.com/

https://arozakabuhasan.wordpress.com/

http://arozakabuhasan.blogspot.com/

KHUTBAH JUMAT : KETIKA AGAMA DIGADAIKAN

MASJID AL-FAJR, CIJAGRA RAYA,  BANDUNG (photo by a rozak abuhasan)

MASJID AL-FAJR, CIJAGRA RAYA, BANDUNG (photo by a rozak abuhasan)

KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِ يْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. أَمَّا بَعْدُ

Kaum muslimin jamaah jumat rahimakumullah Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Kepada-Nyalah kita bersyukur atas limpahan kenikmatan yang tak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada kita. Dialah Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat keimanan, rezeki dan kesehatan kepada kita.

Dialah pula yang telah menyisipkan hidayah dalam hati kita, yang dengan hidayah tersebut, Allah SWT telah menggerakkan hati kita untuk melangkahkan kaki kita menuju masjid ini. Sehingga kita bisa berkumpul bersama untuk menunaikan kewajiban kita sebagai seorang muslim, yaitu melaksanakan shalat Jum’at dan mendengarkan khutbah Jum’at yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan ibadah shalat Jum’at ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah terakhir Muhammad shallaLlahu alayhi wa sallam. Semoga kecintaan kita kepada beliau SAW, dapat mempertemukan kita dengannya nanti di syurga, bersama dengan para Nabiyyin, shiddiqin, syuhadaa’ dan shalihin.

Ikhwatal Iman rahimakumullah… jamaah shalat jum’at yang berbahagia.
Selanjutnya, izinkanlah khatib mengingatkan kita semua termasuk diri khotib sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena tidak ada bekal terbaik yang dapat menyelamatkan kita dalam kehidupan di dunia dan akhirat kelak, kecuali taqwa.
AL QUR`AN NUL KARIM Jamaah shalat jum’at yang berbahagia.
Minimnya ilmu, tipisnya iman, dan kuatnya dorongan hawa nafsu kerap kali menutup pintu hati seseorang untuk memahami hakikat kehidupan dunia yang sedang dijalaninya. Harta yang merupakan nikmat dari Allah Subhanahu wata’ala tak jarang menjadi ujian dan sebab jauhnya seseorang dari agama Islam yang suci.
Padahal, agama Islam adalah bekal utama bagi seseorang dalam hidup ini. Dengan Islam, seseorang akan berbahagia dan terbimbing dalam menghadapi pahit getirnya kehidupan. Sebaliknya, tanpa Islam, hidup seseorang tiada berarti dan di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.

Anehnya, di antara manusia ada yang menggadaikan Islam -agama dan bekal utamanya- demi kesenangan dunia yang sesaat. Betapa meruginya orang itu. Dia akan menghadap Allah Subhanahu wata’ala di hari kiamat dengan tangan hampa dan terhalang dari kebahagiaan yang hakiki.

Hakikat Kehidupan Dunia
Tak bisa dimungkiri bahwa kehidupan dunia dikitari oleh keindahan dan kenikmatan (syahwat). Semuanya dijadikan indah pada pandangan manusia, sehingga setiap orang mempunyai kecondongan kepadanya sesuai dengan kadar syahwat yang menguasainya.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan sesungguhnya di sisi Allah Subhanahu wata’ala lah tempat kembali yang baik (al-Jannah).

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada segala apa yang diingini (syahwat), yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (al-Jannah).” (Ali Imran: 14)
adilNamun, betapa pun menyenangkan kehidupan dunia itu, sungguh ia adalah kehidupan yang fana. Semuanya bersifat sementara. Tiada makhluk yang hidup padanya melainkan akan meninggalkannya. Tiada pula harta yang ditimbun melainkan akan berpisah dengan pemiliknya. Keindahan dunia yang memesona dan kenikmatannya yang menyenangkan itu pasti sirna di kala Allah Subhanahu wata’ala menghendakinya.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah diantara kalian serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur, dan diakhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (al-Hadid: 20)
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَن لَّمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanam-tanaman bumi dengan suburnya karena air itu, diantaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (dapat memetik hasilnya), tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami diwaktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir.” (Yunus: 24)

Sudah sepatutnya setiap pribadi muslim memahami hakikat kehidupan dunia, agar tidak salah jalan dalam menempuhnya. Lebih-lebih, dunia bukanlah akhir seorang hamba dalam menuju Rabb-nya. Masih ada dua fase kehidupan berikutnya: kehidupan di alam kubur (barzakh) dan kehidupan di alam akhirat.

Di alam kubur (barzakh), setiap orang akan mendapatkan nikmat kubur atau azab kubur, sesuai dengan perhitungan amalnya di sisi Allah Subhanahu wata’ala. Setelah itu, di alam akhirat, masing-masing akan menghadap Allah Subhanahu wata’ala seorang diri, mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan yang dikerjakannya selama hidup di dunia, dan akan mendapatkan balasan yang setimpal (dari Allah Subhanahu wata’ala) atas segala apa yang diperbuatnya itu.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ{}وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah(semut kecil) pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejelekan seberat zarrah (semut kecil) pun, niscaya dia akan melihat balasannya.” (az-Zalzalah: 7-8)

Tiada Hidup Tanpa Agama Islam
Demikianlah kehidupan dunia dengan segala liku-likunya. Kehidupan yang bersifat sementara, namun sangat menentukan bagi dua kehidupan berikutnya; di alam kubur (barzah) dan di alam akhirat. Sebab, segala perhitungan yang terjadi pada dua kehidupan tersebut sangat bergantung pada amal dan bekal yang telah dipersiapkan oleh setiap hamba pada kehidupan dunianya.

Maka dari itu, tiada bekal yang dapat mengantarkan kepada kebahagiaan hakiki pada dua kehidupan tersebut selain agama Islam, yang terangkum dalam takwa, iman, dan amal saleh.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa….” (al- Baqarah: 197)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (an-Nahl: 97)

Ingatlah : Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imran: 85)

Oleh sebab itu, Allah Subhanahu wata’ala mengingatkan orang-orang yang beriman agar berpegang teguh dengan agama yang mulia ini dan meninggal dunia sebagai pemeluknya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah sekali-kali meninggal dunia melainkan sebagai pemeluk agama Islam.” (Ali Imran: 102)
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.

Allah Muhammad Wallpaper`KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا خَاتَمُ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ , اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَ أَمَّا بَعْدُ

Hadirin Jamaah Jumat Rohimakumullah.
Mengapa Harus Menggadaikan Agama?
Kehidupan dunia adalah medan tempaan dan ujian (darul ibtila’) bagi setiap hamba yang menjalaninya. Masing-masing akan mendapatkan ujian dari Allah Subhanahu wata’ala sesuai dengan kadar keimanannya. Terkadang dalam bentuk keburukan dan terkadang pula dalam bentuk kebaikan (kenikmatan).

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” (al-Anbiya’: 35)

Ujian dalam bentuk keburukan bermacam-macam. Adakalanya berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta (kemiskinan), kekurangan jiwa (wafatnya orang-orang yang dicintai), kekurangan buah-buahan (bahan makanan), dan yang semisalnya.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Sungguh akan Kami berikan ujian kepada kalian, dalam bentuk sedikit dari ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepadaorang-orang yang bersabar.” (al-Baqarah: 155)
Ujian dalam bentuk kebaikan juga bermacam-macam. Adakalanya berupa kenikmatan, harta, anak-anak, kedudukan, dan yang semisalnya.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Ketahuilah, sesungguhnya harta dan anak-anak kalian itu (sebagai) ujian, dan di sisi Allahlah pahala yang besar.” (al-Anfal: 28)
Beragam ujian itu diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepada para hamba tiada lain agar tampak jelas di antara para hamba tersebut siapa yang jujur dalam keimanannya dan siapa pula yang berdusta, siapa yang selalu berkeluh kesah dan siapa pula yang bersabar.

Berbahagialah orang-orang yang diberi taufik dan hidayah oleh Allah Subhanahu wata’ala saat ujian tiba. Manakala ujian keburukan yang tiba, dia hadapi dengan penuh kesabaran. Manakala ujian kebaikan, dihadapinya dengan penuh syukur kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Adapun orang-orang yang tidak diberi taufik dan hidayah oleh Allah Subhanahu wata’ala saat ujian tiba, agama menjadi taruhannya. Iman dan Islam yang merupakan modal utama dalam hidup ini digadaikannya demi kesenangan sesaat.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِم،ِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِيْ كَافِرًا وَيُمْسِيْ مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bergegaslah kalian untuk beramal, (karena akan datang) ujian-ujian ibarat potongan-potongan malam yang gelap. (Disebabkan ujian tersebut) di pagi hari seseorang dalam keadaan beriman dan sore harinya dalam keadaan kafir, di sore hari dalam keadaan beriman dan keesokan harinya dalam keadaan kafir. Dia menjual agamanya dengan sesuatu dari (gemerlapnya) dunia ini.” (HR. Muslim no. 118 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Hadits di atas mencakup seluruh pribadi umat ini, baik yang miskin maupun yang kaya. Yang miskin menjual agamanya dan menggadaikan imannya, karena tak sabar akan ujian kekurangan (kemiskinan) yang dideritanya. Cukup banyak contoh kasusnya di masyarakat. Terkadang dengan iming-iming jabatan, terkadang dengan pemberian modal usaha atau pinjaman lunak, terkadang dengan pemberian rumah atau tempat tinggal, terkadang dengan pembagian sembako, bahkan terkadang hanya dengan beberapa bungkus mi instan.

Adapun yang kaya, dia menjual agamanya dan menggadaikan imannya karena kesombongan dan hawa nafsunya. Ia tidak mau mensyukuri karunia Allah Subhanahu wata’ala yang diberikan kepadanya. Bahkan, ia merasa bahwa semua itu berkat kepandaian dan jerih payahnya semata. Ingatkah Anda tentang kisah Qarun, seorang hartawan dari Bani Israil (anak paman Nabi Musa ‘alaihis salam) yang menggadaikan agama dan imannya karena kesombongan dan hawa nafsunya? 

YA ALLAH ANUGERAHKAN BAROKAH-MU KEPADA KAMI SEMUA

YA ALLAH ANUGERAHKAN BAROKAH-MU KEPADA KAMI SEMUA

Akhir kata, semoga taufik dan hidayah Allah Subhanahu wata’ala selalu mengiringi kita dalam kehidupan dunia ini, sehingga dapat istiqamah di atas agama-Nya yang mulia serta berpijak di atas manhaj Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Dengan satu harapan, mendapatkan kesudahan terbaik dalam hidup ini (husnul khatimah) dan dimasukkan ke dalam Jannah-Nya yang dipenuhi dengan kenikmatan
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
“Wahai Rabb kami, Janganlah Engkau sesatkan hati-hati kami setelah Engkau beri kami hidayah dan karuniakanlah kepada kami kasih sayang dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Pemberi.” (Ali Imran: 8)
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
“Wahai Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku ini diatas agama-Mu.” (HR. Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah no. 232 dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Zhilalul Jannah)
رَبّنَآ ءَاتِنَا فِى الدّنْيَ حَسَنَةً وَ فِى اْلَخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النّارِ، وَ الْحَمْدُ لِ رَبِ الْعَالَمِيَ
عِبَادَ اللهِ. اِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالإِحْسَنِ
وَإِيْتَا ئِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ,
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.
فَاذْكُرُواللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَر

00 ara`Assalamualaikum Wr. Wb.

SUMBER :
Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 081 http://asysyariah.com/ketika-agama-digadaikan-demi-kesenangan-sesaat-2.html
Manhaji (oleh : al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi)

ara

Diedit untuk Khotbah Jumat/Tausyiyah
oleh :

H.A. ROZAK ABUHASAN, MBA
https://arozakabuhasan.wordpress.com/
http://arozakabuhasan.blogspot.com/

Hadist Orang Mu`min Yang Paling Sempurna Imannya

GambarOrang mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya’ (HR. Turmudzi)

KHUTBAH JUMAT : AKIDAH dan AKHLAK MULIA

Posted by

Akidah & Akhlak Mulia

Written by Abu Muas Tardjono

 Gambar

Oleh: K.H. Athian Ali M. Da’i, MA

“Kalian tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kalian menginfakkan sebagian harta yang kalian cintai. Dan apa pun yang kalian infakkan, tentang hal itu sungguh Allah Maha Mengetahui” (QS. Ali Imran: 3,:92)


Kita sadari betul, bahwa betapa kuatnya pengaruh akidah dalam membentuk pribadi yang mulia dalam membentuk

sebuah kehidupan masyarakat yang marhamah. Salah satu dampak akidah dalam mengantarkan seseorang untuk mau menunaikan kewajibannya, di antaranya adalah yang berkaitan dengan harta. Seperti kita maklumi bersama, dalam aturan hukum negara yang tidak berdasar syariat Islam pun diaturlah bahwa setiap warga negara berkewajiban membayar pajak yang besaran pajaknya ditetapkan oleh negara. Namun demikian, dalam kenyataannya betapa tidak mudah pihak pemerintah untuk bisa mengumpulkan pajak dari rakyatnya. Padahal, berbagai imbauan telah disebarluaskan tapi tetap saja masih susah.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Ini terjadi karena masing-masing manusia sesuai dengan kecenderungannya yang kuat di antaranya mencintai harta. Akhirnya dia akan cenderung menghindar dari hal-hal yang bisa mengurangi hartanya, termasuk dalam hal ini adalah membayar  pajak. Di dalam Islam, memang ada aturan juga yang menyangkut masalah kewajiban mengenai mengeluarkan sebagian harta yang dikenal dengan infak.  Infak itu sendiri  adalah sebagai aturan dasarnya. Sehingga muncul ada yang hukumnya wajib dan ada pula yang sunnah. Yang wajib di antaranya adalah zakat fitrah, maal, fidyah, kifarat dan sebagainya.

Kalau kita lihat di dalam aturan Islam, walaupun mungkin juga ada sebagian manusia yang enggan mengeluarkan zakat. Tapi, bagi seorang yang mu’min mustahil itu akan terjadi kalau pun tidak harus dengan ancaman apa-apa dari pihak pemerintah, misalnya. Bahkan di negeri kita ini yang tidak berdasar syariat Islam yang tidak mengatur seorang muslim wajib mengeluarkan zakat, dengan konsekuensi hukum bagi mereka yang tidak mengeluarkan zakat, tapi dalam kenyataannya lebih banyak orang muslim yang mengeluarkan zakat daripada yang membayar pajak.

Padahal, tidak ada konsekuensi hukum apa-apa dalam arti konsekuensi hukum duniawi. Demikian pula, tidak ada yang terlibat ikut menghitung harta setiap orang muslim. Tapi, kenyataannya masing-masing dari mereka datang untuk mengeluarkan zakatnya. Ada yang datang ke masjid-masjid atau yayasan-yayasan dan lain sebagainya. Mereka menghitung sendiri dan mereka dengan ikhlas membagikan zakat hartanya itu.

Yang bisa mengantarkan seseorang berbuat semacam itu tidak lain adalah keimanan. Dengan keimanannya, dia sadar betul bahwa memang harta seseorang manakala dia sudah memenuhi syarat yang sudah ditetapkan oleh Islam, nishab dan haulnya, maka sebagian hartanya terutama yang menyangkut zakat maal itu sudah bukan lagi miliknya, tapi menjadi miliki 8 golongan manusia. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’alaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”(At Taubah, 9 : 60).


Seorang muslim, dia menyadari betul jika hartanya itu sudah memenuhi kriteria nishab dan haul maka minimal 2,5 persen itu sudah bukan harta miliknya lagi, tapi merupakan harta hak milik 8 golongan itu. Yang kalau dia tidak mengeluarkan zakatnya itu berarti dia sudah memakan hak orang lain. Sedangkan ancaman memakan hak orang lain itu ancamannya berat sekali. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang- orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)” (An Nisaa’, 4 : 10). Sangatlah berat ancamannya. Bagi seorang mu’min, siapa yang siap menyiapkan bara api neraka jahannam sepenuh perutnya?

Dalam sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.,  Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah itu adalah Dzat Yang Mahabaik, karena itu Dia tidak akan menerima dari hamba-Nya kecuali yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang mu’min sebagaimana yang Allah perintahkan kepada para rasul. Lantas beliau mengutip firman Allah SWT : “Wahai para rasul makanlah dari yang baik-baik dan beramal shalehlah. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan”(Al Mu’minuun, 23 : 51). Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik sebagaimana yang telah Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kalian kepada Allah, jika kalian hanya menyembah kepada-Nya” (Al Baqarah, 2 : 172)


Intinya, pada awalnya Rasulullah Saw mengingatkan kepada kita bahwa Allah itu adalah Dzat Yang Mahabaik. Dia tidak akan menerima dari hamba-Nya kecuali dari hal yang baik-baik. Pengertian dari hal yang baik-baik di sini adalah baik dalam bentuk ibadah maupun dalam pribadi hamba-Nya itu sendiri. Kemudian Rasulullah Saw menceritakan tentang adanya seorang laki-laki yang sudah menempuh perjalanan yang sangat jauh, rambutnya kusut, pakaiannya kumal. Di tengah-tengah teriknya padang pasir dia mengulurkan kedua tangannya sambil berdo’a, wahai Tuhan – wahai Tuhan. Dia menjerit-jerit kepada Allah SWT, berdo’a memohon agar Allah SWT membebaskan dia dari penderitaannya itu. Para sahabat yang sempat menyaksikan peristiwa itu sempat berkomentar bagaimana mungkin Allah SWT tidak akan mengabulkan do’a hamba-Nya yang sudah menderita sedemikian rupa? Dia telah berdo’a memelas seperti itu di tengah teriknya padang pasir, seakan-akan dia tidak mau meninggalkan padang pasir itu sebelum Allah SWT mengabulkan do’anya.

Betapa terkejutnya para sahabat ketika Rasul kemudian mengatakan, bagaimana mungkin Allah akan mengabulkan do’a hamba-Nya ini? Para sahabat bertanya, kenapa ya Rasul? Jawab Rasul: dalam kondisi seperti ini Allah tidak mungkin mengabulkan do’a dia. Akhirnya Rasul menjelaskan, dulu orang tersebut hidup dalam kecukupan sebelum dia menderita seperti ini. Hanya sayang hartanya itu dia peroleh dengan jalan yang haram. Sehingga pakaian yang dia pakai sebagian dia beli dari harta yang haram, minuman yang dia minum juga dia beli dari uang hasil yang haram, makanan yang dia makan juga dia makan dari harta yang haram, karena itu dia dikenyangkan / dihidupkan sehari-hari dari hasil uang yang haram. Kalau hidupnya sudah bergelimang dengan yang haram-haram seperti itu, bagaimana mungkin Allah akan mengabulkan do’a dia? (HR. Muslim)

Kalau kita boleh tamsilkan, jika hanya sebab seseorang buang angin (kentut) membuat yang bersangkutan tidak bisa berjumpa dengan Allah dalam shalat, sebelum berwudhu terlebih dulu membersihkan bagian yang tidak berhubungan dengan keluarnya angin tadi. Di mana bila dipaksakan shalat tanpa berwudhu, maka shalat kita pasti tidak diterima. Ternyata, keluarnya angin dari tubuh kita pun bisa menghalangi kita berjumpa dengan Allah. Inilah betapa mulia ajaran Islam, betapa Allah itu sangat thoyyib yang tidak akan menerima kecuali yang thoyyib lagi.

Jika hanya sebab kita buang air kecil atau hajat besar, maka seseorang tidak bisa lagi berjumpa dengan Allah lewat shalat sebelum berwudhu. Bila sebab seseorang dalam keadaan junub, oleh sebab melakukan yang halal dan bagian dari ibadah dalam bentuk hubungan suami-istri menyebabkan seseorang tidak bisa menghadap Allah kecuali harus mandi junub terlebih dahulu. Jangankan shalat, I’tikaf di masjid pun haram. Jika hanya sebab seorang wanita sedang kedatangan tamu terhormat dalam tiap bulannya, maka haramlah dia baik melakukan shalat, shaum maupun thawaf.

Padahal, kedatangan tamu bulanan itu sendiri merupakan anugerah dari Allah, tapi Allah sendiri mengharamkan bagi wanita untuk tidak shalat, shaum atau thawaf. Kalau hanya sebab kaki kita tersentuh air liur anjing, misalnya, maka harus kita basuh dulu sebanyak 7 kali yang salah satunya dengan tanah, barulah kita bisa shalat. Di mana bila kita biarkan najis tersebut terbawa dalam shalat maka shalat tidak akan diterima Allah SWT. Jika air liur anjing, buang air besar, buang air kecil, haid atau nifas, laki-laki dan wanita yang sedang keadaan junub, bahkan sampai buang angin tadi telah menghalangi seseorang untuk berjumpa dengan Allah, bagaimana mungkin seseorang akan diterima shalatnya, ibadahnya, didengar dan dikabulkan do’anya oleh Allah kalau yang najis itu bahkan sudah menjadi darah dan daging yang bersangkutan, karena yang dimakan, diminum dan dipakainya adalah sesuatu yang haram?

Lewat keyakinan seperti ini seorang mu’min akan sangat luar biasa berhati-hati dalam hidupnya. Dia tidak akan mungkin korupsi, mencuri, merampok, menipu, berjudi, dan lain sebagainya. Jadi layaklah jika kita mengatakan, bahwa krisis berkepanjangan di negeri ini sebabnya adalah “krisis keimanan”.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Gambar

Sumber: dRisalah.com

KHUTBAH JUMAT PILIHAN

bersama membentengi akidah ummat

masjidalfajrblog

DEWAN KEMAKMURAN MASJID AL-FAJR BANDUNG

KHUTBAH JUMAT PILIHAN

bersama membentengi akidah ummat

masjidalfajrblog

DEWAN KEMAKMURAN MASJID AL-FAJR BANDUNG

ARA

Hidup adalah amanah dari Allah Swt.

WordPress.com Apps

Apps for any screen

KHUTBAH JUMAT PILIHAN

bersama membentengi akidah ummat

KHUTBAH JUMAT PILIHAN

bersama membentengi akidah ummat

SITUSARA situs ara

bersama membentengi akidah ummat

"masjid tanpa warna" MASJID AL-FAJR

Membentengi akidah sesuai Al-Quran dan Hadist

ARA-SILSILAH

This WordPress.com site is the cat’s pajamas

ARA FOTO

a. rozak abuhasan